Jumat, 28 November 2008

Varia

Kemilau yang Membawa Harapan

Beras Emas (Golden Rice)

Seperti namanya, beras emas memang berwarna oranye agak kekuning-kuningan. Sekilas menyerupai warna logam mulia emas. Bedanya, kalau logam mulia emas asli berwarna pekat, beras emas berwarna agak bening. Warna keemasan ini diihasilkan dari betakaroten yang terkandung di dalamnya. Beras emas ini membawa angin segar terhadap kebutuhan pangan dan kecukupan nutrisi terutama vitamin A yang sering menjadi masalah di negara-negara berkembang.

Beras emas tergolong beras temuan baru, karena baru ditemukan sekitar tahun 2000-an. Beras ini kali pertama dikembangkan oleh Tim dari Swiss Federal Institute of Technology di Zurich yang terdiri dari empat lembaga penelitian yaitu, Germany’s University of Freiburg, Hoffman-LaRoche, perusahaan farmasi Swiss, dan International Rice Research Institute (IRRI) di Manila.

Tim yang diketuai oleh Dr. Ingo Potrykus dari Institute for Plant Sciences, Swiss Federal Institute of Technology, ini telah berhasil melakukan terobosan mutakhir dengan memasukkan dua gen utama dalam pembentukan provitamin A yang berasal dari gen jagung atau tanaman dafodil (Narcissus pseudonarcissus). Satu gen lagi berasal dari jenis bakteri tanah Erwinia uredovora di dalam endosperma padi.

Produk enzim dari dua gen tersebut membentuk likopen yang selanjutnya diubah menjadi betakaroten dan karatenoid provitamin A lainnya oleh enzim yang terkandung di dalam beras. Tak hanya berhenti sampai di situ, biji padi hasil rekayasa genetika itu dihibridasikan (dikawinkan) dengan padi yang diperkaya zat besi untuk menghasilkan padi super. Alhasil, perkembangan modifikasi genetika ini pun menghasilkan padi Hybrid yang mengandung Vitamin A dan zat besi.


Berdasarkan data WHO, diperkirakan 500 ribu orang per tahun di seluruh dunia mengalami kekurangan vitamin A. Pada anak-anak, kekurangan vitamin A bisa berakibat fatal, yaitu bisa menyebabkan kebutaan. Bahkan, lebih parahnya, defisiensi vitamin A juga bisa mengakibatkan kematian pada anak-anak. Diperkirakan sejuta orang mati per tahunnya karena kekurangan vitamin A dan malnutrisi.

Sementara itu, di banyak negara di dunia yang jumlah anak-anaknya cukup banyak justru menjadikan beras sebagai makanan pokok dan mensuplai sekitar 80 persen dari kalori per hari. Tentunya, ini tidak perlu terjadi jika dalam beras yang dikonsumsi mereka dapat mensuplai asupan provitamin A.
Jika ditilik lebih lanjut, saat ini beras yang umum dikonsumsi masyarakat adalah beras putih yang tidak mengandung betakaroten dan provitamin A lainnya. Selain itu, beras putih biasa sangat miskin akan kandungan mikronutrisi seperti zat besi dan Zinc. Melihat realita tersebut, maka lumrahlah bila asupan vitamin A sulit didapat jika hanya mengandalkan konsumsi beras putih biasa.

Idealnya, berdasarkan estimasi yang telah dibuat, jika varietas terbaru dari beras emas dikonsumsi dalam jumlah yang sama dengan konsumsi beras putih biasa serta dikombinasikan dengan makanan lainnya akan akan memenuhi hampir sebagian besar vitamin A yang dibutuhkan.

Di balik manfaat besar yang ditawarkan beras emas, sejumlah pakar mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya keracunan vitamin A yang disebabkan dalam mengonsumsi beras emas. Namun, Dr. Ingo Potrykus membantah keras pernyataan tersebut. Menurutnya, akumulasi vitamin A tidak akan terjadi karena beras emas tidak menyediakan vitamin A secara langsung, melainkan menyediakan betakaroten. Nah, betakaroten inilah yang kemudian di dalam tubuh diubah menjadi vitamin A. “Adalah sangat sulit terjadinya kelebihan dosis betakaroten,” tegasnya.

Sayangnya, keberadaan beras emas masih menuai sejumlah kontroversi. Banyak kalangan menduga, bahwa beras ini masih belum memenuhi persyaratan biosafety (keselamatan hayati). Pasalnya, seperti diketahui, produk pertanian rekayasa genetika dihasilkan dengan cara mengubah susunan genetis tanaman dengan cara mengambil dan menambahkan gen organisme lain ke dalam DNA tanaman untuk memberinya sifat yang baru. Namun, dampaknya bagi lingkungan dan manusia yang memakannya belum diketahui. Sehingga penelitian demi penelitian serta uji coba lapang yang lebih luas secara berkesinambungan masih perlu dilakukan untuk beberapa tahun ke depan guna lebih memastikan keamanannya.

Masalah lain yang kemudian timbul terlepas dari kontroversi biosafety yang menghinggapi beras emas adalah varietas padi emas yang saat ini dikembangkan oleh kalangan swasta di Amerika Serikat ternyata kurang cocok untuk ditanam di wilayah Asia. Hal ini yang mendorong IRRI dan jaringan kerja padi emas di Asia seperti India, Filipina, Cina Bangladesh, Vietnam termasuk di dalamnya Indonesia untuk mulai melakukan pemuliaan sifat beras emas ke varietas yang cocok untuk di tanam di Asia. Rencananya, pengujian di lahan petani di Asia akan dimulai tahun ini. Setelah melalui pengujian lapang yang lebih luas serta telah memenuhi persyaratan biosafety, barulah varietas yang cocok untuk Asia ini dilepas untuk di tanam secara luas. Tentu, proses ini akan memerlukan waktu beberapa tahun ke depan.

Dengan keunggulan yang dimiliki beras emas dibandingkan beras putih biasa, diharapkan bisa menjadi solusi dalam mengatasi kerawanan pangan. Beras yang warnanya kemilau ini sekaligus menjadi harapan baru dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, khususnya provitamin A dan zat besi yang masih banyak dialami sekitar 125 juta anak di seluruh dunia. AJI






Tips

TIPS
MEMBUAT MASAKAN LEBIH ISTIMEWA

Dari sebiji beras, lahirlah berbagai macam inovasi. Aneka ragam olahan dengan bahan dasar beras begitu mudah kita jumpai saat ini. Mulai dari menu ringan, minuman, hingga makanan berat yang mengenyangkan. Hal ini merupakan inovasi maupun temuan dari para ahli masakan yang terus memperkaya khazanah kuliner kita.

Namun, sejatinya olahan nasi pun dapat dibuat secara beragam. Pakar makanan maupun masakan senantiasa mengembangkan karya dan kreativitasnya. Tujuannya agar sajian maupun tampilan olahan nasi tak sekadar untuk memenuhi kebutuhan pangan, tapi juga menjadi oase yang menyuguhkan aroma dan kelezatan yang lebih istimewa. Berikut di antaranya:

1. Beras + Ketan
Mencampurkan beras dengan ketan diyakini banyak orang memiliki dampak yang baik bagi masakan. Campuran ini juga membuat nasi memiliki daya lekat yang baik, pulen, dan terasa lebih wangi. Daya lekat yang bagus ini memungkinkan nasi dibentuk dengan lebih mudah. Tak hanya itu, masakan juga memiliki cita rasa yang lebih khas dan beraroma.

Dalam membuat nasi kuning, bacang, atau nasi tumpeng, banyak orang menggunakan campuran beras dan ketan ini sebagai bahan dasarnya. Di samping memudahkan dalam membentuk nasi tumpeng, daya lekatnya juga dapat membuat tumpeng hasil kreasi lebih tahan lama.

2. Beras Biasa + Berah Merah
Tidak ada yang meragukan kualitas maupun khasiat beras merah bagi kesehatan. Khasiatnya banyak, seratnya juga tinggi. Meskipun demikian, banyak yang mengeluhkan olahan beras merah terasa kering di tenggorokan. Maklum saja, dalam setiap butir beras merah masih terkandung sisa-sisa kulit (bekatul) yang belum sepenuhnya hilang. Rasanya pun tidak segurih beras biasa.

Namun, bekatul yang tersisa inilah yang membuat beras merah kaya akan vitamin. Untuk membuat cita rasa beras merah lebih baik, campuran beras biasa dengan beras merah menjadi solusi tepat. Dengan cara mencampurkan secara proporsional, rasa makanan jadi lebih nikmat. Jangan khawatir, khasiat beras merah tetap dapat dirasakan.

3. Beras + Jagung
Ada cara lain agar olahan nasi memiliki serat yang cukup. Campuran beras dengan jagung diyakini banyak orang akan menambahkan unsur serat pada makanan. Nasi akan mempunyai aroma yang beda dan kandungan gizinya lebih banyak. Jagung yang kaya akan karbohidrat membuat acara santap Anda terasa lebih mengenyangkan. Rasa kenyang diyakini lebih tahan lama.

Jagung yang dicampurkan pada beras bisa diiris saat masih muda atau digiling bila sudah tua. Jagung yang digiling menghasilkan butiran sebesar beras. Cara mencampurnya dapat disesuaikan dengan selera. Bisa proporsional, dominan beras, atau lebih banyak jagungnya. Campuran makanan ini dapat menghadirkan cita rasa baru dalam bersantap.

Padu padan beras di atas hanya beberapa contoh yang diambil dari keanekaragaman kuliner nasional. Tentu, masih banyak karya maupun kreativitas ahli masakan yang terus mengalami inovasi sepanjang waktu dan mendapat tempat di hati publik. Kombinasi beras ini diyakini tak akan menghilangkan cita rasa maupun kekhasan beras, namun bahkan akan membuat makanan Anda terasa lebih istimewa. Selamat mencoba! QYH

Sosok


FADEL MUHAMMAD
PELOPOR KEBANGKITAN AGROPOLITAN

From zero to hero. Begitulah gambaran mengenai kiprah dan kontribusi Fadel Muhammad terhadap Provinsi Gorontalo. Sebagai gubernur dengan provinsi baru yang awal pembentukannya dicibir secara sinis, ia mampu membuat lompatan jauh ke depan. Gorontalo tumbuh menjadi daerah mandiri, bahkan menjadi daerah yang punya perkembangan paling pesat di Indonesia Timur, khususnya Sulawesi.

Kalau Nani Wartabone dikenal sebagai tokoh sejarah klasik Gorontalo, maka Fadel, panggilan kecilnya, menjelma menjadi tokoh sejarah Gorontalo modern. Ia mencintai sekaligus dicintai rakyatnya. Sebuah simbiosis mutualisme yang langka. Di saat euforia pemilihan kepala daerah (pilkada) dan orang mulai rebut mencari sosok pemimpin ideal, masyarakat Gorontalo telah merasakan arti maupun keberadaan seorang pemimpin yang mengerti kata hati dan memahami kemauan mereka.

Di sisi lain, pria kelahiran Ternate, 20 Mei 1952, ini menjadi gubernur yang paling banuak dibicarakan di tingkat nasional. Memang ia telah populer jauh sebelum menjadi pemimpin daerah. Namun, kiprah, sepak terjang, ide, maupun program pembangunannya telah menarik perhatian publik. Gorontalo, seperti yang diimpikannya sendiri, telah menjadi salah satu wilayah perdagangan sekaligus lumbung pangan potensial di kawasan timur Indonesia.

Lewat gagasannya yang kental dengan jiwa kewirausahaan, Gorontalo tumbuh menjadi daerah yang giat membangun, mulai dari sumber daya manusia, perikanan dan pertanian. Sehubungan dengan dua fokus yang disebut terakhir ini, jagung dan ikan adalah dua komoditas yang dalam beberapa tahun ini diunggulkan sebagai brand Provinsi Gorontalo. Dua komoditas ini semakin dipacu lagi dengan program yang disebut Program Agropolitan. Jagung pun kini diidentikkan dengan Gorontalo. Karenanya, Fadel pun dijuluki sebagai “Gubernur Jagung”.

