Senin, 14 Juli 2008

Resto

Resto di Tepi Sawah

Warung Siwah

Jika Anda sedang melakukan perjalanan menuju Subang melalui tol Cipularang, tak ada salahnya untuk singgah sejenak di rumah makan “siwah” Mang Yeye. Di sana, Anda akan menemukan suasana yang begitu berbeda dan menggugah selera makan Anda. Nuansa pedesaan kontan terasa begitu kita duduk di dalam saung-saung di areal rumah makan tersebut.

Seorang petani yang telah lelah seharian bekerja di sawah, memutuskan untuk istirahat sejenak menghilangkan lelah sambil menyantap makan siang yang dibawanya dari rumah. Segumpal nasi yang dibungkus daun pisang, dengan lauk ikan asin, sambal dan lalapan menjadi santapan siangnya di gubuk di sisi sawah yang dihiasi tanaman padi yang mulai menguning. Meskipun dengan lauk pauk sederhana, tetapi dengan suasana sekelilingnya yang menyejukkan hati, petani itu pun makan dengan lahapnya.

Anda tentu sesekali juga mengangankan makan dengan nuansa pedesaan seperti itu. Rumah makan Mang Yeye-lah tempatnya. Restoran yang berada di Jalan Raya Kalijati, sekitar 10 kilometer dari pintu tol Sadang ke arah Subang, Jawa Barat, menawarkan suasana layaknya suasana pedesaan. Saungnya pun dibuat sederhana bak gubug petani yang biasa ada di pematang sawah. Sesuai julukan rumah makan Mang Yeye, yaitu “Siwah” atau singkatan dari sisi sawah, rumah makan ini memang berada di sisi persawahan. Sementara nama Mang Yeye diambil dari sapaan akrab sang empunya, yaitu H. Yahya.

Untuk mengentalkan nuansa alami khas pedesaan, bentuk bangunan rumah makan sengaja dibuat sederhana tanpa banyak sentuhan desain bangunan modern oleh sang pemilik. Atap saung misalnya, hanya terbuat dari kombinasi ijuk dan daun kelapa yang tak hanya memberikan nuansa alami, tapi juga memberikan suasana sejuk. Saung pun dibuat terbuka dan menyatu dengan alam sekitar. Hasilnya, mata pengunjung pun seperti dimanjakan oleh pemandangan persawahan berterasering (bertingkat) dengan tanaman padi yang menghampar di sekeliling saung. Tak pelak, bersantap pun jadi semakin nikmat.

Bagi pengunjung dari kota besar seperti Jakarta, tentu rumah makan seperti ini tidak hanya menjadi tempat untuk bersantap menghilangkan rasa lapar. Tetapi lebih dari itu, rumah makan ini menjadi rumah makan yang memberikan efek psikologis sebagai relaksasi pikiran yang tegang setelah menjalani rutinitas di tengah suasana perkotaan yang bising.

Pada awalnya, rumah makan “siwah” Mang Yeye, tidaklah sebesar dan seramai saat ini. Waktu itu, kenang sang pemilik, sekitar tahun 1989 rumah makan ini hanyalah sebuah warung kecil di tepi jalan yang menjual penganan khas Sunda, seperti karedok dan es kelapa. Seiring waktu berjalan, pada tahun 1997 berubah menjadi warung nasi sederhana yang kemudian menjadi cikal bakal rumah makan “siwah” Mang Yeye. Sejak tahun 1997 sampai dengan sekarang, pelanggan rumah makan ini kian banyak. Bahkan, untuk menampung jumlah pengunjung rumah makannya yang kian ramai, H. Yahya mesti menambah jumlah saungnya yang saat ini sudah mencapai belasan.

Pengunjung rumah makan Mang Yeye tak hanya berasal dari dari Subang, bahkan sebagian besar pengunjungnya berasal dari kota-kota lain di sekitarnya, seperti Jakarta dan Bandung. Menurut H. Yahya, untuk mendirikan rumah makan dengan konsep yang menyatu dengan alam ini butuh waktu sekitar delapan tahun kontemplasi. Namun, beruntung bagi pria kelahiran 51 tahun lalu ini, kesabaran dan keuletannya kini berbuah manis karena saat ini rumah makannya menjadi rumah makan yang mempunyai konsep yang cukup orisinal dan disukai pengunjung.

Tak sulit untuk mengenal nama-nama menu yang ada di rumah makan “siwah” Mang Yeye. Menu-menu alami dan akrab di telinga masyarakat tampak dominant, “Sengaja desain dan istilah-istilah menu yang digunakan dalam warung siwah ini dibuat sealami mungkin. Kami harap pecinta masakan nusantara bakal dengan mudah nemuin suasana alami yang membangkitkan selera dan mampu mengembalikan ingatan makan ala perkampungan,” jelas suami dari Hj. Heriyati ini.

Sebagai menu andalan, restoran ini menyediakan karedok dan pepes belut yang menggoda selera. Selain itu, tersedia pepes jamur, ayam bakar, serta gurame bakar. Uniknya, untuk nasinya, H. Yahya menggunakan beras hasil produksi sendiri. Kebetulan, H. Yahya memiliki puluhan hektar lahan persawahan termasuk sawah di sisi rumah makannya yang sekaligus difungsikan sebagai “pemanis” rumah makan “siwah”nya.

Untuk mencicipi hidangan di rumah makan “siwah” Mang Yeye ini, pelanggan tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Coba saja Anda tilik, satu porsi nasi dengan lauk pepes belut, hanya dibanderol seharga Rp 13.000 Sedangkan satu porsi ikan gurame bakar atau ayam bakar hanya dikenai harga Rp 15.000. Untuk suasana makan dan kelezatan makanan yang disajikan, itu tentu bukan angka yang menguras kantong, bukan?

H. Yahya menjamin bahwa pelanggan akan dibuat “ketagihan” setelah sekali mencobanya. Ia menambahkan, setiap gurame, belut, dan ayam yang hendak dibakar selalu masih dalam kondisi segar. Sebelum dibakar, gurame, belut, dan ayam direbus dulu hingga setengah matang. Kemudian dibumbui dengan racikan khusus. Setelah itu, baru memasuki proses pembakaran. “Bumbu ini pun tidak sembarangan, ada beberapa yang khas dari bumbu biasa,” tegasnya lagi.

Proses pembuatan ayam bakar, ayam goreng, ikan bakar atau belut pepes boleh sama dan mudah sekali ditiru oleh siapa pun. Asalkan kita memiliki peralatan yang cukup, pasti bisa membuatnya. Namun, dengan bumbu rahasia ala “siwah” tetap saja rasa yang dihasilkan akan jauh berbeda. Satu hal lagi yang membuat lidah pengunjung akan ketagihan, adalah sambal supernya yang khas, cocok untuk semua lidah. Sambal Mang Yeye tidak asal pedas, namun racikannya dibuat secara khusus, sehingga rasanya berbeda dengan sambal rumah makan mana pun. Apa pun jenis ikan atau ayamnya, yang pasti, Mang Yeye menjamin kualitas dan rasanya.

Untuk itu, Anda berkesempatan untuk melintas di Jalan Raya Kalijati, silakan Anda mencicipi sendiri masakan ala “siwah” ini. Nikmati juga suasana pedesaan yang jarang ditemukan di daerah perkotaan. Selamat mencoba! AJI/ YUD

Sosok

DWI ANTONO

MITRA STRATEGIS PETANI INDONESIA

Pembawaannya jauh dari angkuh dan sombong. Tenang, empatik, dan bersahabat. Lebih dari itu, setiap kali mendengar ucapannya, ada kesejukan, kearifan, kebijaksanaan, dan rasa empati yang begitu mendalam. Di setiap perkatannya, terselip pesan religi yang mengetuk sanubari. Nyata, tapi juga menggugah rasa.

Begitulah karakteristik Dwi Antono yang kuat mengakar dalam dirinya. Bagi Direktur Utama PT. Pertani (Persero), yang baru saja dilantik oleh Kementerian BUMN sekitar pertengahan November 2007 yang lalu, ini jabatan hanyalah alat. Bukan tujuan, tapi sarana untuk memberikan manfaat yang seluas-luasnya bagi sesama.

“Bekerja itu adalah bentuk dari karya. Dan, perusahaan itu adalah wahana atau wadah tempat berkarya untuk membuat manfaat bagi sesama manusia dalam rangka beribadah kepada Sang Pencipta,” kata pria kelahiran Solo, 20 April 1959, ini kepada Mukhri Soni dan Tri Aji yang diutus PADI untuk mewawancarainya di kantornya di daerah Kalibata, Jakarta Selatan. Berikut petikannya:

*****

Sebagai Dirut baru ke mana arah PT Pertani akan Anda bawa?