Fadel terus berinovasi dalam mewujudkan mimpinya untuk mewujudkan Gorontalo yang sejahtera dan diperhitungan di tingkat nasional. Provinsi di bagian utara Kepulauan Sulawesi ini telah menjadi sentra baru penghasil padi. “Budaya enterpreneurship itu perlu dimiliki oleh seorang pemimpin daerah, sehingga mereka kreatif dan inovatif. Tanpa budaya enterpreneurship, daerah itu akan tumbuh secara lamban,” katanya kepada Qusyaini Hasan, Mukhri Soni, dan Tri Aji dari Majalah PADI saat menemuinya di Kantor Perwakilan Provinsi Gorontalo di Gedung Anugerah, Jakarta Selatan. Berikut petikannya:



Bisa diceritakan kondisi obyektif Gorontalo hari ini?
Kondisi Gorontalo hari ini jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi Gorotalo ketika saya pertama kali menjadi Gubernur. Hal ini dapat diukur dari dari daya beli masyarakat yang meningkat sekali. Tingkat pendidikan masyarakat semakin baik, sumber daya manusianya semakin bagus. Tingkat kesehatan masyarakat semakin meningkat, karena akses dan pelayanan terhadap kesehatan semakin bagus. Tiga hal inilah yang menjadi ukuran saya untuk menyatakan kondisi Gorontalo semakin baik dari sebelum-sebelumnya.

Apa kemajuan yang signifikan di bidang ekonomi?
Kalau kita lihat pertumbuhan ekonomi Gorontalo ketika pertama kali saya menjadi Gubernur hanya 4,sekian %, lalu naik menjadi 5%, dan sekarang 7,9 %. Malah menurut Bank Indonesia pertumbuhan ekonomi Gorontalo itu 8 %. Dan, yang saya senang, Gorontalo hari ini disebut sebagai propinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, artinya ekonomi tumbuh, tapi rakyat pada level menengah dan bawah juga ikut tumbuh. Hal ini dicapai karena kita memprioritaskan pembangunan di sektor pertanian dan perikanan, sebab di sinilah kantong-kantong kemiskinan berada.

Gorontalo kini menjadi provinsi baru yang terus berkembang. Apa yang menjadi kunci sukses kepemimpinan Anda sehingga mampu mengangkat Gorontalo?
Banyak faktor utama yang menjadi kunci kesuksesan saya selama memimpin Gorontalo. Pertama, Gorontalo itu kita bangun dengan konsep yang berbeda, bahwa kita fokus terhadap program-program yang kita buat. Kalau di daerah lain kan semua mau dikerjakan. Kalau di Gorontalo kita hanya fokus membangun sumber daya manusia, pertanian, dan perikanan. Jadi, akhirnya dana yang terbatas bisa dimanfaatkan secara maksimal, sehingga tampak hasil dari program yang kita laksanakan.

Kedua, kita harus menggerakkan masyarakat melalui birokrasi. Jadi birokrasi di Gorontalo saya berdayakan dengan baik dengan merubah main set. Kultur para birokrat di Gorontalo itu saya ubah ke arah yang lebih baik sehingga para birokrat itu bekerja menjadi penggerak dan motivator bagi petani. Dan, jangan lupa bahwa para birokrat itu dibayar dengan menggunakan uang rakyat, maka kalau tidak dimanfaatkan dengan baik, kan mubazir.

Apakah jaringan juga menjadi penentu kesuksesan Anda?
Saya berpendapat bahwa seorang pemimpin daerah itu bisa melakukan perubahan kemudian sukses ke arah yang lebih baik kalau dia punya networking yang kuat. Saya kebetulan punya network yang kuat di Jakarta, sehingga saya bisa bikin program-program skala nasional bahkan internasional. Sebaliknya menurut saya kelemahan-kelemahan dari bupati-bupati dan juga gebernur-gubernur lainnya adalah mereka tidak punya network yang kuat, sehingga dalam membangun daerahnya tidak secepat Gorontalo dalam mengembangkan daerahnya. Maka netwok itu sangat penting sekali dalam membangun dan mengembangkan daerah.

Lalu, Anda juga memperhitungan soal brand daerah. Bisa dijelaskan?
Kita harus mengambil branding, trade mark, atau merek dalam mengembangkan potensi daerah. Dan, saya berpendapat bahwa mengembangkan sebuah wilayah/daerah harus punya branding. Memang jaman dulu daerah tidak perlu branding, tapi sekarang dengan koorporasi mau tidak mau satu daerah harus punya branding yang bisa ditonjolkan baik ke tingkat nasional maupun internasional.

Gorontalo pun mengusung jagung sebagai brand?
Jagung adalah komoditas yang kami branding selain ikan. Oleh karena itu, kami menjamin ketersediaan benih unggul dan pupuk dengan harga terjangkau petani, Prasarana dan jalan ke sentra jagung dibangun, demikian pula kebijakan perbankan di Gorontalo. Para petani dan Camat dibawa ke Jawa hingga Thailand untuk belajar memproduksi pertanian yang baik. Hasilnya, spektakuler. Petani Gorontalo mampu menciptakan benih jagung unggul bernama Lamuru FM. Dan, sejak tahun 2002, Gorontalo telah mengekspor jagung ke Malaysia lalu ke Korea Selatan, langsung dari Pelabuhan Gorontalo. Gorontalo berencana akan mengekspor jagung hingga satu juta ton.

Mengenai pemerintahan yang transparan dan akuntabel, bagaimana menurut Anda?
Ini adalah salah satu faktor kunci keberhasilan. Saya membangun pemerintahan dengan transparan dan akuntabel. Transparan artinya saya berkomunikasi dengan orang, mau ketemu saya selama saya ada waktu silakan. Pesan singkat melalui handphone akan saya balas. Begitu juga koran maupun terbuka kritik saya. Saya bahkan punya acara Halo Gubernur di media lokal setiap minggu. Saya pastikan, pemerintahan saya akuntabel dapat dipertanggung jawabkan dalam segala hal, baik di bidang pendidikan maupun dalam bidang kesehatan masyarakat. Saya pernah membuktikan akuntabilitas dari Gorontalo itu dengan mengundang BPKP untuk mengaudit Gorontalo. Hasilnya di semua sektor, mulai dari pertanian, pendidikan, kesehatan dan sebagainya, semuanya akuntabel dapat dipertanggungjawabkan.

Ada yang berpendapat bahwa Gorontalo melejit seperti sekarang karena dipimpin oleh sosok yang memiliki jiwa entrepreneurship yang kuat. Benarkah?
Kami memang ingin membangun masyarakat Gorontalo yang mandiri, berbudaya entreperneur, dan bersandar pada moralitas agama. Kemandirian, diukur dengan kemampuan untuk mempertahankan otonomi provinsi Gorontalo agar tak kembali ke provinsi induk. Budaya entrepreneur diukur dengan kemampuan masyarakat melakukan pembaruan, pengorganisasian, penciptaan sesuatu yang ditujukan untuk mencapai kemakmuran yang disertai dengan penghitungan risiko. Dengan sedikit sentuhan entrepreneurship, saya yakin potensi dan kekayaan sumber daya alam yang ada di daerah itu akan bisa dioptimalkan bagi masyarakat setempat. Dan soal itu, sudah menjadi bagian dari hidup saya selama ini. Jadi bukan persoalan yang teramat sulit.

Kami dengar, Anda juga memberikan insentif pada birokrasi yang mampu meningkatkan hasil pertaniannya?
Untuk memotivasi agar petani itu bisa berpendapatan atau berproduksi tinggi memang tidak mudah, harus ada insentif. Di Gorontalo, aparat pemerintah-aparat pemerintah kabupaten, terutama untuk aparatur pemerintah desa dan kecamatan saya kasih insentif. Untuk camat namanya tunjangan kinerja camat, tunjangan kinerja desa. Kepala desa mana yang mampu menaikkan produksi jagung misalnya dari 10 ton menjadi 20 ton maka kepala desa tersebut saya kasih insentif Rp 1,5 juta per bulan. Ini di luar gaji dia Rp 4.60.000. Dengan metode seperti ini, siapa yang tidak senang kerja.

****
Sejak Gorontalo dipimpin Fadel, kota kecil ini menyulap diri menjadi rumah para petani. Tak ada lagi sekat pemisah antara kota dan desa. Yang ada adalah sebuah jembatan yang mampu memerdekakan para petani yang selama ini hanya dijadikan jualan wacana saat kampanye. Agropolitan, begitulah nama konsep pembangunan pertanian ini.

Dengan visi dan manajemen baru, Fadel mampu menyulap jagung Gorontalo menjadi komoditas potensial yang bisa di jual ke mana saja. Kalau dulu masyarakat hanya menjadikan jagung sebagai produk makanan khas Gorontalo, kini ia membukakan cakrawala pemahaman rakyatnya bahwa jagung menjadi apa saja yang mereka inginkan. Gorontalo pun menjadi penyangga pangan sekaligus ikon kota agropolitan, ikon yang banyak ditinggalkan oleh daerah lain yang lebih memilih metropolitan.

Pengalamannya sebagai manajer atau pengusaha di perusahaan terkemuka, membuat Fadel cepat melakukan keputusan-keputusan yang inovatif dan kreatif. Lihat bagaimana bagaimana dia membuat interpreneur government, sebuah lompatan yang jarang dilakukan daerah lain. Model manajemen ini berisi prinsip kerja keras, bergerak efektif, tidak statis dan hanya menunggu seperti yang biasa melekat dalam manajemen birokrasi pemerintah selama ini. 'Manajemen wirausaha' yang diperkenalkan Fadel ini juga sangat efisien dan berani membuat perubahan yang disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan.
****
Bisa dijelaskan mengenai konsep Agropolitan yang Anda kembangkan saat ini?
Konsep agropolitan itu masalah penamaan saja, karena di setiap program pengembangan itu kalau diberikan nama yang bagus kan enak terdengar. Konsep agropolitan yang saya munculkan itu tujuannya adalah agar masyarakat Gorontalo jangan berpikir bahwa daerah mereka itu harus menjadi metropolitan. Yang akan kita bangun itu adalah desa dan kecamatan agar masyarakat itu tidak eksodus ke kota lagi. Selain itu terkait dengan konsep agropolitan itu agar masyarakat tahu dan sadar bahwa basis perekonomian negeri ini yang harus diperkuat adalah di sektor pertanian yang pada akhirnya semua bangga menjadi petani dan bangga menjadi daerah pertanian.

Apakah pola pembangunannya sama seperti membangun metropolitan?
Harus diketahui bahwa konsep agropolitan itu semuanya berbeda dengan konsep membangun kota. Kalau untuk pembangunan jalan dengan konsep agropolitan tidak sama dengan konsep pembangunan jalan kota. Kalau untuk jalan kota per kilo meter mencapai Rp 1,5 miliar, maka untuk agropolitan per kilo meter cukup Rp 300 juta. Coba hitung, berapa penghematan yang dihasilkan dan berapa banyak akses jalan yang bisa dibangun dibandingkan pembangunan jalan kota.

Contoh lainnya adalah masalah air, di mana pemerintah pusat membangun bendungan Jatiluhur dan Brantas misalnya. Dengan membangun bendungan yang menelan biaya begitu besar, pemerintah berpikir bahwa rakyat suka, padahal tidak. Rakyat itu tak butuh bendungan, tapi butuh air untuk lahan pertanian mereka. Untuk membangun satu bendungan itu butuh dana paling tidak butuh dana Rp 400 miliar. Dengan dana sebesar itu katakanlah kiga mampu mengairi lahan pertanian seluas 2000 hektar, artinya harga per hektarnya Rp 60 juta.

Selanjutnya, apa program lain di bidang pertanian yang sedang Anda galakkan?
Ketika pertama kali menjabat sebagai Gubernur Gorontalo, fokus utama kita adalah jagung. Setelah di tahun ketiga saya memimpin, produksi padi di Gorontalo pas-pasan, malah kadang-kadang hampir kurang. Dengan kondisi itu sebagian masyarakat meminta saya untuk juga memperhatikan padi. Memang sebelumnya saya juga memperhatikan padi, tapi tidak sefokus saya memperhatikan jagung. Dengan kondisi tanaman padi yang pas-pasan bahkan minim itu saya melakukan lompatan dengan mengganti benih-benih padi tradisional yang selama ini digunakan oleh petani dengan benih-benih padi unggul, seperti Ciheurang, Cigeulis, dan benih unggul lainnya saya bawa dari Jawa.

Belum lama ini saya coba lagi menggunakan benih-benih hibrida dan hasilnya Gorontalo bisa surplus beras. Jadi kebijakan pangan baik jagung, beras, dan tanaman pangan lainnya saya atur seperti blue print tersendiri. Saya berpendapat, negara harus punya blue print. Begitu juga di tiap daerah, bahkan diharuskan bagi tiap pemerintah daerah memiliki blue print di bidang pangan, sehingga tidak lagi terjadi ketimpangan seperti saat ini.

Setelah Gorontalo swasembada pangan, selanjutnya apa yang ingin Anda perbuat untuk Gorontalo?
Obsesi saya adalah tidak ada lagi impor beras. Saya tidak mau terima impor jagung. Saya alergi dan menolak impor kedelai. Saya malu impor gula dan saya sangat tidak suka kepada impor-impor komoditi yang berhubungan dengan pertanian. Menurut saya, Indonesia memiliki potensi dan sangat mampu untuk mandiri di bidang pangan. Dan, bagi saya berbicara mengenai kerawanan pangan dan impor beras di negeri agraris ini adalah tabu. Saya adalah orang-orang yang berkali-kali menolak impor beras. Artinya swasembada dan kedaulatan pangan adalah harga mati untuk Indonesia. Saya menyatakan ini bukan hanya sekedar wacana tapi saya sudah buktikan hal itu di Gorontalo.

Menurut Anda, apa langkah-langkah yang harus tempuh untuk mewujudkan hal itu?
Caranya, misalnya untuk padi yang pertama, ambil sejuta hektar lahan yang full irigasi dan seluruhnya diberikan benih-benih unggul, baik hibrida maupun non hibrida dan benih-benih lokal diganti semuanya. Ini harus dibantu oleh pemerintah, pemerintah tidak boleh membiarkan rakyat sendirian. Kedua, pemerintah baik pusat maupun daerah harus bertanggung jawab terhadap produksi rakyat. Pemerintah harus mengetahui berapa produksi padi, jagung, kedelai, dan lainnya dan pemerintah harus membeli hasil produksi rakyat. Artinya apa? Yang ingin saya katakan di sini adalah rakyat harus dibuat berpendapatan. Dengan sadar pemerintah harus melakukan intervensi agar petani memiliki pendapatan yang tinggi.

Kebijakan seperti telah Anda terapkan di Gorontalo.
Kalau di Gorontalo sudah terlembagakan dan sudah ada instrumen yang melaksanakan ini sampai kelapangan, sehingga gampang untuk dikontrol. Dan, apa ukurannya di lapangan? Ukurannya di Gorontalo adalah untuk kepala desa dan camat, Gubernur memberikan insentif, kalau mereka memelihara produksi padi, jagung, dan ikan rakyat, maka camat dan kepala desa itu mendapatkan insentif sebagai tambahan yang jumlahnya sampai dua bahkan tiga kali lipat dari jumlah gaji pokok mereka. Hal ini tentu saja memotivasi mereka untuk lebih rajin, tekun, dan sungguh-sungguh dalam bekerja untuk menjaga produksi rakyat.

Brand soal daerah agraris, apakah itu juga bisa dilakukan di tingkat nasional?
Harus bisa. Menurut saya, kalau pemerintah pada tingkat nasional ini cerdas, dia harus mengambil itu (pertanian, red.) menjadi branding nasional. Kalau itu dibikin menjadi branding dia, maka semua elemen akan mendukung dia. Akibatnya apa? Tidak ada lagi impor. Percaya sama saya!. Kita pernah sampai ke sana, kita pernah swasembada pangan, dan tidak ada bedanya lahan yang dulu dengan lahan yang sekarang kan sama. Manusia yang kerja juga sama, hanya tingkat konsumsinya yang bertambah. Logikanya, Indonesia mestinya menjadi negara eksportir beras.

Tapi yang terjadi kan justru sebaliknya. Apa yang salah?
Saya tidak mengerti dengan pemerintahan pusat. Apa sebenarnya yang ingin diperbuat. Saya benar-benar tidak mengerti. Saya sangat prihatin, merasa malu, dan juga sedih sebagai warga negara melihat kondisi pangan nasional kita hari ini. Saya merasa malu dan seharusnya pemerintah pusat tidak melakukan impor sapi dari Australia sampai 400 ribu ekor, karena saya mampu untuk melakukan dan mengembangkan itu di Sulawesi (Gorontalo).

Dana untuk impor sapi yang begitu besar, tidak digunakan untuk mengembangkannya di dalam negeri sendiri dan kita sangat punya kemampuan untuk itu. Yang lebih menyedihkan lagi, dana sebesar Rp 1,7 triliun dibelanjakan untuk impor beras dari Thailand dan Vietnam. Kalau kita mengimpor beras begitu banyak sama dengan kita membeli benih untuk 800.000 hektar sawah. Kenapa dana sebesar itu tidak digunakan untuk menghidupkan petani-petani kita ketimbang kita melakukan impor beras.

Bagaimana dengan kontribusi Gorontalo dalam rangka mewujudkan swasembada pangan nasional?
Gorontalo itu, kan wilayahnya kecil. Menurut saya, dalam rangka mewujudkan swasembada pangan ini saya ingin Sulawesi-nya. Saya punya obsesi menjadikan Sulawesi sebagai pulau penyangga pangan nasional, dan saya mampu membuat grand design sehingga Sulawesi mampu menjadi pulau penyangga pangan nasional, baik itu padi, jagung, dan semua komoditi pangan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh Sulawesi. Saya dengan mudah bisa merencanakan di Sulawesi bisa menghasilkan 5 sampai 7 juta ton produksi jagung per tahun, bahkan bisa lebih. Untuk padi saya dengan berani mengatakan bahwa Sulawesi mampu memproduksi 3 juta ton beras per tahun, dan kalau dipercaya lagi mampu menghasilkan 5 juta ton beras per tahun, bahkan bisa dua kalipat dari itu.

Fokus di Sulawesi, kita mampu memproduksi semua biji-bijian, karena biji-bijian ini menurut pengamatan saya adalah makanan yang mengandung protein yang tinggi dan bisa dihasilkan di tanah (daerah, red.) sub tropis, maka Sulawesilah pulau yang paling potensial untuk menghasilkan biji-bijian itu.

Sebagai inisiator di kaukus gubernur-gubernur yang ada di Sulawesi, apa yang telah Anda lakukan?
Pada akhir Maret 2008 lalu saya rapat dengan seluruh gubernur di Makasar untuk membuat semacam deklarasi atau pengumuman bahwa kami sanggup melakukan ke arah sana. Dan saya sudah minta dengan SIDA, sebuah perusahaan bantuan dari Canada untuk membuat semacam studi. Pada pertengahan April, saya minta kepada World Bank untuk melakukan studi tentang hal itu dan saya biaya itu semua. Selain itu saya bersama seluruh gubernur yang ada di Sulawesi akan melakukan terobosan-terobosan. Pertama, kita akan membangun terusan khatulistiwa namanya. Kedua, kita mau kembangkan Sulawesi sebagai pulau agriculture dan pulau penyangga pangan nasional. Ketiga, kita mau meminta agar memperbaiki infrastruktur trans Sulawesi.

Selebrita

Tiada Daya Tanpa Nasi

Mona Ratuliu

Mengonsumsi nasi untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat juga menjadi kebiasaannya. Selain menjadi kebiasaan sejak kecil, nasi telah menjadi bagian dari tradisi jamuan keluarganya. Meskipun demikian, ia punya aturan tersendiri dalam mengonsumsi nasi. Apa saja? Inikah rahasia kecantikannya?

Setelah lama menghilang dari panggung hiburan, artis sinetron dan bintang iklan Mona Ratuliu kembali hadir dengan pancaran pesonanya. Ia pun terlihat langsing dan semakin cantik saja. Apa sih rahasianya? Ternyata ia giat melakukan diet dengan metoda akupunktur secara teratur. Perempuan yang yang melejit namanya lewat sinetron Pelangi Di Matamu itu berusaha mengembalikan penampilannya seperti sedia kala.

Bagi perempuan berdarah Manado, Belanda dan Sunda itu, mendapatkan ukuran tubuh yang ideal merupakan cobaan berat. Dia harus ekstra keras mencoba berbagai metode. "Sehabis melahirkan, tubuh saya dibebat dengan ramuan tradisional yang berfungsi mengencangkan dan melangsingkan tubuh. Setelah itu, saya mulai akupunktur. Tapi karena masih menyusui, saya tidak berani meminum obat dan diet,” cerita Mona, panggilan akrab ibu seorang anak ini.

Kini Mona siap kembali ke dunia akting yang telah membesarkan namanya. Berbagai tawaran untuk bermain sinetron dan film layar lebar mendatanginya. Meski telah menyandang status ibu, penampilannya sama saja seperti dulu saat sebelum melahirkan anak. Nyaris tak berubah. Ia tetap tampak cantik dan anggun. Kulit wajahnya mulus, halus, dan bening. Tubuhnya ramping. Tak heran, beberapa produk consumer good masih “memakai”nya sebagai model iklan. Bahkan, istri pengusaha Indra Bracso ini dipercaya sebuah stasiun televisi swasta menjadi presenter acara gosip bertajuk Halo Selebriti.

Meski telah memperoleh bentuk tubuh yang diinginkan, ia tetap berupaya untuk menjaganya dengan tetap mengikuti program diet. Bukan sembarang diet, tetapi di bawah pengawasan dokter gizi. Ia menjaga pola makan secara disiplin dan tidak mengemil. Sebab, setelah melahirkan, bobot tubuhnya sempat melonjak.

Di pagi hari, ia cuma makan sepotong roti dan minum susu rendah lemak. Siang, makan seperti biasa. Di malam hari, ia hanya mengonsumsi sayur-mayur dan buah-buahan. Ternyata, upayanya tak sia-sia. Setelah dua tahun menjalani diet bobot tubuhnya turun 18 kilogram. Luar biasa!

Semula Mona ragu-ragu untuk mengikuti program diet demi menjaga kesehatan dan kecantikannya. Pasalnya, program diet sesuai golongan darah yang dianjurkan oleh dokter itu mengharuskan Mona untuk meninggalkan daging, makanan bertepung, dan beberapa jenis sayuran. “Kalau dipikir, kan sayang. Masih muda kok sudah dilarang makan ini-itu,” aku wanita bergolongan darah A ini.

Tapi, setelah ditimbang-timbang, akhirnya artis kelahiran Jakarta, 26 tahun lalu ini merasa mantap untuk mengikuti anjuran dokter. “Soalnya percuma juga kalau makan, tapi enggak berguna bagi tubuh. Makan makanan yang tak sesuai golongan darah itu akhirnya hanya akan jadi sampah,” tutur wanita berhidung bangir itu.

Untungnya, dalam program diet yang dilakoninya ini tidak melarang Mona untuk mengonsumsi nasi. Sebab, Mona sudah biasa makan nasi sejak balita. Kebiasaan itu pun berlanjut hingga sekarang. Sampai-sampai Mona merasa tidak punya daya bila tak memakan nasi dalam satu hari. “Pokoknya kalau belum makan nasi, rasanya belum kenyang,” aku sambil berderai tawa.

Di sisi lain, Mona memang tak rela bila dalam program dietnya melarang dirinya untuk mengonsumsi nasi. “Kalau hanya untuk urusan kecantikan dan kesehatan, aku enggak kaku-kaku amat,” aku Mona. Bagaimana pun, ia tetap bertekad akan selalu makan nasi selama hasil olahan biji padi itu tidak membahayakan dirinya.

Namun, ia punya aturan khusus ketika mengonsumsi nasi. “Antara dua hingga sendok per hari,” tandasnya. Kebiasaan itu sudah berlangsung selama empat tahun, setelah Mona melahirkan buah hatinya, Davina Shava Felisa. Soalnya sehabis melahirkan, badannya menjadi gemuk sekali. Sejak saat itulah ia mulai membiasakan diri untuk membatasi jumlah nasi yang ia konsumsi, agar berat tubuhnya normal kembali seperti sekarang.

Biasanya ia selalu makan nasi ketika hendak melakukan aktivitas yang padat. Biar terasa kenyang dan puas, Mona selalu menambah jumlah porsi sayur dan lauk dalam piringnya. Lalu bagaimana bila makan nasi goreng? “Ya, bolehlah lebih banyak sedikit. He-he,” tandasnya. Tetapi lagi-lagi ia tak bisa makan nasi hingga satu piring. “Habis gimana ya, sudah terbiasa segitu sih,” tambahnya.