Saya akan berusaha keras untuk meningkatkan citra PT Pertani dengan cara mengembalikan fungsi PT Pertani sebagai mitranya para petani Indonesia. Saya akan berupaya mengembalikan Pertani sebagai perusahaan yang leading sekaligus pemimpin besar dalam bidang agrobisnis, menghasilkan, dan memasarkan produk agrobisnis yang memiliki daya saing dalam kualitas, pelayanan maupun harga

Apakah hal ini juga menjadi tujuan perusahaan?

Ya. Sejak pertama kali didirikan, Pertani memiliki tujuan untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijakan maupun program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, serta pembangunan di bidang pertanian pada khususnya dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Bagaimana dengan budaya (culture) yang dikembangkan perusahaan?

Bagi kami, bekerja merupakan bagian dari ibadah. Senantiasa berpikir positif, bersikap jujur, proaktif, dan bekerja secara professional untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Berusaha memperoleh hasil dan mutu pekerjaan yang lebih baik, menjaga kekompakan dan sinergi antar karyawan, serta dalam melaksanakan pemecahan masalah dengan pendekatan win-win solution. Inilah corporate culture yang terus kami kembangkan.

Sampai sekarang, apakah Pertani telah menjangkau seluruh pelosok tanah air?

Organisasi perusahaan PT. Pertani (Persero) sekarang meliputi seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari 1 Kantor Pusat, 6 kantor wilayah dengan 32 cabang dan unit pemasaran. Selain itu, ada pula 28 UPB (Unit Produksi Benih), 1 SBU (Strategic Business Unit) perberasan dengan 4 cabang pemasaran dan 19 UPP (Unit Penggilingan Padi), 1 SBU (Strategic Business Unit) Holtikultura dengan 3 unit pemasaran, dan 1 UPJA (Unit Palayanan Jasa Alsintan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Pertani telah berada di tengah-tengah masyarakat di seluruh pelosok tanah air, dan menjadi bagian dari upaya mereka dalam meningkatkan kehidupan perekonomian yang lebih baik.

Sebetulnya, apa bisnis inti perusahaan ini?

Kami memiliki beberapa unit bisnis utama, antara lain distribusi pupuk, produksi dan distribusi beras, serta roduksi dan distribusi benih padi maupun palawija. Ada pula unit bisnis lain, seperti distribusi pestisida dan bahan kimia pertanian lainnya antara lain ZPT, PPC, vaksin, inokulum rhizobium, distribusi benih/bibit dan hasil holtikultura, serta distribusi alat dan mesin pertanian. Kami juga memiliki unit usaha di bidang perdagangan hasil bumi antara lain jagung, kedelai, dan biji mede, serta melayani jasa gudang, angkutan dan pengolahan lahan.

Pupuk begitu dibutuhkan para petani. Apa peran Pertani dalam memenuhi kebutuhan pupuk ini?

Pertani adalah distributor utama pupuk di Indonesia. Kami mendistribusikan berbagai jenis pupuk, seperti Ure, ZE, TSP, Sp-36; Rock Phospat, DAP, KCL, serta NPK. Bahkan, kami mampu menyalurkan pupuk mencapai 550.000 ton per tahun.

Bagaimana dengan upaya peningkatan produksi beras?

Produksi beras mencapai 50.000 ton per tahun yang meliputi beras aromatic (beras wangi), beras kualitas, dan beras medium. Produksi beras ini digarap oleh 7 UPP (Unit Penggilingan Padi yang tersebar di Pulau Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, dan Lampung.

Kami dengar, Pertani juga memiliki perhatian yang tinggi terhadap produksi benih padi

Betul. Benih padi yang diproduksi Pertani mencapai 50.000 ton per tahun. Produksi benih padi ini dilakukan dengan cara membangun kemitraan, kerjasama, dan pembinaan dengan para petani dalam penangkaran benih di 28 UPB (Unit Produksi Benih) dengan luas lahan sekitar 20.000 ha yang tersebar di seluruh Indonesia. Benih padi yang diproduksi adalah berlabel biru (kelas ES), label ungu (kelas SS), dan label putih (kelas FS) terdiri dari berbagai macam varietas.

Apa langkah yang ditempuh guna mengembangkan usaha Pertani?

Dalam rangka pengembangan usaha yang lebih terfokus, kami telah mendirikan unit usaha sebagai anak perusahaan Pertani, yaitu PT. Wisnu Murti Handayani. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa, perdagangan umum, dan industri. Alhamdulillah, usaha ini dapat diterima publik dan mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan Pertani.

Apakah Pertani juga telah melakukan modernisasi di bidang infrastrukturnya?

Untuk mendukung kegiatan usaha, perusahaan telah menerapkan Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pertani dengan menggunakan Teknologi Informasi serta pengelolaan keuangan menggunakan Cash Management Sytem (CMS). Untuk mempermudah operasionalisasi, kami telah bekerja sama dengan Bank Mandiri. Sampai saat ini, penerapan teknologi terbaru terus dikembangkan guna mewujudkan Pertani sebagai perusahaan modern dan profesional.

Anda juga menerapkan prinsip the right man on the right place?

Memang harus ada perbedaan dengan memakai prinsip the right man on the right place, untuk menghargai kemampuan dan keberadaan seseorang. Untuk itu, ada empat hal yang harus diperhatikan, integritas, talenta, teamwork, dan kapabilitas. Namun, yang paling utama di atas semua itu adalah integritasnya bahwa Pertani ini, bahwa saya ini adalah alat petani, bukan memperalat petani. Jadi, seseorang itu seseorang itu harus berpikirnya holistik. Dan hal ini berlaku di mana pun.

*****

Sejatinya, PT Pertani (Persero) merupakan perusahaan yang cukup tua. Pertani dirintis seiring dengan terbitnya Undang-undang darurat No.1 tahun 1959 tanggal 1 Januari 1959 yang membentuk Badan Perusahaan Produksi Bahan Makanan dan Pembukaan Tanah, atau disingkat BMPT. Dalam perkembangan, BMPT kemudian berubah menjadi Badan Pimpinan Umum Perusahaan Pertanian Negara atau disingkat BPU Pertani berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 19/1960.

Pada januari 1963, bertepatan dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 12/1963, BPU Pertani kemudian berubah lagi menjadi Perusahaan Pertanian Negara disingkat PN Pertani. Pada tahun 1973 PN Pertani menjadi Perusahaan Perseroan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.21 tahun 1973. Selanjutnya, berdasarkan akte notaris tanggal 6 Februari 1984, ia berganti nama menjadi PT Pertani (Persero), sampai sekarang.

Menjadi pemimpin pasar dalam bidang agrobisnis, menghasilkan dan memasarkan produk agrobisnis yangmemiliki daya saing dalam kualitas, pelayanan, dan harga. Begitulah khittah perusahaan ini. Visi dan misi inilah yang kini diemban Dwi, panggilan akrab Bendahara Umum DPP PERPADI, ini.

*****

Bagaimana pandangan Anda mengenai kondisi pertanian kita, khususnya pangan?

Kondisi pertanian kita khususnya pangan belepotan sekali. Mengapa? Karena tidak adanya perimbangan anatara produksi dan perkembangan penduduk. Sementara lahannya juga berkurang dan orangnya bertambah. Ketepatan teknologi dan peran teknologinya lebih lambat dibandingkan dengan kebutuhan kita untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk. Padahal, sebetulnya pertanian pangan itu adalah perlombaan antara kebutuhan perut dan penyediaannya.

Tapi, bukankah potensi pertanian yang kita miliki sebetulnya mampu untuk survive di masa mendatang?

Betul. Apalagi sesuai dengan ide dan arahan Menteri Pertanian bahwa untuk mampu survive di bidang pangan ke depan, maka yang harus diutamakan saat ini adalah perbaikan, pembangunan, atau penyediaan infrastruktur, meningkatkan penyediaan sarana, mempermudah akses permodalan untuk pertanian dengan membangun bank pertanian atau bank yang khusus menangani permodalan untuk pertanian. Selain itu, kita juga perlu melakukan penyuluhan atau memberikan bekal pengetahuan yang handal kepada petani, di samping pemasaran yang handal dan terencana.

Anda ingin mengatakan, Bank Pertanian itu sangat perlu?

Ya, sangat diperlukan untuk mendukung itu semua. Dan, saat ini seharusnya sudah ada, bukan sebatas ide lagi.

Apakah Anda optimis kita mampu mandiri dalam bidang pangan/ swasembada pangan?

Kalau yang diajukan oleh Menteri Pertanian itu kita penuhi dan prioritaskan saat ini, maka ke depan saya yakin dan optimis kita mampu mandiri, survive, dan bisa swasembada pangan. Impor itu kan tergantung kebutuhan dan keseimbangan juga. Kalau kita mampu memenuhi sendiri kebutuhan pangan sendiri, otomatis impor tidak diperlukan lagi. Karena negara importir juga tidak akan terangsang untuk impor, apalagi kita mampu menghasilkan beras yang berkualitas.

Kita bisa melihat bahwa suatu negara itu kuat karena basis pertaniannya kuat, seperti halnya Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara maju lainnya. Sebaliknya, kehancuran Uni Sovieet sebagai negara super power sebetulnya adalah karena lemah basis dan buruknya sistem pertanian pangannya.

Apa gagasan Anda agar kita tak bernasib sama dengan Soviet?

Kita tidak usah malu-malu belajar dengan negara lain, seperti kepada Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Walaupun dulunya mereka, khususnya Vietnam dan Malaysia belajar sama Indonesia dalam membangun basis dan sistem pertaniannya. Sekarang, negara-negara ini bisa survive di bidang pangan. Salah satunya adalah keberpihakan negara terhadap kepentingan para petaninya sangat kuat, bagaimana dengan kita.

Menurut Anda, apa tantangan terbesar sebagai Dirut PT Pertani?

Tantangan itu tidak lepas dari kondisi dunia usaha yang kita tekuni. Untuk mengatasi tantangan itu kita harus memiliki pandangan dan wawasan yang luas, bisa menempatkan diri, cermat dalam berhitung, bisa mencari celah-celah, dan keberanian untuk melangkah dalam memanfaatkan kesempatan. Kesempatan yang sama tidak akan datang untuk kedua kalinya demi mendatangkan manfaat bagi umat manusia. Berhasil atau tidak itu kembali ke filosofi bisnis.

Bagaimana memanfaatkan kesempatan dan peluang itu?

Bagi saya, sebetulnya keberuntungan itu tidak ada. Misalnya, saya sejak dulu sudah punya rekening Bank BRI, tapi sampai sekarang saya tidak pernah dapat hadiah mobil. Artinya, kita jangan berharap dari keberuntungan. Bahwa segala sesuatu itu harus diraih dengan kerja keras. Yang perlu kita pegang teguh, adalah bahwa kita dalam setiap melangkah itu dalam rangka membuat manfaat.

Bagi Anda, mana yang lebih diutamakan dalam dunia usaha, hak apa kewajiban?

Yang tidak kalah pentingnya bagi orang yang bekerja di dunia usaha, jangan terjebak antara hak dan kewajiban mana yang lebih didahulukan. Tapi, yang harus ditanamkan adalah bahwa saya bekerja adalah untuk mendatangkan manfaat bagi sesama. Oleh karena itu dalam, bekerja kita harus mendapatkan untung agar bisa memberikan manfaat yang besar lagi. Nah, agar mendapatkan manfaat yang lebih besar lagi harus dikerjakan oleh orang yang memiliki kemampuan fisik yang kuat, lebih bagus lagi orang itu juga bahagia.

Singkatnya, orang itu sehat dan bahagia agar bisa meraih manfaat yang lebih besar lagi. Ini satu rangkaian yang tidak bisa dipisahkan sehingga ke depan yang diperlukan lagi adalah nawaitu-nya apa. Saya ulangi lagi, yang bisa berbuat untuk mendatangkan manfaat bagi orang lain yang besar adalah harus dikerjakan oleh orang yang sehat, kuat, dan akan lebih hebat lagi kalau orang tersebut bahagia, karena orang yang bahagia pasti orang yang tenang dan ingat kepada Sang Khaliknya. Ini satu rentetan sehingga orang tidak terjebak pada ayam dulu atau telor dulu. Jadi, berbuatlah dulu untuk mendatangkan manfaat bagi orang banyak.

*****

Bapak satu anak ini memiliki keyakinan agama yang kuat. Bahkan, ajaran agama yang dianutnya menjadi ideologi sekaligus filosofi yang tertanam dalam jiwanya. Tidak hanya di lingkungan kerja, organisasi, maupun hubungan kekerabatan, Dwi senantiasa mewariskan prinsip maupun filosofi keagamaan. Alhasil, banyak kalangan yang menyebutnya sebagai sosok yang religius.

Sebagai seorang profesional, suami Lisa Kumentas ini begitu ulet, cerdas, dan penuh dedikasi. Tanpa patah semangat, ia merenda karier di Pertani, mulai dari staf biasa, hingga jabatan strategis dan sarat gengsi seperti saat ini. Pelbagai medan tugas dan wewenang telah ia lalui dengan gemilang, mulai dari Irian Jaya hingga Sumatra.

Di saat orang sibuk merengkuh karier, ia tak lupa menempa diri. Gabungan antara pendidikan maupun latihan yang penuh teori dan kerja-kerja profesional yang penuh tantangan di lapangan telah mendewasakan jiwa pengabdiannya. Buktinya, ia lahir sebagai sosok pemimpin yang melindungi, sekaligus patut diteladani.

*****

Apa prinsip-prinsip kerja yang Anda pegang teguh sehingga bisa mencapai posisi puncak dalam berkarier?

Kita berusaha untuk melangkah dalam karsaNya, yang ternyata selalu terbuka. Intinya, bekerja adalah untuk membuat manfaat bagi sesama. Bekerja itu adalah bentuk dari karya. Dan, perusahaan itu adalah wahana atau wadah tempat berkarya untuk membuat manfaat bagi sesama manusia dalam rangka beribadah kepada Sang Pencipta. Jadi, kalau setiap orang sadar bahwa yang dikerjakannya itu adalah dalam rangka membangun dunia untuk mendatangkan manfaat bagi sesama, maka makna yang dikerjakannya akan berbeda, nawaitu-nya juga akan berbeda.

Setiap orang dalam bekerja memiliki tujuan untuk ikut berpartisipasi membangun dunia guna mendatangkan manfaat bagi sesama. Contohnya, tukang batu yang bekerja semata untuk mendapatkan upah, tidak pernah punya niat lain selain mendapatkan upah. Namun, secara tidak langsung dia ikut berpartisipasi dalam membangun monument, misalnya. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika tukang batu itu dalam bekerja tidak semata untuk mendapatkan upah saja, tapi dengan niat yang tulus dia juga harus sadar bahwa dirinya ikut parpartisipasi dalam membangun monumen.

Maksudnya, Anda juga mementing niat tulus dalam berkarya?

Siapa pun juga dalam menjalankan profesi apa pun harus dimulai dengan niat yang tulus. Tidak semata-mata untuk mendapatkan upah yang hanya berupa materi saja, tapi dengan niatan yang tulus bahwa profesi yang dia jalani adalah untuk mendatangkan manfaat bagi orang lain. Dengan demikian, jika seseorang yang bekerja dengan niatan yang tulus tidak semata-mata untuk mendapatkan upah saja, tapi dengan niatan tulus untuk mendatangkan manfaat bagi sesam, maka kepuasan yang akan dia dapatkan juga akan sangat bermakna yang jauh lebih bermakna sebuah materi.

Bagaimana dengan semangat kebersamaan? Apakah Anda juga menerapkannya?

Selama ini prinsip-prinsip itu dan semangat kebersamaan seperti inilah yang selalu saya tanamkan pada diri saya dalam setiap pekerjaan yang saya lakukan. Selanjutnya prinsip-prinsip ini dan semangat kebersamaan dalam berkarya demi mendatangkan manfaat untuk sesama akan saya coba tanamkan di perusahaan yang sedang saya pimpin. Dengan prinsip dan semangat seperti ini seseorang sadar siapa dirinya untuk apa dia diciptakan sehingga akhirnya dia juga akan tahu dan cinta terhadap Sang Penciptanya. Sebaliknya Sang Khalik juga pasti cinta kepada seseorang yang memegang prinsip dan semangat yang telah saya uraikan tadi. Kalau semangat dan prinsip ini telah tertanam dalam diri seseorang, maka dalam berkarya dia akan melakukannya secara total, dan tidak setengah. Itulah intinya.

Seringkali kita juga mendapatkan orang yang mengedepankan filosofi ketimuran. Bagaimana dengan Anda?