Sebagai artis yang paham akan jenis-jenis makanan berkualitas, Mona tak pernah membeda-bedakan jenis beras yang hendak dia konsumsi. Ia mengaku suka semua jenis beras, asal terasa pulen saat di lidah. Tetapi Mona mengaku kurang bersemangat jika ia harus mengonsumsi nasi dari beras merah. “Ya, enggak suka aja,” akunya lagi. Dan, satu hal yang paling disukai Mona. Yaitu makan nasi hangat bersama sayur bayam dan sambal pedas. Wihh, sedaap..! AGS

Sajian Utama

Kembalinya Kekuasaan Si Tunggal

Fungsi dan Peran Bulog

Bisnis dan layanan publik. Dua orientasi sekaligus fungsi Bulog yang mengundang kontroversi. Karena itu, khalayak menuntut perlunya kajian lebih mendalam agar lembaga perberasan nasional ini benar-benar terasa manfaatnya bagi masyarakat. Berbagai strategi juga harus dirumuskan terkait dengan kerangka perberasaan nasional sebagaimana tugas yang diberikan pemerintah. Apa hasilnya?

Masalah pangan selalu menjadi bahasan menarik, terlebih dengan berbagai ironi yang menyertainya. Pemerintah bahkan tampak kewalahan menjaga harga-harga kebutuhan pokok. Karenanya, pemerintah mencoba mengurai persoalan yang terjadi di wilayah pangan, salah satunya dengan memberikan peran yang lebih besar pada Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) sebagai penjaga stabilitas harga beras.

Pemerintah melalui Surat Menko Perekonomian tanggal 31 Agustus 2007 tentang Kebijakan Stabilisasi Bahan Pangan Pokok Beras, Gula, dan Minyak Goreng memberi kewenangan penuh kepada Bulog untuk menstabilkan harga beras. Di sini timbul pertanyaan, apakah Bulog akan memberi porsi ”fungsi sosial” lebih dominan dari pada “fungsi bisnis’”?

Sebuah peran baru kembali dilakonkan Bulog. Bila kemarin setiap tindakan yang dilakukan Bulog harus melalui alur atau instruksi dari pemerintah, kini berbagai kreativitas dapat dimainkan oleh Bulog yang bermuara pada kestabilan harga pokok. Namun, menurut Agus Suman, PhD, akademisi dari Universitas Brawijaya, Malang, sebagaimana dikutip Seputar Indonesia, status hukum Bulog sebagai perusahaan umum kerap menjadi benturan

“Di sisi lain Bulog harus berorientasi bisnis alias profit oriented. Tetapi Bulog juga punya peran lain, yaitu fungsi sosial,” katanya. Peran ganda ini diyakini banyak kalangan sulit beriringan. Bahkan, beberapa peran mulia seringkali ditelikung dengan menjadikan peran untuk rakyat dibingkai dengan bisnis. Menyandingkan peran sosial dan komersial pada waktu yang lalu sulit dilakukan, untuk tidak menyebut gagal.

Perum Bulog yang lahir atas dasar Peraturan Pemerintah (PP) 7/2003 itu ditugaskan untuk memperkokoh ketahanan pangan melalui pengelolaan pangan strategis, yakni beras, gula, jagung, dan kedelai. Sayangnya, selama masa reformasi, keberadaan BUMN tersebut terkesan masih belum dioptimalkan. Di era reformasi, Bulog hanya menangani beras. Sementara itu komoditas pangan lainnya diserahkan seluruhnya ke mekanisme pasar.Fakta menunjukkan, sejak lembaga dana moneter internasinal (IMF/International Monetery Fund) ikut serta ”membantu” pemulihan krisis perekonomian Indonesia, eksistensi Bulog mengalami pengurangan peran. Dulu, sebagai state trading enterprise (STE) yang dinotifikasi di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Bulog memiliki previlage dengan menjadi pemegang monopoli atas kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako). Tapi sejak lembaga keuangan dunia itu ikut campur, kewenangan Bulog terpangkas habis. Bahkan, setelah Letter of Intent (LoI) antara IMF dengan Pemerintah Indonesia (1998) ditandatangani status STE Bulog dihapus. Kewenangannya atas sembako dipreteli hingga tinggal beras saja.Sementara itu posisi Bulog sebagai stabilisator harga pasar menjadi hanya sebagai penjaga harga dasar pembelian pemerintah (HDPP), yang kemudian diubah lagi menjadi harga pembelian pemerintah (HPP). Pasar tetap (captive market) Bulog sebagai penyalur bahan pokok (beras) bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan TNI-Polri dihilangkan. Kredit lunak dari Bank Indonesia (KLBI) juga tidak lagi dikucurkan.

Dalam nota kesepahaman (LoI) yang ditandatangani 20 Januari 2000 mendudukkan Bulog dalam keadaan dilematis. Dalam LoI tersebut ditegaskan, Bulog harus berubah, yakni melepas beras dan gula. Semua boleh impor beras dan gula dengan bea masuk 5 persen. Akibatnya, suplai tak bisa dikendalikan, sehingga sulit mengetahui secara pasti jumlah beras yang beredar di masyarakat.Sesuai dengan yang diamanatkan Undang-Undang (UU) 7/1996 tentang Pangan, Bulog berperan sebagai satu-satunya BUMN yang menjalankan tugas pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran beras. Bulog juga ditugaskan untuk memperkokoh ketahanan pangan (food security), khususnya dalam pengamanan untuk gabah dan beras.Selain itu, Bulog diberi tugas menyalurkan beras untuk keluarga miskin (raskin), penumpukan stok nasional, dan mengamankan harga pangan pokok bila terjadi ketidakstabilan harga di pasaran melalui Operasi Pasar (OP). BUMN itu juga ditugasi untuk menyediakan beras guna membantu Dinas Sosial jika terjadi bencana alam, konflik sosial, dan keadaan darurat lainnya.

Ironisnya, sampai sekarang pun dukungan pemerintah dalam hal kebijakan dan dana masih minim dibandingkan dengan beban yang harus dipikul Bulog. Fungsi dan peran Bulog bahkan terkesan cuma dimanfaatkan pada situasi darurat atau hanya sebagai ”pemadam kebakaran”, bukan sebagai salah satu pelaku penyeimbang dalam pembangunan pangan (terutama beras, gula, jagung, dan kedelai) nasional.

REVITALITASI PERAN: Karena itu, tak mengherankan jika peranan Bulog mendapat gugatan dari banyak pihak. Ketua DPR Agung Laksono sebagaimana dikutip Tempo, menyarankan agar pemerintah merestrukturisasi peran dan fungsi Perum Bulog terkait kebijakan stabilisasi harga beras. Pemerintah harus melakukan langkah yang tidak biasa, bila perlu secara revolusioner dalam mencapai swasembada beras.

Penegasan itu disampaikan Agung juga dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pembina Dewan Beras Nasional (DBN). Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Umum Eksekutif DBN Lumban Gaol menambahkan, perubahan peran dan fungsi yang diinginkan adalah bagaimana agar Bulog bisa kembali ke semangat semula sebagai stabilisator harga. "Sekarang ini liberal, kalau ada potensi keuntungan Bulog akan mengambil peran. Tapi, kalau tidak untung tidak diambil. Lalu, siapa yang harus bertanggungjawab terhadap stabilisasi harga beras di tanah air ini," kata Lumban

Tegasnya, fungsi dan peran Bulog sebagai stabilisator harga harus dikembalikan. Apalagi dalam berbagai rapat dengar pendapat antara Perum Bulog dengan Komisi IV DPR RI dinyatakan, Bulog harus berperan dalam stabilisasi harga komoditas pangan nonberas lainnya, seperti minyak goreng, gula, terigu, dan kedelai. Pengembalian fungsi dan peran dari perusahaan ”pelat merah” itu harus dilakukan untuk mengantisipasi harga pangan yang cenderung naik.

Fungsi dan peranan Bulog sebagai lembaga yang memonopoli pengadaan beras bagi kepentingan masyarakat, ternyata masih dibenarkan undang-undang. Hal itu terlihat dalam UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pasal 50 menyebutkan antara lain, "Yang dikecualikan dari undang-undang ini adalah perbuatan dan atau perjanjian dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku."

Pasal 51 menyebutkan, "Monopoli dan atau pemusatan kekuatan yang berkaitan dengan produksi dan atau pemasaran barang dan jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak, serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara diatur dengan undang-undang dan diselenggarakan oleh badan usaha milik negara dan atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh pemerintah."

Di negara maju lembaga atau badan semacam Bulog masih banyak diterapkan dalam kebijakan pro rakyatnya. Seperti di AS, Jepang, dan Eropa Barat, yang masih membernarkan praktik monopoli melalui badan khusus yang ditunjuk atau dibentuk negara. Di Jepang, badan ini khusus mengenai beras. Negara membeli beras petani untuk menjamin tersedianya keperluan pangan, dan juga untuk menjamin pemasaran produksi hasil tani rakyatnya demi meningkatkan daya beli petani, agar kemakmuran dan kesejahteraan petani dapat terjamin.

Sehaluan dengan aspirasi banyak pihak, Perum Bulog pun merevitalisasi peran dan fungsinya. Bulog berkomitmen untuk tetap mengoptimalkan public service obligation (PSO) dalam pengamanan beras dan melakukan upaya bisnis tetapi tidak fokus pada beras. "Supaya tidak ada ketimpangan, kalau mau berbisnis ya jangan beras lah, bisa pangan lain seperti perikanan misalnya," kata Anggota Dewan Pengawas Bulog BayuKrisnamurti, seperti dikutip Tempo.Tugas PSO Bulog ini dioptimalkan untuk menjaga cadangan stok beras. Cadangan ini akan digunakan untuk operasi pasar dan bencana, mengamankan harga di tingkat petani dan menyalurkan beras miskin. "Jadi ke depan peran bisnis dalam pengadaan beras di Bulog harus dilepaskan," katanya.
Bisnis itu harus diversifikasi ke bahan pangan yang lain, tidak hanya beras. Bayu mengatakan, direksi melakukan optimalisasi agar kran impor tidak terlalu terbuka lebar. Caranya dengan meyimpan stok beras yang cukup saat panen raya. Bulog juga memainkan peran otimal dalam melindungi HPP gabah dan beras untuk petani terutama saat panen raya. HPP gabah juga akan disesuaikan dengan kebutuhan stok beras yang aman sesuai dengan instruksi presiden tahun ini yaitu sebesar dua juta ton.

Komisi IV DPR juga mendesak pemerintah segera mengembalikan mengembalikan peran Bulog bagi stabilitas ketersediaan (stok) dan harga kebutuhan pokok rakyat. Bagi Komisi IV DPR, kenaikan harga pangan yang tak terkendali akhir-akhir ini sebagai akibat kesalahan kebijakan pemerintah yang tidak menempatkan Bulog pada posisi sebenarnya. Komisi IV DPR menegaskan, untuk mengatasi lonjakan harga pangan, tidak ada jalan lain kecuali pemerintah harus mengembalikan fungsi Bulog pada fungsi awalnya, sebagai pengendali dan penyeimbang kebutuhan pokok rakyat. Bulog pun harus menjadi lembaga yang bersifat nonprofit.

"Kalau tidak, para tengkulak akan terus memainkan harga dan menimbun sembako. Akibatnya, rakyat sengsara oleh kenaikan harga yang tidak bisa dibendung ini. Bila pemerintah tetap mengandalkan mekanisme pasar untuk menstabilkan harga, jangan menyesal jika terjadi gejolak sosial di tengah masyarakat," kata anggota Komisi IV DPR dari FPG Azwar Chesputera, sebagaimana dikutip Suara Karya. Dengan difungsikannya kembali Bulog seperti semula, kata Azwar, rakyat tidak akan mengalami kenaikan harga yang semakin lama semakin tak terkendali.

LPND LAGI?: Saat Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih dijabat Sugiharto, revitalisasi tugas, fungsi, dan peranan Bulog tampaknya diarahkan untuk menjadi salah satu “Indonesian Trading Company” yang bermanfaat dalam memasok logistik. "Perum Bulog nantinya akan mengacu kepada konsep Sogo Sosha yang sukses diterapkan di Jepang," katanya seperti dikutip Antara.