Dalam berkarya kita harus bangga dengan filosofi-filosofi kita sendiri sebagai orang Indonesia, sebagai orang timur, sebagai orang beriman, sebagai orang yang berbudaya, dan sebagainya. Secara umum kebanyakan dari orang kita dicekoki dan terjebak dengan analisis SWOT dan tolak ukurnya hanya materi. SWOT bagus, tapi jangan hanya materi. Dan itulah semuanya yang menyebabkan kita itu tidak patuh, tidak sinergi, tidak kompak dalam memandang tujuan dan arah yang akan dicapai.

Akhirnya, kita hanya terjebak pada kepentingan sendiri-sendiri. Padahal seharusnya apa yang kita perbuat adalah untuk mendatangkan manfaat bagi semua orang, sehingga kita bisa saling mengingatkan untuk bisa ingat pada Sang Khaliknya. Pada akhirnya kita bisa menyambut cintanya Sang Khalik. Itulah puncak dari apapun karya yang diperbuat oleh manusia sebagai makhluk.

Bagaimana Anda menilai sebuah keindahan atau kepuasan kerja?

Jika seseorang dalam berkarya hanya demi untuk mendapatkan keuntungan pribadi semata, berarti kemampuannya untuk memandang keindahan itu hanya sampai di situ. Seperti tukang ojek, keindahan bagi dia hanya sebatas mendapatkan uang yang sebatas ongkos ojek saja. Jika dia mampu melihat keindahan lebih tajam lagi, dia akan mampu melihat bahwa yang dilakukan adalah untuk membantu orang untuk mendapatkan kemudahan, sehingga kepuasan dan keindahan yang akan dia dapatkan juga akan lebih indah lagi, tentu saja kepuasannya juga akan berbeda.

Bagi saya, bukan sekadar untuk mendapatkan upah berupa materi saja, tapi lebih dari itu, untuk memberikan manfaat dan kemudahan bagi orang lain. Kalau sudah begitu, maka kepuasan dan keindahan yang akan didapatkan juga jauh lebih indah dan lebih puas dari yang pertama. Harus diingat bahwa jika yang demikian kita pegang teguh maka yang akan didapatkan juga akan lebih indah. Dengan demikian, pasti orang itu akan tenang, puas dan bahagia.

Maksud Anda, memberikan manfaat pada sesama juga merupakan keindahan?

Kalau kita tulus dalam berkarya semata-mata karena Allah untuk memberikan manfaat bagi sesama, maka keindahan atau kepuasan pasti akan kita dapatkan, dan pasti tidak akan hilang. Hal ini yang harus dibangun dan ditanamkan sebagai orang Indonesia, orang timur yang beragama dan berbudaya. Jangan tenggelam dalam pemahaman Barat. Memang, pemahaman Barat itu sendiri sebetulnya belum tentu materialistik, tapi tangkapan dan pemahamannya yang materialistik.

Inovasi

Solusi Mendongrak Produksi Beras

Pencanangan GP4GB

Sebuah gerakan yang menangani produksi serta pemasaran beras telah terbentuk atas hasil kerja sama dua instansi, Bulog dan Deptan. Gerakan Penanganan Pasca Panen dan Pemasaran Gabah/Beras (GP4GB), namanya. Tujuannnya adalah mengejar target produksi 2 juta ton yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam rangka mendukung Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN) yang menargetkan produksi beras 2 juta ton pada tahun 2007 lalu, pemerintah memfokuskan produksi pada 7 provinsi yang meliputi 13 kabupaten dengan luas tahap awal sejumlah 500 ribu hektar. Untuk melaksanakannya, telah diadakan pertemuan dengan para gubernur dan para bupati di Departemen Pertanian pada tanggal 31 Juli 2007 tentang Pencanangan GP4BN yang dibuka oleh Menteri Pertanian.

Gerakan tersebut merupakan gagasan Direktorat Jenderal Program Peningkatan Hasil Pangan (P2HP Departemen Pertanian (Deptan) dan Direktur Perum Bulog yang telah disepakati pada awal tahun 2007. Untuk melaksanakan program tersebut, pemerintah telah dibentuk Tim Pelaksana yang terdiri dari petugas Deptan, Perum Bulog, Bank Bukopin, Bank BRI, Bappeti, Perpadi, HKTI, Dewan Tani, KTNA, Petani Center, dan IPB. Pada kesempatan tersebut telah ditandatangani pula Nota Kesepahaman oleh seluruh pemangku kepentingan tersebut.

Diharapkan, gerakan ini dapat menekan angka susut panen, susut pada waktu merontok, dan susut di Penggilingan Padi, sehingga dapat meningkatkan rendemen beras. Dukungan Depatan ke daerah tersebut adalah bantuan alat dan mesin seperti sabit bergerigi berjumlah 103.000 buah, terpal berjumlah 40.000 buah, pedal tresher berjumlah 1000 unit, power tresher berjumlah 110 unit, dryer berbahan bakar sekam berjumlah 7 unit, Peralatan Penggilingan Padi one pass 60 unit dan two passes 44 unit, serta moisture tester 200 unit.

SOSIALISASI GP4GB: Pencanangan GP4GB di daerah dimulai pada 2 November 2007 lalu di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Acara yang digelar di Kantor Bupati Jombang, ini dihadiri oleh Dirut Perum Bulog dan Dirjen P2HP Deptan. Pencanangan gerakan ini juga diikuti oleh pejabat-pejabat pusat, seperti Bank Bukopin, Bank BRI, Bappebti, Perpadi, HKTI, KTNA, dan Dewan Tani. Turut hadir pula pejabat kabupaten dan kecamatan, serta tokoh-tokoh petani dan pengusaha penggilingan padi.

Direktur Jenderal P2HP Prof Dr Ir Djoko Said Damardjati, MS menjelaskan, penanganan pasca panen ini berkaitan dengan upaya mengurangi susut baik pada kegiatan memanen, merontok, serta pengeringan. Selain itu, program ini juga terkait dengan kegiatan pengolahan pada penggilingan padi, kegiatan penyimpanan, dan kegiatan pengangkutan serta pemasaran.

Dari hasil penelitian, seluruh kegiatan tersebut dapat menimbulkan susut sebesar 20%. Diharapkan pula, program ini dapat menekan susut sebesar 5% dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan demikian, upaya ini dapat menyelamatkan produksi mencapai sebesar 2,5 juta ton GKG, senilai Rp 6,25 triliun.

Dalam acara tersebut, Dirjen P2HP Deptan juga mengungkapkan, penanganan pasca panen dan pemasaran gabah/ beras mempunyai peran yang sangat strategis. “Kegiatan ini memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap peningkatan pendapatan petani,” katanya, menambahkan.

Dalam acara tersebut Dirut Perum Bulog Dr.Ir. Mustafa Abubakar menerangkan fungsi pengadaan Bulog antara lain 1). menambah permintaan, 2). mendorong kompetisi di pasar, 3) mengoreksi pasar gabah/beras serta pengadaan dalam negeri Bulog. Adapun pengadaan tersebut bergantung pada dua varibel utama, yaitu 1). selisih harga HPP vs Harga Pasar, semakin besar selisih itu, semakin tinggi insetif petani/pelaku usaha jual ke Bulog, 2). Produksi dalam negeri semakin baik, semakin besar pengadaan Bulog.

Strategi Perum Bulog pada tahun 2007 lalu disesuaikan dengan pelonggaran persyaratan kualitas, turun dari 11 komponen mutu beras menjadi hanya 2 komponen sesuai dengan Inpres 3/ 2007. Pengadaan gabah dan beras dilaksanakan bersamaan serta perbaikan administrasi termasuk pelayanan tanpa hari libur. “Dengan GP4GB, kualitas produksi petani dapat lebih baik dan susut pasca panen dapat ditekan,” kata Mustafa.

Acara ini juga menggelar pertemuan antara kelompok-kelompok tani yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Kelompok Tani juga sangat antusias dalam kegiatan GP4GB yang sangat mereka harapkan dan dambakan di masa-masa yang akan datang dapat memperbaki kehidupannya sebagai petani. Temu antarkelompok tani ini diikuti oleh seluruh peserta dari Kabupaten Jombang, Dirut Perum Bulog, Dirjen P2HP, dan peserta dari pusat

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Jombang, Drs H Suyanto, menjelaskan mengenai profil, potensi, dan peluang daerah yang meliputi luas areal sawah petanian, produksi, penanganan Gapoktan, dan Penggilingan Padi yang ada serta pembinaannya. Suyanto juga menjelaskan tentang formula Penggilingan Padi yang dirakit sendiri oleh pemiliknya dengan kualitas beras yang dihasilkan sudah lebih baik. Para peserta sempat mengunjungi Unit Penggilingan Gabah dan Beras (UPGB) Bulog. Para peserta diperlihatkan hasil beras dengan kualitas tinggi serta kehandalan pabrik yang mampu menghasilkan beras dengan broken 5 %.