Selain itu, Perum Bulog diharapkan mampu mengendalikan risiko dan menciptakan economics of scale yang tinggi serta meningkatkan efisiensi dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki. Berkaca pada fungsi dan peranan yang strategis ini, Meneg BUMN selaku pemegang saham merasa perlu untuk melakukan leadership reform di jajaran dewan pengawas dan direksi Perum Bulog.

Wacana publik tentang perlu tidaknya Perum Bulog kembali menjadi lembaga pemerintah nondepartemen (LPND) pun bergulir. Kenaikan harga kedelai impor di awal tahun seakan-akan menjadi entry point baru untuk membuka kembali diskusi publik tentang topik ini. Namun, menurut ahli ekonomi pertanian, Bustanul Arifin, pengalaman sebagai LPND ternyata lebih banyak distorsi yang ditimbulkannya. “Terlalu naif untuk menggunakan krisis kedelai saat ini untuk menggiring wacana kembali ke LPND,” katanya seperti dikutip Media Indonesia.

Memasuki tahun kelima masa transisi dari LPND menjadi Perum, menurut Bustanul, masyarakat mungkin belum banyak melihat perubahan kinerja Bulog sebagai salah satu pelaksana amanat kebijakan negara. Perubahan paling mendasar dari status sebagai perusahaan umum adalah bahwa Bulog bukan lagi sebagai policy maker, tapi sebagai policy executing entity. Kebijakan yang harus dijalankan Bulog adalah pengelolaan logistik pangan pokok dan strategis, berdasarkan amanat tugas pelayanan publik dan diperkenankan mengambil keuntungan ekonomi dari usaha lain di bidang pangan untuk membiayai aktivitas internal perusahaan.

Selama kepemimpinan Dr Mustafa Abubakar di Bulog, lanjut Bustanul, sebenarnya tanda-tanda konsistensi untuk melaksanakan amanat kebijakan pangan pangan di Indonesia mulai terlihat. Ujian, tantangan, dan godaan pasti sangat beragam yang muncul dari atas, dari bawah, depan, samping, dan dari belakang. “Lembaga strategis seperti Bulog memang perlu memiliki identitas yang lebih tegas dan lebih berwibawa. Jajaran direksi baru Bulog memiliki tugas besar untuk mewujudkannya, tanpa harus terombang-ambing kepentingan politik sesaat yang kadang menyesatkan,” katanya.

Lembaga pangan ini, lanjutnya, juga memiliki pengalaman sering diperalat oleh vested interests dan para pemburu rente sehingga sering mengabaikan kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Kini sebagian besar dari lembaga pangan tersebut telah melakukan reformasi baik internal maupun eksternal. Bahkan beberapa di antaranya semakin memfokuskan diri menjadi entitas perdagangan negara yang siap merambah pasar pangan dunia.

“Singkatnya, Indonesia tentu tidak ingin melakukan langkah mundur 20 tahun ke belakang dengan kembali mengubah status Bulog menjadi LPND,” katanya. Roda kehidupan harus berputar ke depan jika tidak ingin melanggar ketentuan alam (sunnatullah) menuju tingkat yang lebih baik. Menurutnya, kebijakan panganlah yang harus disempurnakan ke depan dengan menunjukkan filosofi mengatasnamakan kepentingan domestik dan mewujudkannya dengan langkah pemihakan kepada petani dan konsumen miskin. Yang tak kalah penting, langkah reformasi di dalam internal tubuh Bulog harus terus ditegakkan dengan mengubah kultur birokrasi yang tertutup menjadi kultur korporat yang lebih terbuka. QYH (Dari berbagai sumber)

BOKS 1
BULOG, DULU DAN KINI

Menelusuri keberadaan Bulog tentu tak lepas dari sejarah lembaga pangan di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai pemerintahan sekarang ini. Secara umum, peran lembaga pangan tak banyak mengalami perubahan, yaitu menyediakan pangan bagi masyarakat di seluruh daerah dengan harga yang terjangkau. Lembaga ini juga berperan untuk mengendalikan harga pangan di tingkat produsen dan konsumen. Instrumen untuk mencapai tujuan tersebut dapat berubah sesuai kondisi yang berkembang. Campur tangan pemerintah dalam komoditas beras diawali sejak zaman pemerintahan Belanda pada tahun 1933. Hal ini dipicu oleh terjadinya fluktuasi harga beras yang cukup tajam sepanjang tahun 1919-1920, dan bahkan sempat merosot tajam pada tahun 1930, sehingga petani mengalami kesulitan untuk membayar pajak. Saat itulah, untuk pertama kalinya pemerintah Belanda mengatur kebijakan perberasan, yaitu dengan menghapus impor beras secara bebas dan membatasi impor melalui sistem lisensi. Menjelang pecahnya Perang Dunia II, pemerintah Belanda memandang perlu untuk secara resmi dan permanen mendirikan suatu lembaga pangan. Maka, pada 25 April 1939, lahirlah suatu lembaga pangan yang disebut Voeding Middelen Fonds (VMF). Lembaga pangan ini banyak mengalami perubahan nama maupun fungsi, antara lain membeli, menjual, dan mengadakan persediaan bahan makanan.

Perkembangan selanjutnya, lembaga ini mengalami dinamika seiring dengan pendudukan Jepang, masa peralihan kekuasaan, hingga kemerdekaan. Secara berturut-turut, VMF mengalami gonta-ganti nama dan fungsi. Mulai dari Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha (1942-1945), Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR, 1945-1950), Yayasan Bahan Makanan (BAMA, 1950-1952), Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM, 1952-1958), Yayasan Badan Pembelian Padi (YBPP, 1958-1964), Badan Pelaksana Urusan Pangan (BPUP, 1964-1966), hingga Komando Logistik Nasional (Kolognas, 1966-1967).

Selanjutnya, Kolognas berganti wajah menjadi Bulog sesuai dengan Keppres No. 114/KEP, 1967. Lembaga ini pun dinyatakan sebagai "Single Purchasing Agency" dan Bank Indonesia ditunjuk sebagai Single Financing Agency (Inpres No. 1/1968). Pada Januari 1969, berdasarkan Keppres 11/ 1969, struktur organisasi bulog kembali mengalami perubahan. Tugasnya antara lain membantu pemerintah untuk menstabilkan harga pangan khususnya sembilan bahan pokok. Tahun 1969 mulailah dibangun beberapa konsep dasar kebijaksanaan pangan yang erat kaitannya dengan pola pembangunan ekonomi nasional, seperti konsep floor dan ceiling price; konsep bufferstock; dan Sistem serta tatacara pengadaan, pengangkutan, serta penyimpanan dan penyaluran.

Tugas Bulog terus bertambah. Komoditi yang dikelola bertambah menjadi gula pasir (1971), terigu (1971), daging (1974), jagung (1978), kedelai (1977), kacang tanah (1979), kacang hijau (1979), telur dan daging ayam pada Hari Raya, Natal/Tahun Baru. Kebijaksanaan Stabilisasi Harga Beras yang berorientasi pada operasi bufferstock dimulai tahun 1970.

Sesuai Keppres No. 39/1978, organisasi Bulog kembali mengalami perubahan, dengan tugas membantu persediaan dalam rangka menjaga kestabilan harga bagi kepentingan petani maupun konsumen sesuai kebijaksanaan umum Pemerintah. Penyempurnaan organisasi terus dilakukan. Melalui Keppres RI No. 50/1995, Bulog ditugaskan mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, tepung terigu, kedelai, pakan, dan bahan pangan lainnya. Namun, seiring dengan perkembangan ekonomi global, tugas pokok Bulog dipersempit melalui Keppres No. 45/1997, yaitu hanya mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras dan gula. Semenjak Januari 1998, Bulog hanya memonopoli beras saja. Tugas pokok Bulog diperbaharui kembali melalui Keppres No. 29/2000, yaitu melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi, pengendalian harga beras, dan usaha jasa logistik. Akhirnya, Keppres No. 103/2001 mengatur kembali tugas dan fungsi Bulog untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan kedudukan sebagai lembaga pemerintah non departemen yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Sejak 2003, Bulog bukan lagi Lembaga Pemerintah Nondepartemen (LMND), melainkan merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berstatus Perusahaan Umum (Perum). Dalam PP No 7/2003 disebutkan, Bulog memiliki kemampuan yang memadai untuk dapat memperoleh kemandirian, otonomi, dan tanggung jawab yang lebih besar dalam mengelola usaha logistik pangan pokok secara nasional baik yang bersifat pelayanan masyarakat maupun bersifat komersial. Bulog juga diharapkan dapat berperan sebagai alat perekonomian negara yang efisien dan akuntabel sehingga mampu memperkuat perekonomian nasional. QYH (Dari berbagai sumber)

BOKS 2
PELAJARAN DARI SEBERANG

Sejatinya, komoditas pangan yang ada di pasar internasional merupakan sisa dari kebutuhan pangan di negara-negara produsen yang sedang mengalami surplus. Jika negara-negara produsen pangan mengalami penurunan produksi atau paceklik, komoditas pangan akan susah dicari atau menghilang dari pasar global. Oleh karena itu, tidak ada pilihan lain bagi semua negara yang ingin terlepas dari bayang-bayang krisis pangan, maka negara tersebut harus dapat mewujudkan kedaulatan pangan.

Berbagai negara di Asia telah membuktikannya. Di sejumlah negara tetangga, pemerintah mereka mengambil kebijakan melindungi kebutuhan pangan rakyat, melalui perlindungan produksi petani. Vietnam, misalnya. Negara sosialis itu kini menjadi eksportir beras utama di dunia. Hal ini tak lepas dari kebijakan pemerintahnya yang membagi Vietnam menjadi dua wilayah pembangunan, selatan menjadi daerah industri dan perdaganan, sedangkan utara difokuskan sebagai daerah pertanian.

Selain itu, Vietnam mempunyai kebijakan mengenai kepemilikan tanah yang tegas. Di negara tersebut ada batas minimum kepemilikan tanah yang diawasi oleh pemerintah. Mereka juga sangat menjaga alih fungsi lahan pertanian, terutama sawah yang beririgasi. Keseriusan pemerintah di sektor pertanian juga dapat dilihat dari bentuk kewajiban perusahan milik negara, Vietnam Northern Food Corporation (Vinafood, Bulognya Vietnam, Red.) untuk membeli hasil panen petani melalui Tigifood (Vinafood tingkat regional). Vinafood bahkan memiliki kemampuan membeli pada petani hingga 80%.

Lembaga pangan pemerintah, seperti Public Warehouse Organization (PWO) di Thailand, memberlakukan berbagai kebijakan guna melindungi produsen, konsumen, ataupun keduanya secara simultan baik melalui fungsi penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP), penyediaan stok, ataupun penyaluran/distribusi pangan dalam rangka menjamin stabilisasi harga konsumen.

PWO secara tegas menyebutkan hak dan kewajiban yang diberikan operator dari pemerintah yang menugaskan. Di samping itu, lembaga ini juga mempunyai hak dan tanggung jawab termasuk dengan segala beban biaya karena penugasan sebagai penanggung jawab pangan. Intervensi yang dilakukan pun dapat mewujudkan ketahanan pangan, sehingga kerawanan pangan dapat dicegah dengan baik.

India, yang dari aspek ekonomi dan demografi memiliki banyak kesamaan dengan
negara-negara di Asia, juga melakukan intervensi yang cukup intensif terhadap kebijakan pangannya, termasuk pada industri gulanya. Salah satu landasan hukum kebijakan pergulaan di India adalah dimasukannya gula pada Essential Commodities Acts of 1955. Dengan demikian, berbagai kebijakan pergulaan di India mempunyai landasan hukum yang cukup memadai. Kebijakan ini ditekankan pada aspek produksi, harga, dan distribusi.

Pemerintah India juga melakukan intervensi yang cukup signifikan pada sisi
distribusi melalui kombinasi antara kebijakan distribusi dan diferensiasi harga atau partial price control. Pengolah (prosesor) diwajibkan mengalokasikan produksi gulanya antara 30%-60% untuk ‘dijual’ ke Food Corporation of India (FCI), sejenis lembaga seperti Bulog di Indonesia.

Apa yang dilakukan China National Cereals, Oils and Foodstuffs Import & Export Corporation (Cofco), yang memegang otoritas pangan dan minyak goreng di Cina, juga patut diacungi jempol. Sebagai pemain global, Cofco tidak hanya mampu berkompetisi dengan perusahaan otoritas pangan di negara lain, tapi juga berfungsi sebagai korporasi yang membeli komoditas dari petani lokal, kemudian mengemas dan menyimpan produk sehingga komoditas yang ada memiliki nilai jual lebih tinggi.

Selain itu, Cofco juga mampu mengendalikan risiko dan menciptakan skala ekonomi yang tinggi serta meningkatkan efisiensi dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki. Program revitalisasi yang dilakukan pun dapat memainkan fungsi dan peranan yang strategis sebagai key player dalam ketahanan pangan di negaranya.

Lebih jauh, melihat apa yang telah dirintis Bernas, lembaga distribusi beras milik Malaysia, menciptakan iklim kompetitif pada lembaga distribusi beras sebenarnya bukanlah hal yang mustahil. Sebagai perusahaan milik pemerintah diraja Malaysia, Bernas dapat melaksanakan fungsinya dalam menjamin ketahanan pangan. Tak hanya itu, lembaga ini mampu mengembangkan berbagai bisnis dengan mempertahankan beras sebagai core business. Bernas juga telah membangun brand image dan segmentasi pasar pada produk berasnya dalam rangka bersaing dengan pesaing bisnisnya. Sedikitnya 50 macam merek beras kemasan dari berbagai varietas diciptakan Bernas untuk penetrasi pasar.

Secara umum, tidak ada perbedaan fungsi antara Bernas, Cofco, Vinafood, FCI, PWO, dan Bulog. Sejumlah lembaga ini sejatinya sama-sama menjalankan fungsi publik dan fungsi komersial. Namun, di tataran perusahaan maupun bisnis, lembaga pemegang otoritas pangan di negara tetangga mempunyai visi dan misi yang lebih berorientasi pasar dan mengembangkan prinsip-prinsip penciptaan keunggulan kompetitif. Karena itu, kalau dulu negara seperti Malaysia belajar dari kita, untuk sesuatu yang baik, tidak seharusnya kita merasa malu untuk berkaca kepada mereka. QYH (Dari berbagai sumber)

Resto

Persembahan Cinta Pada Budaya

Warung Mbah Jingkrak

Kecintaan, kebanggaan, dan keinginan yang besar untuk melestarikan segala sesuatu yang terkait dengan budaya Jawa. Itulah alasan utama yang melatarbelakangi berdirinya rumah makan ini. Tampilan fisik, menu-menu yang tersedia, serta konsep layanannya menjadi bukti.

Konsep bangunannya berupa joglo, seperti halnya rumah adat Jawa. menu-menu home cooking yang ditawarkan, teknik penyajian, dan pelayanannya begitu khas. Ditambah lagi oleh lantunan gending Jawa dari kelompok karawitan membuat suasana Jawa menjadi semakin terasa, dan akan membawa Anda ke pelosok ndeso nun di Jawa sana.

Begitulah cerminan Warung Mbah Jingkrak. Rumah makan yang terletak di Jalan Bulungan 26 Jakarta Selatan, ini memiliki begitu banyak koleksi benda-benda antik yang punya nilai historis di antaranya lemari, kursi, meja, lantai keramik, pelana kuda, iklan-iklan lama, gebyok, dan lain-lainnya. Beberapa di antara deretan koleksi yang dimiliki ada yang sudah berumur lebih dari 200 tahun yaitu gebyok dan joglo dari Bojonegoro yang terbuat dari kayu jati. Setelah mengoleksi benda-benda itu timbul keinginan bagaimana masyarakat luas bisa menikmati koleksi-koleksi yang dimiliki.

Dari situlah muncul inspirasi untuk mendirikan restoran, karena makanan rumahan sehari-hari masyarakat Jawa pada umumnya juga layak disejajarkan dengan makanan-makanan modern yang ada. Selain itu, pengelola juga ingin memberikan kemudahan bagi mereka yang supersibuk di metropolitan ini dan ingin menikmati makanan sehari-hari orang-orang Jawa dengan suasana ndeso.

Untuk menyajikan makanan-makanan rumahan orang Jawa itu ternyata perlu persiapan yang agak rumit. “Khusus bagi orang non-Jawa kita ingin memperkenalkan ini, lo budaya dan masakan orang Jawa,” tutur Anggriyani Yunita, pengelola Warung Mbah Djingkrak, tentang latar belakang berdirinya rumah makan dioperasikan mulai Desember 2006 itu.

Menu-menu spesial masakan Jawa yang ditawarkan resto ini begitu beragam dan dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berdasarkan bahan utama maupun cara pengolahannyaa. Ada menu yang berbahan ayam, seperti Ayam Kenari, Ayam Besengek, Ayam Bakar B. Bali, Ayam Bumbu Rujak, Ayam Kaul, Ayam Opor, Ayam Rambut Setan, Ayam Bumbu Kecap, AyamTauco, Ayam Ribut, Ayam Wewe, Sate Rempelo Ati, Gadon Ayam, Gulai Ayam, dan Terik Usus.

Ada pula oseng-oseng dengan beragam menu dan tampilan. Seperti Oseng Daun Pepaya, Oseng Pare, Oseng Kangkung, Oseng Genjer, Oseng Kacang+Tahu, Oseng Kikil, Oseng Puter, Oseng Sawi, Oseng Tahu Lombok, Oseng Daun Singkong, Oseng Labu Siam, Oseng Mercon, Oseng Jantung Manis, Oseng Jantung Hati, Oseng Toge dan Oseng Tongkol Kacang Jagung, hingga Orak Arik Kacang Jagung.

Terdapat pula menu-menu berbahan dasar ikan atau seafood, seperti Lele Goreng, Bawal Goreng, Cumi-Cumi, Wader, Udang Kali, Pindang Lombok Ijo, Tongkol Goreng, Udang Lombok Ijo, Tongkol Lombok Ijo, Orak Arik Tongkol, Lele bumbu rujak, Bandeng Acar, Kakap Goreng, Mujahir Bumbu Rujak, dan Teri Buto Ijo. Begitu juga dengan variasi menu tahu dan tempe, mulai dari Tahu Bacem, Tahu Goreng, Tahu Bakso, Tahu Bumbu Rujak, Tahu Kecap, Tahu Kangkung, Tahu Bunting, Tahu Petis, Tahu Aduk-Aduk, Tempe Bacem, Tempe Goreng, Tempe Bajak, Tempe Setan, Tempe Jingkrak, Tempe bakar, Tempe Bumbu Rujak, hingga Tempe Aduk-Aduk.

Bagi Anda yang menyukai sayuran berkuah, rumah makan ini juga menyediakan sayuran, di antarnaya Sayur Asem, Sayur Lodeh Rebung, Sayur Bayam, Sayur Sop, Sayur Lodeh Terung, Sayur Lodeh Keluwih, Sayur Lodeh Gori, Sayur Asem Buncis, Sayur Oblok Daun Singkong, Sayur Asem Ayam, Sayur lodeh Tahu, dan Sayur Gandem. Berbagai jenis menu ini dilengkapi dengan sambal beragam rasa dan nama, mulai dari Sambel Iblis, Sambel Bawang, Sambel Terasi, Sambel Manis, Sambel Tampar, Sambel Goreng Tahu Rambak, Sambel Manggut P, Sambel Tumpang, Sambel Goreng Kentang, Sambal Goreng Godok, Sambel Goreng Printil, dan Sambal Pencit.

Beberapa menu diiringi oleh istilah yang aneh, seram, dan membuat bulu roma berdiri ketika membacanya, seperti Ayam Rambut Setan, Ayam Wewe, Dading Gendoruwo, Daging Setan, Teri Buto Ijo, Sambel Iblis, dan Tempe Setan. “Namun, jangan khawatir. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan hal-hal gaib yang berbau mistik. itu hanya sebuah nama agar mudah diingat,” kata Yunita.

Rata-rata menu yang ditawarkan merupakan home cooking atau menu-menu khas rumahan yang hampir setiap harinya dikonsumsi oleh orang-orang Jawa pada umumnya. Semua menu yang ditawarkan telah tersaji di atas meja antik dan tertata secara elegan dan artistik di dalam gerabah yang terbuat dari tanah liat hasil kerajinan masyarakat Desa Pager Jurang, Bayat-Klaten, Jawa Tengah. Susunannya mengikuti pola letak meja yang tertata apik di tengah ruang resto. Sewaktu memilih menu kesukaan, Anda akan dipandu oleh pelayan-pelayan muda nan ramah, tampan, dan cantik berseragam batik khas Jawa.

Istimewanya lagi, semua menu spesial itu bisa dikombinasikan dengan nasi beras merah yang kaya akan vitamin, mineral, dan karbohidrat yang kompleks. Dan yang lebih dahsyat adalah hampir semua menu yang ada didominasi oleh rasa pedas yang bersumber dari cabe rawit. Maka, ketika menyantapnya rasa pedas kontan terasa di lidah Anda, sehingga membuat Anda ingin berjingkrak seketika, “Itulah sebabnya ikon yang diusung oleh resto ini adalah potret Mbah Jingkrak, seorang nenek funky memakai kain yang diangkat setinggi betis, mengenakan selop kayu dengan pose sedang berjingkrak karena kepedasan,” tuturnya.

Sebagai penawar rasa pedas, resto yang dibangun berdasarkan kombinasi benda-benda antik ini juga menawarkan beberapa minuman spesial, di antaranya Es Klamud (Kelapa Muda), Kolak Degan (Kelapa Muda Kolang Kaling), Es Jujur (Kelapa Muda, Cincau Hitam, dan Selasih), Es Buaya Darat (Manisan tumbuhan Lidah Buaya dan Biji Selasih), serta Es Campur Sari (Kelapa Muda, Tape Singkong, Cincau Hitam, Mutiara, Alpukat, dan Kolang Kaling). Ada pula Es Nandang Duyung atau Es Jatuh Cinta yang merupakan kombinasi dari Bubur Sumsum, Bubur Ketan hitam, Tape Singkong dan Selasih. Selain itu juga tersedia beberapa minuman tradisional khas Jawa seperti Kunir Asem, Beras Kencur, Gula Asam, dan Bandrek

Ketika berkunjung ke Warung Mbah Jingkrak, Anda tidak perlu khawatir akan membuat kantong Anda jebol, karena harga yang ditawarkan dipastikan terjangkau oleh keuangan Anda. Seporsi Ayam Rambut Setan, misalnya, Anda cukup mengeluarkan dana sebesar Rp 12. 727, ditambah nasi merah Rp 4.091, dan Es Nandang Duyung Rp 10.909. Jadi totalnya hanya RP. 28.545. Cukup murah bukan? Bonusnya Anda bisa menikmati berbagai koleksi benda-benda antik dengan suasana pedesaan di tengah kesibukan metropolitan. MRS




Resonansi

JIWA KEPENDEKARAN
Oleh: M. Nur Gaybita

Kenaikan harga pangan dari waktu ke waktu seringkali menjadi topik obrolan yang membosankan. Pasalnya, dalam beberapa bulan terakhir, berbagai macam kebutuhan pangan mengalami kenaikan secara beruntun, mulai dari beras, kedele, sampai minyak goreng. Periode ini seperti mimpi buruk bagi kita semua, khususnya rakyat penghasilan rendah yang menghabiskan seluruh pendapatannya hanya untuk membeli bahan makanan.

Kita tak pernah menyadari bahwa masalah yang sedang kita hadapi adalah persoalan jangka panjang. Selain dipusingkan dengan fluktuasi harga-harga, kerawanan pangan siap menjadi hantu masa depan bangsa ini. Luas lahan yang stagnan, bahkan cenderung berkurang. Tidak kurang dari 40.000 hektar sawah setiap tahunnya berubah fungsi. Selain itu, puluhan ribu hektar lainnya sering kali terendam banjir ataupun didera kekeringan akibat perubahan iklim yang makin drastis. Sangat luas areal yang tidak berfungsi dengan baik. Masih banyak lahan tidur yang belum tergarap serta belum termanfaatkannya teknologi pertanian dengan baik dan meluas.

Diprediksikan, kondisi pangan ini tidak akan sanggup memenuhi kebutuhan penduduk, yang laju pertumbuhannya antara 1,3-1,5 persen per tahun, jika kondisi pembangunan pertanian tetap statis seperti sekarang. Angka pertumbuhan inilah yang turut memberikan tekanan pada sektor pertanian. Artinya, pada 2017 jumlah penduduk Indonesia sedikitnya mencapai 275 juta jiwa. Jika tidak diantisipasi sejak sekarang, dikhawatirkan pada 10 atau 20 tahun nanti, krisis pangan akan melanda negeri ini.