Setelah pencanangan program ini, GP4GB disosialisasikan di 7 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Sumatra Selatan. Sosialisasi juga diselenggarakan di 13 kabupaten yaitu Karawang, Subang, Sukoharjo, Grobokan, Jombang, Lamongan, Lombok Tengah, Sumbawa, Sidrap, Pinrang, Lampung Tengah, Musi Rawas, dan Oku Timur. Dengan demikian, program peningkatan produksi gabah dan beras yang berkualitas, mengurangi susut pasca panen, serta meningkatkan pendapatan petani dapat diwujudkan. QYH

Boks

GP4GB Dalam Agenda

Tanggal

Tempat

Kegiatan

7 Nopember 2007

8 Nopember 2007

16-18 Nopember 2007

23-24 Nopember 2007

5-6 Desember 2007

11-12 Desember 2007

18-19 Desember 2007

Jombang, Jawa Timur

Jawa Barat

Nusa Tenggara Barat

Makasar, Sulsel

Lampung

Jawa Tengah

Palembang, Sumsel

Pembukaan

Sosialisasi

Sosialisasi

Sosialisasi

Sosialisasi

Sosialisasi

Penutupan

Inovasi

Upaya Melindungi Hak Semua Kalangan

Pola Kemitraan Beras Berlabel

Dalam rangka menggalakkan penggunaan beras berlabel, berkolaborasi dengan beberapa pihak untuk meluncurkan sebuah varietas beras yang murni dan bebas campuran. Inilah langkah awal untuk mengembangkan dan membangun sistem jaminan mutu beras. Konsumen aman, petani tenang, produsen pun nyaman.

Adalah Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Ditjen PPHP) Departemen Pertanian (Deptan), PT. Hero Supermarket Tbk, dan PT. Quality Sehat Indonesia (Quasindo). Tiga institusi berbeda ini berkolaborasi sekaligus menjadi motor peluncuran Beras Berlabel. Dalam acara yang digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta, awal Desember 2007 lalu, terdapat dua produk beras berlabel resmi diluncurkan ke pasaran, yaitu beras varietas Pandan Wangi dan Ciherang.

Peristiwa ini menjadi satu rangkaian acara dengan Festival Kuliner Hero 2007 yang dibuka langsung oleh Presiden Direktur Hero, Ipung Kurnia. Selain itu, dalam acara tersebut turut digelar pula Pasar Tani Direktorat Jenderal PPHP Deptan, yang menjual hasil pertanian segar dari para petani yang dapat dibeli langsung oleh para pengunjung yang hadir dalam acara tersebut.

Peluncuran beras berlabel dilakukan langsung oleh Direktur Jenderal (Dirjen) PPHP Deptan, Said Djoko Damardjati. Dalam sambutannya, Djoko menjelaskan bahwa peluncuran beras berlabel varietas ini sebagai langkah awal dalam mengembangkan dan membangun sistem jaminan mutu beras yang diberi label varietas. Menurutnya, dengan adanya beras berlabel varietas, maka perdagangan beras harus lebih jujur. Artinya, jika sudah dijamin varietas, itu berarti memang betul-betul terjamin tidak saja dari beras hasil panennya, tapi juga harus mulai dari benihnya.

Selain itu, menurut Djoko, dengan jaminan varietas tentu akan menciptakan keseragaman dan konsistensi kualitas. “Kalau diberi label dengan jaminan varietas, beli kapan saja, di mana saja, akan selalu memberikan suatu jenis beras yang sama rasanya, sama kualitasnya. Harganya pun tidak akan berbeda jauh,” katanya di hadapan para tamu yang datang.

Selama ini, pemalsuan varietas beras cukup merugikan konsumen. Karena umumnya, beras dalam kemasan yang beredar di pasaran, varietas berasnya tidak sesuai dengan apa yang tertera pada kemasannya. Misalnya, beras kemasan yang berlabel Pandan Wangi, Cianjur, atau Rojolele seringkali isinya hanya beras oplosan, sehingga tidak 100 persen asli.

Studi mengenai kerugian yang diakibatkan dari pemalsuan varietas, menurut Djoko, sudah dilakukan sejak tahun 1990. Hasilnya, sangat mengejutkan. “Kerugiannya kita hitung waktu itu Rp 250 miliar dengan kurs dolar Amerika, Rp 1.000,” ungkap Djoko. Hal ini, tambahnya, tentu saja membuat kerugian ekonomi bagi konsumen sangat besar karena pemalsuan label varietas. “Tapi undang-undang kita (perlindungan konsumen-red) belum ada waktu itu, nah sekarang, undang-undang itu sudah ada,” tambahnya lagi.

Dengan sudah adanya regulasi mengenai label, diharapkan tidak lagi merugikan konsumen. Untuk itu, beras kemasan yang diproduksi harus sesuai dengan label yang tertera pada kemasannya. Selain itu, menurut Djoko, agar konsumen tidak tertipu oleh nama varietas pada kemasan maka Ditjen PPHP Deptan mengeluarkan label dalam bentuk logo jaminan varietas. “Kalau nanti beras itu ada label jaminan varietasnya, misalnya tertera Pandan Wangi, maka itu betul-betul Pandan Wangi 100 persen,” tegasnya.

Saat ini, lembaga yang ditunjuk Deptan untuk melakukan sertifikasi terhadap beras berlabel adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). Akan tetapi, menurut Djoko, sebentar lagi akan dikembangkan lembaga sertifikasi varietas yang memberi sertifikat jaminan varietas. “Sekarang kita sudah melatih IPB, nanti akan kita latih lagi, jadi beberapa provinsi akan ada lembaga sertifikasi,” jelasnya.

Lembaga sertifikasi varietas ini, akan mengawasi secara menyeluruh dari hulu sampai hilir. Pengawasan dilakukan dari mulai penggunaan benih, proses tanam sampai panen. Tak hanya berhenti sampai di situ, gudang penyimpanan gabah pun tak luput dari pemeriksaan untuk mengawasi kemungkian adanya campuran. Pada tahap akhir, proses giling dan pengemasan juga harus tetap diverifikasi untuk memastikan bahwa varietas beras telah sesuai dengan label yang tertera pada kemasan.

Menurut Djoko, label jaminan varietas ini tidak sekadar memberi jaminan terhadap kemurnian varietas, tapi juga mengawasi terhadap proses produksi yang tidak dibenarkan, seperti penggunaan pemutih dari bahan kimia berbahaya dan lain sebagainya. Selain itu, katanya, ke depan jaminan varietas ini tidak hanya diterapkan pada beras, namun juga pada semua komoditi pertanian, seperti buah-buahan.

Selain melindungi hak-hak konsumen, program beras berlabel ini juga memberikan keuntungan bagi petani karena harga yang diperoleh petani saat ini sudah tidak lagi disinsentif bagi petani. Bahkan, Evi Julianti, Direktur Utama CV. Quasindo, selaku distributor beras berlabel varietas Pandan Wangi dengan merek dagang Xiang Mi ini menuturkan, saat ini harga tidak lagi ditentukan oleh tengkulak. Di Cianjur, Jawa Barat, yang menjadi tempat diproduksinya beras Xiang Mi, tengkulak saat ini mengikuti harga pembelian oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Hal ini tentu saja menjadi salah satu indikator bahwa petani saat ini telah memiliki posisi tawar yang cukup baik.

Indikator lain yang bisa kita lihat dari dampak positif program ini ditunjukkan dari antusiasme para petani untuk bergabung dalam kelompok tani, seperti Gapoktan Citra Sawargi, Cianjur. Pada pertengahan tahun 2007 Gapoktan Citra Sawargi ini telah memiliki 10 kelompok tani dari yang sebelumnya hanya memiliki 5 kelompok tani pada tahun 2006.

Dengan pola kemitraan seperti ini diharapkan akan memberikan keuntungan bagi petani dan memberikan keuntungan pula bagi Gapoktan, khususnya untuk penguatan modal Gapoktan. Selain itu, dengan kualitas prima yang harus diproduksi Gapoktan dengan segmentasi pemasarannya yang sudah masuk kepada golongan menengah ke atas, diharapkan pula dapat menumbuhkan semangat bersaing dengan beras premium produksi luar negeri.