Karenanya, solusinya tak cukup dengan menaik turunkan tarif perdagangan. Mulai saat ini kedaulatan/ketahanan pangan harus menjadi program prioritas pemerintah. Ketergantungan terhadap impor pangan harus secepatnya dihindari agar krisis pangan jangka panjang tidak akan terjadi.
Intinya, hari ini kita membutuhkan pendekar atau pahlawan yang berjuang bukan untuk kepentingan kelompok atau pribadi, tapi berjuang dan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Di zaman kolonial, rakyat Indonesia bahu-membahu dengan keberanian dan pengorbanannya untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Demi kemerdekaan, ribuan putra terbaik bangsa gugur di medan laga.

Dan, kehidupan saat ini adalah hasil perjuangan para pejuang-pendekar yang dengan keberanian dan pengorbanannya mampu mengusir para penjajah. Mereka tidak memikirkan apakah nantinya mereka akan ikut menikmati hasil perjuangan atau tidak. Mereka melakukannya untuk dipersembahkan dan dinikmati oleh generasi berikutnya.

Jiwa patriot seperti ini harus senantiasa ditumbuhkan sepanjang waktu, tak harus menunggu momen hari pahlawan tiba. Saat ini, kita membutuhkan putra terbaik, yang rela berkorban demi kepentingan bangsa. Seorang pendekar yang melihat celah sekecil apapun untuk menjadi sebuah titik balik, sehingga mampu membawa bangsa Indonesia keluar dari kemelut, dan membawa rakyat negeri ini ke alam kesejahteraan yang lebih baik.

Di tengah kondisi yang ada, ternyata di negeri ini ada juga pemimpin yang mampu menggerakan daerahnya dengan baik untuk meningkatkan kemakmuran negerinya. Sekadar menyebut contoh, ada Gubernur Fadel Muhammad yang telah membawa Provinsi Gorontalo pada kehidupan yang lebih baik. Di belahan bumi nusantara lainnya, ada Bupati Jembrana, Bali, I Gde Winasa, serta Bupati Sragen, Jawa Tengah, H. Untung Wiyono. Mereka adalah para pendekar yang patut diteladani, karena sukses membangun daerahnya.

Semangat dan jiwa seorang petarung sejati harus melekat pada diri setiap para pemimpin kita saat ini. Kini, pahlawan bukan hanya orang yang berjuang angkat senjata sampai menetaskan darah penghabisan seperti perang di masa revolusi. Dalam konteks kekinian, kependekaran dapat diartikan ikut serta secara aktif dan positif melaksanakan pembangunan nasional. Kendati wujud kepahlawanan tidak sama, tantangan yang dihadapi tidaklah berbeda. Perang melawan ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kemiskinan, dan perang untuk memperjuangkan kesejahteraan.

Opini

MEMANTAPKAN KEMANDIRIAN BANGSA AGRARIS
Oleh: Siswono Yudo Husodo

Rupaya makin banyak pihak yang sepakat bahwa sektor pertanian yang sehat dapat diandalkan akan memperbaiki dua hal sekaligus, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat yang mayoritas petani dan menciptakan landasan yang kokoh bagi pembangunan ekonomi.

Perlu disadari bahwa kemampuan pertanian Indonesia secara relatif sedang terus menurun dan telah memasuki keadaan rawan pangan dalam arti ketergantungan pada pangan impor terus meningkat. Impor pangan yang terus meningkat ini akan memperlemah ketahanan ekonomi bangsa kita karena devisa yang susah payah kita peroleh dibelanjakan untuk hal-hal konsumtif yang sebenarnya dapat kita produksi sendiri.

Untuk itu, peningkatan produksi pangan nasional tidak bisa ditawar lagi bila kita ingin lepas dari jerat ketergantungan pada impor yang memerlukan devisi yang sangat banyak. Kunci dari peningkatan produksi ini adalah insentif harga, perluasan areal pertanian, peningkatan teknologi, dan perlindungan terhadap produksi dalam negeri. Pemberantasan hama dan penyelundupan berbagai produk pangan juga harus serius dilakukan, karena selain merugikan negara secara materiil, juga telah membuat penderitaan para petani kita.

Negara kita memerlukan tambahan kegiatan ekonomi produktif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hal mendasar yang perlu kita ubah adalah orientasi kita dalam menghadapi masalah, yang harus lebih percaya diri dan mandiri. Apalagi dengan lahan pertanian tropis terbesar di dunia yang dimiliki, Indonesia tak hanya berpotensi swasembada, tapi juga menjadi eksportir produk-produk pertanian tropis, sekaligus dengan agroindustrinya.

Sebagai bangsa, kita memiliki potensi amat besar untuk menjadi bangsa sejahtera dan mandiri, mengubah kondisi kita saat ini yang tertinggal menjadi negara maju dan diperhitungkan dunia. Untuk itu, diperlukan program-program pembangunan eknomi yang merangsang optimalisasi kapasitas produksi serta memanfaatkan pasar dalam negeri untuk meningkatkan kegiatan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dengan fakta bahwa Indonesia memiliki potensi pangan yang sangat besar dan beragam, serta pertambahan pasar pangan dunia yang sangat besar pula, maka kemandirian pangan dan cita-cita menjadi negara eksportir pangan tropis haruslah menjadi tujuan pembangunan pangan di Indonesia. Upaya peningkatan produksi pangan perlu mempertimbangkan liberalisasi yang amat pesat di semua sektor kehidupan, tak terkecuali di sektor pertanian.
Liberalisasi perdagangan di dunia yang kini tak mengenal batas ini menjadikan para petani di berbagai negara dengan kondisi sosial ekonomi yang berbeda, harus bersaing bebas di pasar yang sama. Begitu juga dengan para petani kita. Makanya, negara perlu meningkatkan perlindungannya terhadap petani kita.

Ke depan, kalaupun benar ada kekurangan beras, sebaiknya pemerintah mengajak rakyat untuk melakukan diversifikasi makanan, dengan memakan ubi kayu, atau ubi jalar, tiwul, bubur Manado dengan ubi jalar yang banyak, dan lain-lain. Sebaiknya pemerintah mengajak rakyat menjadi lebih produktif. Tidak dengan menganjurkan impor, tapi mengembangkan diversifikasi pangan sebagai jalan keluar.

Bangsa-bangsa yang sekarang sejahtera,, di masa lalunya juga pernah mengalami the great depression. Eropa pernah mengalami malaise, Jepang atau Korea Selatan juga pernah hancur lebur karena perang. Negara-negara tersebut berhasil bangkit kembali dan jaya karena dedikasi para penyelenggara negaranya dan kemampuan memetik pelajaran dari masa lalunya.

Ada sebuah jargon sejarah yang patut direnungkan, yang berbunyi, “Bangsa yang tidak mampu memetik pelajaran dari kesalahan di masa lalunya, akan dihukum oleh sejarahnya sendiri dengan mengalami sekali lagi kepahitan yang pernah dialaminya di waktu yang lalu.” Semoga pelajaran amat pahit yang telah dan sedang kita rasakan ini dapat kita petik sebagai pelajaran agar ke depan sebagai suatu negara-bangsa, kita dapat semakin bersatu, maju, adil, makmur, dan sejahtera.

*) Penulis adalah Ketua Dewan Pembina Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI)

Opini


MEMANTAPKAN KEMANDIRIAN BANGSA AGRARIS
Oleh: Siswono Yudo Husodo

Rupaya makin banyak pihak yang sepakat bahwa sektor pertanian yang sehat dapat diandalkan akan memperbaiki dua hal sekaligus, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat yang mayoritas petani dan menciptakan landasan yang kokoh bagi pembangunan ekonomi.

Perlu disadari bahwa kemampuan pertanian Indonesia secara relatif sedang terus menurun dan telah memasuki keadaan rawan pangan dalam arti ketergantungan pada pangan impor terus meningkat. Impor pangan yang terus meningkat ini akan memperlemah ketahanan ekonomi bangsa kita karena devisa yang susah payah kita peroleh dibelanjakan untuk hal-hal konsumtif yang sebenarnya dapat kita produksi sendiri.

Untuk itu, peningkatan produksi pangan nasional tidak bisa ditawar lagi bila kita ingin lepas dari jerat ketergantungan pada impor yang memerlukan devisi yang sangat banyak. Kunci dari peningkatan produksi ini adalah insentif harga, perluasan areal pertanian, peningkatan teknologi, dan perlindungan terhadap produksi dalam negeri. Pemberantasan hama dan penyelundupan berbagai produk pangan juga harus serius dilakukan, karena selain merugikan negara secara materiil, juga telah membuat penderitaan para petani kita.

Negara kita memerlukan tambahan kegiatan ekonomi produktif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hal mendasar yang perlu kita ubah adalah orientasi kita dalam menghadapi masalah, yang harus lebih percaya diri dan mandiri. Apalagi dengan lahan pertanian tropis terbesar di dunia yang dimiliki, Indonesia tak hanya berpotensi swasembada, tapi juga menjadi eksportir produk-produk pertanian tropis, sekaligus dengan agroindustrinya.

Sebagai bangsa, kita memiliki potensi amat besar untuk menjadi bangsa sejahtera dan mandiri, mengubah kondisi kita saat ini yang tertinggal menjadi negara maju dan diperhitungkan dunia. Untuk itu, diperlukan program-program pembangunan eknomi yang merangsang optimalisasi kapasitas produksi serta memanfaatkan pasar dalam negeri untuk meningkatkan kegiatan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dengan fakta bahwa Indonesia memiliki potensi pangan yang sangat besar dan beragam, serta pertambahan pasar pangan dunia yang sangat besar pula, maka kemandirian pangan dan cita-cita menjadi negara eksportir pangan tropis haruslah menjadi tujuan pembangunan pangan di Indonesia. Upaya peningkatan produksi pangan perlu mempertimbangkan liberalisasi yang amat pesat di semua sektor kehidupan, tak terkecuali di sektor pertanian.
Liberalisasi perdagangan di dunia yang kini tak mengenal batas ini menjadikan para petani di berbagai negara dengan kondisi sosial ekonomi yang berbeda, harus bersaing bebas di pasar yang sama. Begitu juga dengan para petani kita. Makanya, negara perlu meningkatkan perlindungannya terhadap petani kita.

Ke depan, kalaupun benar ada kekurangan beras, sebaiknya pemerintah mengajak rakyat untuk melakukan diversifikasi makanan, dengan memakan ubi kayu, atau ubi jalar, tiwul, bubur Manado dengan ubi jalar yang banyak, dan lain-lain. Sebaiknya pemerintah mengajak rakyat menjadi lebih produktif. Tidak dengan menganjurkan impor, tapi mengembangkan diversifikasi pangan sebagai jalan keluar.

Bangsa-bangsa yang sekarang sejahtera,, di masa lalunya juga pernah mengalami the great depression. Eropa pernah mengalami malaise, Jepang atau Korea Selatan juga pernah hancur lebur karena perang. Negara-negara tersebut berhasil bangkit kembali dan jaya karena dedikasi para penyelenggara negaranya dan kemampuan memetik pelajaran dari masa lalunya.

Ada sebuah jargon sejarah yang patut direnungkan, yang berbunyi, “Bangsa yang tidak mampu memetik pelajaran dari kesalahan di masa lalunya, akan dihukum oleh sejarahnya sendiri dengan mengalami sekali lagi kepahitan yang pernah dialaminya di waktu yang lalu.” Semoga pelajaran amat pahit yang telah dan sedang kita rasakan ini dapat kita petik sebagai pelajaran agar ke depan sebagai suatu negara-bangsa, kita dapat semakin bersatu, maju, adil, makmur, dan sejahtera.

*) Penulis adalah Ketua Dewan Pembina Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI)





Opini


MEMANTAPKAN KEMANDIRIAN BANGSA AGRARIS
Oleh: Siswono Yudo Husodo

Rupaya makin banyak pihak yang sepakat bahwa sektor pertanian yang sehat dapat diandalkan akan memperbaiki dua hal sekaligus, yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat yang mayoritas petani dan menciptakan landasan yang kokoh bagi pembangunan ekonomi.