Saat ini, baru dua varietas saja yang telah memiliki label jaminan varietas, yaitu: varietas Pandan Wangi dan Ciherang. Untuk varietas Pandan Wangi, diproduksi oleh Gapoktan Citra Sawargi, Cianjur, dan dipasarkan oleh CV. Quasindo dengan merek dagang Xiang Mi. Sedangkan untuk varietas Ciherang, diproduksi oleh Gapoktan Sriwargi Mekar, Karawang, yang dipasarkan oleh PT. Hero Supermarket Tbk yang sekaligus juga menjadi private label Hero dengan merek dagang Beras Ciherang.

Beras Xiang Mi sendiri, menurut Evi, saat ini dipasarkan ke beberapa pasar tradisional, seluruh toko buah, dan beberapa pasar modern seperti Hero, Giant, Sogo, dan Gelael. Sementara, untuk Beras Ciherang, menurut Ipung Kurnia, dipasarkan di seluruh outlet Hero di Indonesia.

Sebagai langkah berikutnya, Ditjen PPHP Deptan akan membuat replikasi program beras berlabel di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Di sana akan dikembangkan varietas Rojolele. Dengan demikian, program untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak konsumen dapat terjamin keberhasilannya. Mereka pun bisa mendapatkan produk yang berkualitas dengan mudah. Semua pihak pun merasa diuntungkan. TRI

Dokumentasi

PENYERAHAN DANA UNTUK KEGIATAN GAPOKTAN

Dalam rangka memenuhi kebutuhan beras ketan dalam negeri, Gapoktan dengan Penggilingan Padi (RMU), serta RMU bekerja sama dengan Rice Milling Polish (RMP) membangun kerja sama yang saling menguntungkan. Beberapa Gapoktan yang telah melakukan kerja sama antara lain Gapoktan Citara Raharja Desa Citra Jaya, Kec.Binong, Kab. Subang yang dipimpin oleh Mastirka, Gapoktan Tani Sejahtera Desa Mulyasari, Kec.Binong, Kab.Subang yang dipimpin oleh Uhar A Kohar, Gapoktan Tunas Harapan Desa Gegesik Kidul, Kec.Gegesik, Kab.Cirebon yang dipimpin oleh H.Sudarmo S, serta Gapoktan Sumber Rejeki Desa Rangdu, Kec.Pusaka Negara, Kab.Subang yang dipimpin oleh Warnadi Umaidi.

Untuk itu, bertempat di Penggilingan Padi Mitra Meugah Lestari Desa Mundusari Pamanukan, Subang, 17 November 2007 lalu, Ketua Umum DPP PERPADI, M. Nur Gaybita menyerahkan sejumlah dana kepada empat Gapoktan. Gapoktan yang dimaksud adalah Gapoktan Citra Raharja sebesar Rp 65.000.000, dan Gapoktan Tani Sejahtera, Gapoktan Sumber Rejeki, serta Gapoktan Tunas Harapan, masing-masing sebesar Rp. 15.000.000.

Dana tersebut diberikan sesuai dengan hasil dan prestasi yang telah diraih oleh masing-masing Gapoktan dalam menghasilkan beras ketan berkualitas guna memenuhi kebutuhan ketan dalam negeri. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud dari komitmen antara Dirjen P2HP Departemen Pertanian dengan DPP PERPADI dalam melakukan pembinaan terhadap pengusaha beras, penggilingan padi, dan Gapoktan.

Selama dalam pembinaan, empat Gapoktan tersebut bersama-sama mengembangkan teknologi perbenihan, pola tanam, pola panen, pola pengolahan dan pemasarannya, serta kegiatan-kegiatan lain yang saling menunjang kehidupan petani di pedesan tersebut. MRS

  1. Gambar 1 : Ketua Umum DPP PERPADI menandatangani surat penyerahan dana kepada Gapoktan
  2. Gambar 2 penyerahan dana oleh Ketua Umum DPP Perpadi kepada Pimpina Gapoktan
  3. Gambar 3 foto Bersama antara Pengurus DPP PERPADI dengan Pengurus Gapoktan

Fluktuasi

Gejolak Harga Jelang Tiga Hari Besar

Harga Beras November – Desember 2007

Pada September lalu, banyak kalangan menduga harga beras akan mengalami kenaikan pada akhir Oktober 2007. Seperti perkiraan Direktur Utama (Dirut) Bulog Mustafa Abubakar, yang dilansir Harian Kompas, yang memperkirakan harga beras akan mengalami kenaikan pada akhir Oktober 2007. Namun, pada awal hingga pertengahan November 2007 harga beras justru sempat mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan kualitas beras pada waktu itu umumnya kurang bagus sehingga harga menjadi murah.

Seperti yang terjadi di Tegal, Jawa Tengah. Harga beras saat itu hanya Rp 4.000 - Rp 4.100 per kg untuk jenis beras C-4. Rendahnya kualitas beras mengakibatkan harga beras turun sekitar Rp 100 per kg. Beras C-4 kualitas sedang, misalnya, dijual Rp 4.100 per kg. Selain itu, di Jawa Barat, para petani memilih menjual panen dengan harga murah. Para petani harus menanggung dampak psikologis karena khawatir produksi padi mereka terkena banjir dan curah hujan menyulitkan penjemuran gabah. Hal ini, sedikit banyaknya berpengaruh pula pada harga beras.

Namun, penurunan harga yang sempat terjadi pada November lalu tidak berlangsung lama. Sebab, Hari Raya Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru, menjadi momentum yang biasanya memicu kenaikan harga kebutuhan pokok, tak terkecuali beras. Demikian juga yang terjadi pada Desember 2007 ini. Harga beras menjelang tiga hari besar tersebut masih belum stabil.

Pada awal Desember, setiap jenis beras yang dijual di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, harganya naik sebesar Rp 400 hingga Rp 500 per kg. Namun, pada minggu kedua harga beras naik makin menggila, apalagi semakin mendekati tiga hari besar. Kenaikan ini terjadi pada beberapa jenis beras. Beras jenis IR kualitas satu, misalnya, yang semula harganya Rp 4.800 per kg naik menjadi Rp 5.400 per kg. Sedangkan jenis IR kualitas dua naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 4.800 per kg. Sementara itu, IR jenis tiga yang sebelumnya dijual Rp 4.100 rupiah per kg melonjak menjadi Rp 4.600 per kg. Karena gejolak ini, para pedagang mengaku sangat merasakan imbasnya. Penjualan mereka menurun drastis.

Pada pertengahan Desember Dirut Bulog, Mustafa Abubakar dalam inspeksi mendadaknya ke Pasar Induk Cipinang, menghimbau masyarakat untuk tidak khawatir dengan stok beras nasional menjelang Idul Adha. Menurutnya, waktu itu, stok beras sebanyak 200 ribu ton telah disiapkan untuk mengantisipasi naiknya kebutuhan beras menjelang Idul Adha. Angka tersebut dianggap cukup memenuhi kebutuhan pasar.

Pekan sebelumnya, Bulog juga telah menggelar operasi stabilisasi harga untuk menekan harga beras yang dikhawatirkan akan terus naik menjelang hari raya dan masa paceklik. Harga beras kualitas tiga ditetapkan Rp 4.350 per liter, sedangkan harga yang ditetapkan pedagang di Pasar Induk Cipinang, sebesar Rp 4.600 per liter.

Selain itu, di pasar beras Bendul Mrisi Surabaya, Jawa Timur, harga beras pada pertengahan Desember juga naik drastis. Di sini, kenaikan harga terjadi tidak hanya karena menjelang tiga hari besar, tetapi juga akibat terhembus isu pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), sehingga petani menaikan lebih dulu harga gabah. Akibatnya, seluruh jenis beras mengalami kenaikan antara Rp 200 hingga Rp 400 per kg.

Dari pantauan di Pasar Bendul Mrisi Surabaya, beras untuk kualitas rendah yang awalnya dijual dengan harga Rp 4.500 naik menjadi Rp 4.700 per kg. Beras kualitas sedang yang sebelumnya dijual Rp 4.700 naik menjadi Rp 5.000. Sedangkan beras kualitas bagus sebelumnya Rp 5.700 naik menjadi Rp 6.000 per kg. Seperti yang terjadi di Pasar Induk Cipinang, gejolak ini membuat penjualan beras di Pasar Bendul Mrisi Surabaya juga sepi.

Sementara itu, di tingkat eceran, menurut catatan Departemen Perdagangan, rata-rata kenaikan harga beras secara nasional selama Desember yaitu sebesar 1,03 persen dibanding bulan sebelumnya yaitu dari Rp 4.985 per kg menjadi Rp 5.036 per kg. Namun, seperti telah disinggung sebelumnya, harga eceran rata-rata beras di Jakarta justru menurun 0,24 persen dari Rp 4.862 per kg pada November menjadi Rp 4.850 per kg. TRI

Varia

Primadona di Lahan Kering

Padi Gogo

Negara agraris mengalami kerawanan pangan? Mungkin saja. Banyaknya lahan irigasi subur yang dikonversi untuk kepentingan non pertanian yang tidak diimbangi dengan pembukaan lahan baru dapat menjadi penyebab. Tak terkecuali lahan persawahan yang tidak sedikit telah beralih fungsi. Sebagai salah satu solusi, lahan kering harus segera dioptimalkan sebagai pengganti lahan persawahan yang terkonversi dengan menanam padi gogo.

Mengapa padi gogo sebagai salah satu solusi? Berdasarkan tipologi wilayah pengembangannya, varietas padi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu padi sawah, padi gogo, dan padi sawah pasang surut atau padi rawa. Dari ketiga kelompok padi tersebut, padi gogo-lah yang sangat cocok untuk ditanam di lahan kering. Meskipun secara umum produktivitas padi gogo masih lebih rendah dibandingkan padi sawah dan padi sawah pasang surut, namun keberadaannya bisa menjadi solusi guna mengoptimalkan lahan kering sebagai substitusi lahan sawah yang terkonversi.

Menurut data Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian (1998) terdapat sekitar 5,1 juta hektare lahan yang tersebar di berbagai daerah berpotensi untuk dijadikan sarana pengembangan tanaman pangan khususnya padi gogo. Dengan potensi seperti ini, tentu saja peluang pengembangan pertanian di lahan kering cukup besar.

Sayangnya, potensi sumber daya lahan yang cukup besar ini belum bisa diimbangi dengan produktivitas padi gogo itu sendiri. Pada tahun 2004 saja produksi padi gogo secara nasional baru mencapai 2,4 ton per hektare yang jauh di bawah rata-rata padi sawah yang mencapai 4,7 ton per hektare. Padahal, di Peru, dengan kondisi iklim yang menunjang dan metode pemupukan yang tepat, hasil padi gogo pernah mencapai 7,2 ton per hektare.

Rendahnya produktivitas padi gogo di tingkat petani ini lebih disebabkan karena faktor keterbatasan pengetahuan petani dalam pengelolaan tanaman seperti, penerapan teknologi budidaya yang belum optimal, terutama dalam penggunaan varietas unggul, pemupukan, dan pengendalian penyakit seperti penyakit blas (P. gresea) yang merupakan masalah utama padi gogo. Selain itu, pada umumnya petani padi gogo termasuk golongan petani miskin yang tentu saja memiliki banyak keterbatasan. Karena keterbatasannyalah, petani padi gogo biasanya mengolah tanaman dengan “apa adanya”.

Secara umum budidaya padi gogo banyak dilakukan petani pada lahan terbuka, seperti di sekitar bantaran sungai, perbukitan daerah aliran sungai (DAS), dan sebagai tanaman sela di lahan perkebunan maupun di dalam tegakan tanaman hutan tanaman industri (HTI) muda sejenis jati, damar, puspa, dan sebagainya.

Hal ini dapat kita telusuri di sejumlah daerah seperti di Hutan Pendidikan Gunung Walat milik Institut Pertanian Bogor (IPB) di Sukabumi, Jawa Barat, yang menanam padi gogo di bawah tegakan pohon damar yang sudah berumur produktif. Selain itu, ada juga petani yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan di Desa Setren, Ngasem, Bojonegoro, yang mengelola areal lahan milik Perhutani Unit II Jawa Timur. Sebelumnya, lahan yang ditanami itu merupakan bekas hutan yang gundul akibat praktik penebangan kayu liar pada 1998 hingga 2001.

Menurut data Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, setidaknya ada tujuh varietas padi gogo, yaitu Cirata, Towuti, Limboto, Danau Gaung, Batutegi, Situ Patenggang, dan Situ Bagendit. Semua varietas ini memiliki karekteristik masing-masing seperti keterangan yang tersaji dalam tabel Deskripsi Varietas Padi Gogo. Seperti juga terlihat dalam tabel, sebenarnya padi gogo memiliki potensi hasil yang cukup tinggi bila diimbangi dengan pemupukan yang optimal.

Di sela keterbatasan lahan persawahan sebagai dampak “keserakahan” pembangunan, maka pengoptimalan lahan kering harus menjadi salah satu agenda prioritas. Namun, perlu diingat pula, karena budidaya padi gogo yang umumnya masih dilakukan dengan sederhana, maka kegiatan ini tetap memerlukan pendampingan oleh lembaga-lembaga terkait seperti Balai Penelitian Tanamana Padi (BPTP) dan Dinas Pertanian setempat. Sehingga diharapkan petani padi gogo tidak lagi hanya menanam dengan “apa adanya”, tapi juga memperhatikan pula cara membudidayakan padi gogo secara optimal.

Pengoptimalan lahan kering dengan menanam padi gogo tentu akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Mengingat banyak faktor yang terkait dengan keberadaan petani padi gogo yang memiliki banyak keterbatasan baik secara pengetahuan maupun modal. Pandampingan petani padi gogo tidak cukup dengan memberikan panduan sekilas, tapi harus dilakukan secara terintegrasi dan berkesinambungan antara petani, penyuluh pertanian, peneliti, bahkan mungkin lembaga keuangan. Dengan demikian, diharapkan petani akan memperoleh tambahan pengetahuan tentang bagaimana memilih benih yang unggul, memupuk yang seimbang, serta mengendalikan hama dan penyakit secara efektif.

Dapat dikatakan, padi gogo saat ini memang bukan merupakan varietas padi yang disukai oleh petani padi pada umumnya. Selain produktivitasnya masih tergolong rendah, kebanyakan lahan yang dimiliki petani padi adalah lahan basah atau persawahan. Meskipun demikian, keberadaan padi gogo tidak boleh diremehkan, karena bukan tidak mungkin varietas ini bisa menjadi alternatif lain sebagai penyumbang pengadaan pangan nasional yang bisa diandalkan selain padi sawah.

Tentu, untuk mengarah pada capaian seperti ini mensyaratkan petani padi gogo tidak dibiarkan begitu saja. Harus ada penyuluhan dan pendampingan. Dengan demikian, otensi lahan kering yang cukup besar di Indonesia bisa membuat kita sedikit “bernafas lega” menghadapi ancaman berkurangnya pangan nasional akibat diversifikasi lahan khususnya lahan persawahan. AJI

Deskripsi Varietas Padi Gogo


CIRATA

TOWUTI

LIMBOTO

DANAU GAUNG

BATUTEGI

SITU

PATENGGANG

SITU

BAGENDIT

Asal persilangan

IR9129-159-3/IR 5975

S499B-28/Carreon/2*IR 64

Papah Aren/IR 63/Dogo

ARC10372/

B6135/Way Rarem

B6876B-MR-10/B6128B-TB-15

Kartuna/TB47H

/MR-10

Batur/2*S2823-

7D-8-1-A

Umur tanaman

115-125 hari

105-115 hari

115-125 hari

110-116 hari

112-120 hari

110-120 hari

110-120 hari

Bentuk tanaman

Tegak

Tegak

Tegak

Tegak

Tegak

Tegak

Tegak

Tinggi tanaman

100-110 cm

95-100 cm

110-132 cm

130-140 cm

120-128 cm

100-110 cm

99-105

Takstur nasi

Pulen

Pulen

Sedang

Sedang

Pulen

Sedang

Pulen

Rata-rata hasil

4,5 ton/ha GKG

4,0 ton/ha GKG

4,5 ton/ha GKG

3,4 ton/ha GKG

3,0 ton/ha GKG

4,6 ton/ha GKG

4,0 ton/ha GKG

Potensi hasil

6,5 ton/hs GKG

7,0 ton/ha GKG

6,0 ton/ha GKG

5,5 ton/ha GKG

6,0 ton/ha GKG

6,0 ton/ha GKG

6,0 ton/ha GKG

Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2007

Tips

Menyimpan Beras dengan Baik

Beras merupakan salah satu bahan makanan utama dalam kehidupan kita. Komposisi nasi (beras) sebagai makanan yang kita konsumsi setiap hari begitu dominan, yaitu sekitar 70%. Ketersediaan makanan ini senantiasa dibutuhkan oleh tubuh kita untuk meningkatkan kualitas kesehatan sekaligus hidup kita.

Namun, seringkali kita menemukan adanya gangguan kesehatan justru disebabkan oleh beras (nasi) yang kita konsumsi. Hal ini mungkin saja dipicu oleh kualitas beras yang kita masak. Atau, bisa juga cara kita dalam menyimpan beras tidak memenuhi standar penyimpanan yang baik.

Siapa pun tanpa kecuali sangat berkepentingan dengan beras yang tahan lama, terutama mereka yang sering membelinya dalam jumlah banyak demi mengirit waktu belanja. Yang kita lihat selama ini, mayoritas konsumen kurang memahami benar. Mereka cenderung merasa cukup puas dengan pola penyimpanan beras secara konvensional. Pokoknya asal tidak melebihi kurun waktu tertentu menurut ukuran tradisi lingkungan setempat.

Seandainya kita paham, sebenarnya daya tahan beras bisa diperpanjang. Untuk itu, simak beberapa panduan singkat tentang menyimpan beras sebagai berikut:

  1. Pastikan dulu bahwa beras yang akan kita simpan sebagai persediaan merupakan beras baru dan berkualitas. Jika tidak, cara penyimpanan apapun yang kita lakukan senantiasa tidak akan mendapatkan hasil yang optimal jika ternyata beras yang kita simpan tergolong beras yang tidak baik.

  1. Jaga suhu tempat penyimpanan. Jangan terlalu panas ataupun terlalu dingin (lembab). Suhu yang tidak stabil ini menjadi pemicu timbulnya bau apek maupun serangga pada beras. Hasilnya, walaupun masih layak dikonsumsi, bau yang ditimbulkannya terkadang mengurangi selera makan kita.

  1. Pastikan pula tempat penyimpanan beras tahan karat atau tidak. Sebab, tempat penyimpanan yang mudah karat akan mempengaruhi kualitas beras yang kita simpan.

  1. Jangan kita menyimpan beras terlalu lama. Sebab, beras yang disimpan terlalu lama akan mudah dimakan kutu. Kutu beras ini memang seringkali membuat kita pusing. Oleh sebab itu, simpan beras menurut persediaan secukupnya dengan rentang waktu yang tak terlalu lama.

  1. Agar terhindar dari gangguan serangga, sebaiknya campurkan beras bersama dua-tiga tangkai daun asam Jawa atau daun belimbing buluh yang telah. dibersihkan atau dikeringkan. Kita juga dapat menyisipkan beberapa batang lada kering atau beberala helai daun limau ke dalam beras.

  1. Kita bisa saja menggunakan “High-Voltage Electric Pulses", sejenis alat untuk mensterilkan kutu/kuman beras atau pencegah beras busuk seperti yang dilakukan masyarakat Jepang. Alat ini ekonomis, praktis, dan aman. Terlebih dulu beras dimasukkan ke dalam kantong plastik dengan beberapa elektroda. Berikan pulse listrik "bertegangan" dan "berkecepatan" sangat tinggi, masing-masing sekitar 50 kilo volt dan 100 kali per detik. Lamanya 15 menit. Ditaksir bahwa hampir semua jenis kumannya musnah seketika. Biayanya sangat murah.

Beras jenis apapun tidak akan menjamin bebas dari serbuan kutu dan kuman. Kehadiran kuman atau kutu pun bisa mengubah komposisi beras, antara lain dengan menghasilkan enzim yang aktif menghidrolisis zat karbohidrat. Selain itu, menghidrolisis lemak dan protein yang masing-masing mengakibatkan beras menjadi busuk. Dengan panduan di atas, setidaknya kita tahu tentang menyimpan beras dengan lebih baik. Selama mencoba! QYH

Selebrita

Terpesona Beras Jepang

Sonia Wibisono

Tidak ada yang meragukan arti keberadaan nasi. Sebagai sumber karbohidrat, keberadaan nasi begitu diperlukan bagi kita. Hal ini juga disadari oleh Sonia Wibisono. Dokter yang juga bintang iklan berbagai produk kesehatan ini mengatakan, kandungan vitamin dalam nasi atau beras akan lebih bernilai apabila ari-ari atau kulit berasnya tidak semuanya terbuang. “Tapi, jarang ya sekarang kita melihat beras yang masih ada kulitnya,” katanya.

Paradigma bahwa belum makan kalau belum makan nasi yang masih dianut mayoritas masyarakat, menurutnya, lebih dikarenakan pola maupun kebiasaan yang sudah terbentuk dari kecil. “Karena dari kecil tiap hari memang makan nasi, jadi kebiasaan,” katanya sambil tersenyum. Pola ini akan berbeda, lanjutnya, jika anak-anak dari kecil sering diberi makan mie, bakso, hingga makanan yang manis, gurih, dan sebagainya. “Jadi, semua ini hanya soal kebiasaan.”

Dokter lulusan Universitas Indonesia, ini tidak sepenuhnya menyalahkan pola maupun kebiasaan tersebut. Dalam beraktivitas, setiap orang membutuhkan energi. Mulai sejak bangun tidur, bekerja, bersantai, hingga tidur lagi. Yang penting, tambahnya, yang perlu diatur adalah takaran dalam mengonsumsi makanan yang dibutuhkan. “Jangan makan bakmi semangkuk, ditambah nasi sepiring, dan french fries 1 boks, yang semuanya adalah sumber energi. Ya, alhasil gendut la yaw,” katanya sebelum tergelak.

Benarkah menggantungkan kebutuhan kalori dari beras hanya merangsang pertumbuhan tubuh daripada perkembangan daya pikir atau kecerdasan? Sonia, panggilan akrabnya, tidak sepenuhnya mengiyakan soalan ini. Menurut pembicara di berbagai seminar kesehatan ini, tiap zat gizi mempunyai fungsinya masing masing. Karbohidrat lebih berfungsi sebagai sumber energi kita. Jadi, kalau bekerja lebih banyak dengan otot, memang membutuhkan lebih banyak energi.

“Istilah itu sebenarnya salah kaprah. Otot pun baru bisa berkembang kalau dilatih, seperti berolahraga, angkat besi, atau sering angkat berat,” tuturnya. Kalau makan tinggi kalori saja, tapi tidak angkat angkat, lanjutnya, jadinya bukan otot berkembang, tapi numpuk jadi lemak yang berkembang. Hasilnya, jadilah perut, paha, tangan, serta beberapa anggota tubuh yang berlemak dan terlihat lebih gemuk.

Sebetulnya, kebutuhan kalori dapat dipenuhi dari berbagai jenis makanan, seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Singkong, jagung, kentang, ubi, dan beberapa jenis makanan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk itu. Bahkan, tidak sekadar pilihan nomor dua, kata Sonia, berbagai jenis pangan ini memiliki presentasi karbohidrat yang lebih besar, sehingga dapat digolongkan menjadi sumber energi selain beras atau nasi.

Kalau untuk mengembangkan kecerdasan atau daya pikir, ia berpendapat, tentu kita tidak semata mengandalkan makanan. Memang, otak untuk berpikir tentu membutuhkan kalori, seperti karbohidrat, protein, atau lemak. Namun, menurutnya, otak tetap membutuhkan latihan untuk berkembang, makanya kita butuh sekolah, les, dan belajar terus agar otak tetap berkembang dan tetap terjaga kecerdasannya. Ia juga menekankan, kita perlu juga memperkaya konsumsi vitamin dan mineral agar semua sel, termasuk sel otak, tumbuh dan berkembang dengan optimal.

Berbicara soal beras terbaik, menurutnya, jenis beras apapun tetap layak kita konsumsi, baik dari segi kandungan gizi maupun dampaknya bagi kesehatan kita. “Beras apa saja, yang penting alami dan tidak ditambah zat-zat kimia,” katanya. Namun, dari beragam jenis maupun varietas beras yang ada, ia merekomendasikan beras merah lebih bagus. “Ia adalah karbohidrat kompleks,” tuturnya.

Jika diperbandingkan, nasi putih memiliki karbohidrat yang tergolong sederhana. “Memang cepat kenyang dan bikin ngantuk. Tapi, kita juga cepat lapar lagi,” katanya sambil tertawa. Sedangkan, nasi merah/ beras merah adalah lebih baik untuk kesehatan karena mengandung lebih banyak serat yang baik untuk pencernaan tubuh. Selain itu, beras merah juga dapat menjadi gula darah lebih lama ketika dicerna, sehingga seseorang yang makan itu tidak cepat lapar lagi. “Tapi, sayangnya, banyak yang kurang suka rasanya ya,” katanya.

Ingin tahu nasi dari jenis berapa apa yang digemari Sonia? Perempuan berusia 30 tahun ini ternyata begitu mengemari nasi yang pulen, hangat, dan dimakan dengan menggunakan tangan. Ia juga jatuh hati pada beras Jepang, yang katanya, pulen dan empuk. “Soalnya, saya suka yang empuk-empuk,” tandasnya sembari tergelak. Namanya juga selera. GUS