Perlu disadari bahwa kemampuan pertanian Indonesia secara relatif sedang terus menurun dan telah memasuki keadaan rawan pangan dalam arti ketergantungan pada pangan impor terus meningkat. Impor pangan yang terus meningkat ini akan memperlemah ketahanan ekonomi bangsa kita karena devisa yang susah payah kita peroleh dibelanjakan untuk hal-hal konsumtif yang sebenarnya dapat kita produksi sendiri.

Untuk itu, peningkatan produksi pangan nasional tidak bisa ditawar lagi bila kita ingin lepas dari jerat ketergantungan pada impor yang memerlukan devisi yang sangat banyak. Kunci dari peningkatan produksi ini adalah insentif harga, perluasan areal pertanian, peningkatan teknologi, dan perlindungan terhadap produksi dalam negeri. Pemberantasan hama dan penyelundupan berbagai produk pangan juga harus serius dilakukan, karena selain merugikan negara secara materiil, juga telah membuat penderitaan para petani kita.

Negara kita memerlukan tambahan kegiatan ekonomi produktif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hal mendasar yang perlu kita ubah adalah orientasi kita dalam menghadapi masalah, yang harus lebih percaya diri dan mandiri. Apalagi dengan lahan pertanian tropis terbesar di dunia yang dimiliki, Indonesia tak hanya berpotensi swasembada, tapi juga menjadi eksportir produk-produk pertanian tropis, sekaligus dengan agroindustrinya.

Sebagai bangsa, kita memiliki potensi amat besar untuk menjadi bangsa sejahtera dan mandiri, mengubah kondisi kita saat ini yang tertinggal menjadi negara maju dan diperhitungkan dunia. Untuk itu, diperlukan program-program pembangunan eknomi yang merangsang optimalisasi kapasitas produksi serta memanfaatkan pasar dalam negeri untuk meningkatkan kegiatan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dengan fakta bahwa Indonesia memiliki potensi pangan yang sangat besar dan beragam, serta pertambahan pasar pangan dunia yang sangat besar pula, maka kemandirian pangan dan cita-cita menjadi negara eksportir pangan tropis haruslah menjadi tujuan pembangunan pangan di Indonesia. Upaya peningkatan produksi pangan perlu mempertimbangkan liberalisasi yang amat pesat di semua sektor kehidupan, tak terkecuali di sektor pertanian.
Liberalisasi perdagangan di dunia yang kini tak mengenal batas ini menjadikan para petani di berbagai negara dengan kondisi sosial ekonomi yang berbeda, harus bersaing bebas di pasar yang sama. Begitu juga dengan para petani kita. Makanya, negara perlu meningkatkan perlindungannya terhadap petani kita.

Ke depan, kalaupun benar ada kekurangan beras, sebaiknya pemerintah mengajak rakyat untuk melakukan diversifikasi makanan, dengan memakan ubi kayu, atau ubi jalar, tiwul, bubur Manado dengan ubi jalar yang banyak, dan lain-lain. Sebaiknya pemerintah mengajak rakyat menjadi lebih produktif. Tidak dengan menganjurkan impor, tapi mengembangkan diversifikasi pangan sebagai jalan keluar.

Bangsa-bangsa yang sekarang sejahtera,, di masa lalunya juga pernah mengalami the great depression. Eropa pernah mengalami malaise, Jepang atau Korea Selatan juga pernah hancur lebur karena perang. Negara-negara tersebut berhasil bangkit kembali dan jaya karena dedikasi para penyelenggara negaranya dan kemampuan memetik pelajaran dari masa lalunya.

Ada sebuah jargon sejarah yang patut direnungkan, yang berbunyi, “Bangsa yang tidak mampu memetik pelajaran dari kesalahan di masa lalunya, akan dihukum oleh sejarahnya sendiri dengan mengalami sekali lagi kepahitan yang pernah dialaminya di waktu yang lalu.” Semoga pelajaran amat pahit yang telah dan sedang kita rasakan ini dapat kita petik sebagai pelajaran agar ke depan sebagai suatu negara-bangsa, kita dapat semakin bersatu, maju, adil, makmur, dan sejahtera.

*) Penulis adalah Ketua Dewan Pembina Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI)





Nusantara

Sentra Agribisnis Produktif

Sukabumi

Gunung, rimba, laut, dan pantai. Empat simbol kekayaan alam yang identik dengan Kabupaten Sukabumi. Kekayaan ini ditunjang pasar dan regulasi yang focus dan terarah. Alhasil, kabupaten terluas se-Jawa dan Bali ini mantap memegang agribisnis sebagai sektor unggulan.

Suka-Bumen, begitu nama asal daerah ini. Udaranya yang sejuk dan nyaman, membuat mereka yang datang ke daerah ini tidak ingin untuk pindah lagi karena suka atau senang bumen-bumen atau bertempat tinggal di daerah ini. Sukabumi yang beribukota di Pelabuhan Ratu ini memang dikenal dengan pesona maupun kekayaan alam yang melimpah.

Wilayah Sukabumi yang terletak sekitar 160 km dari arah Jakarta, meliputi areal seluas 420.000 hektar yang terbentang mulai dari ketinggian 0 - 2.958 meter di atas permukaan laut. Pegunungan dan dataran tinggi mendominasi hampir seluruh kabupaten ini. Dataran rendah ada di pesisir selatan, mulai dari Teluk Ciletuh sampai muara sungai Cikaso dan Cimandiri. Gunung Salak dan Gunung Gede menjadi batas alam dengan Kabupaten Sukabumi.

Melimpahnya kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki Sukabumi merupakan fakta yang tak terbantahkan. Dengan luas wilayah 416.404 hektare, yang terdiri dari 47 kecamatan, 349 desa dan tiga kelurahan, kabupaten di pesisir utara Pulau Jawa ini menjadi merupakan kabupaten terluas di Pulau jawa dan Bali, dengan menguasai 3,01 persen dari total luas pulau Jawa.

Lokasinya pun cukup strategis. Kedekatannya dengan pusat ibukota negara menjadi nilai tambah bagi perkembangan ekonomi khususnya tingkat investasi. Hasil-hasil produksi baik pertanian, pertambangan, maupun jasa pariwisata meningkat setiap tahunnya. Potensi kekayaan alam yang melimpah dan luasnya wilayah itu menjadi peluang bagi daerah ini untuk meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.

Potensi SDA yang dimiliki Sukabumi dapat dikategorikan menjadi tiga sektor. Ketiganya adalah potensi pertanian (agribisnis), potensi pertambangan, serta potensi sumberdaya pesisir dan kelautan. Sampai saat ini, Sukabumi memfokuskan pembangunan investasi pada tiga bidang ini. Namun, rari ketiga bidang tersebut, sektor pertambangan tampaknya mendapat perhatian khusus mengingat selama ini masih banyak potensi yang belum tergali secara maksimal.

Sejak dulu, sektor pertanian sudah memegang peranan penting dalam perkembangan ekonomi daerah. Kontribusi sektor ini pada pendapatan asli daerah (PAD) selalu tertinggi jika dibandingkan dengan bidang lainnya. Potensi pertanian yang menjadi andalan antara lain padi, jagung, sayur mayor, dan hasil perkebunan berupa karet dan lain sebagainya. Dari seluruh potensi yang ada, arah pengembangan investasi ditujukan pada pertambangan dan agribisnis dalam arti luas. Khusus di bidang agribisnis, akan dikembangkan pada industri besar dalam hal pengolahan bahan mentah menjadi bahan olahan yang mempunyai nilai tambah tinggi.

Sebenarnya, Sukabumi sudah terkenal sejak lama sebagai kawasan potensial sekaligus cocok untuk berinvestasi. Di zaman kolonial, Belanda memanfaatkan kawasan Sukabumi sebagai salah satu sentra perkebunan teh. Di samping teh, kopi, kakao, sawit, dan karet merupakan komoditas yang diunggulkan hingga saat ini.

Begitu juga dengan peternakan. Tak hanya pertanian dalam arti tanaman, potensi ternak yang begitu besar tidak luput dari pengamatan pemerintah daerah Sukabumi untuk difokuskan sebagai obyek pengembangan. Alhasil, pada 2006, hampir semua komoditas ternak Sukabumi masuk dalam rangking 10 besar jumlah populasi tertinggi di tingkat Jawa Barat.

Jutaan unggas yang dibudidayakan di Sukabumi kebanyakan menganut sistem kemitraan, digandeng perusahaan pakan atau bibit. Dalam catatan Dinas Peternakan Sukabumi, lebih dari 50 perusahaan yang memiliki variasi garapan – farm, breeding, marketing – menjalankan bisnis usahanya di kabupaten yang punya batas alam Gunung Salak dan Gunung Gede ini. Sebagian di antaranya, perusahaan-perusahaan perunggasan papan atas negeri ini.

Alam, bisa dikatakan hanya salah satu faktor penunjang. Di luar itu, geografis Sukabumi yang terbilang dekat dengan Ibukota menjadikan kabupaten yang dipimpin Sukmawijaya ini sebagai daerah tumpu penyangga kebutuhan protein hewani Jakarta dan sekitarnya, Bogor, Tangerang, Depok, hingga Bekasi. Setidaknya 15 juta penduduk Jabodetabek membutuhkan konsumsi protein hewani setiap harinya. Kebutuhan yang begitu besar itu senantiasa dipenuhi oleh Sukabumi.

KOMODITAS LAHAN KERING: Di luar peternakan, Sukabumi pun menyimpan banyak potensi agribisnis tanaman pangan. Menurut Ir Dana Budiman, M.Si., Kepala Dinas Pertanian Sukabumi, di samping hortikultura, ada tiga komoditas yang akan didorong agar lebih berkembang, yaitu jagung, kacang tanah, dan singkong. “Saya akan mengubah lahan kering di Sukabumi menjadi surganya komoditas lahan kering,” tandasnya.

Dipilihnya jagung karena tanaman ini sudah menjadi komoditas strategis dan ekonomis. Salah satunya dibutuhkan sebagai bahan baku industri pakan dan pangan. Untuk menggairahkan petani lebih banyak memproduksi jagung pipil, pemerintah setempat menggulirkan program peningkatan produktivitas melalui bantuan benih jagung hibrida sebanyak 170 ton, selama tahun 2007 lalu. Jumlah itu untuk memenuhi 6.500 hektar kebun jagung hibrida (setara dengan 130 ton benih), dan 1.000 hektar kebun jagung komposit.

Menurut Budiman, di Sukabumi terdapat lima kecamatan yang berfungsi sebagai sentra penanaman jagung hibrida, yaitu di Kecamatan Jampang Tengah, Cikembar, Jampang Kulon, Ciambar, serta Kecamatan Cicurug. Selama tahun 2007 lalu, Sukabumi menargetkan menanam 11.263 hektar, dengan luas panen dan produksi masing-masing 8.448 hektar dan 38.023 ton.

Sementara untuk pengembangan singkong, sampai 2009 ditargetkan mencapai 60 ribu hektar. Pemda sudah melakukan kesepakatan kerja dengan PT Biofuel Energi sebagai penjamin pasar. “Saat ini kita sedang memacu pengembangan bibitnya dulu. Dari target 100 hektar baru tertanami 15 hektar,” urai Budiman. Kawasan yang bakal dijadikan sentra singkong adalah enam kecamatan: Jampang Kulon, Surade, Jampang Tengah, Waruja, Nagrak, dan Kecamatan Kembar.

Yang membanggakan, sejak Oktober tahun lalu Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi telah mengembangkan program Pelayanan Sarana Agribisnis Terpadu (Pesat). Program tersebut diresmikan Menteri Pertanian, berbarengan dengan pencanangan musim tanam padi 2007/2008, di Karang Tengah, Cibadak. Rencananya Pesat akan dikembangkan sesuai dengan komoditasnya. Misalnya, Pesat padi, jagung, kacang tanah, dan Pesat tanaman hias. Satu kawasan Pesat, luasnya bisa ribuan hektar. Misalnya, Pesat singkong minimal 15 ribu hektar dan Pesat kacang tanah minimal 3.000 hektar.

Pesat, kata Budiman, merupakan pelayanan one stop services bagi petani atau pelaku usaha. Di setiap kawasan disediakan kebutuhan dari hulu sampai hilir. Misalnya di Jampang Kulon sedang dikembangkan Pesat untuk padi dan kacang tanah. Untuk keperluan budidaya disediakan sarana produksi, gudang, unit pengolahan, PPL, dan permodalam berupa kredit dari BRI. Sementara pasarnya bekerjasama dengan Bulog, RNI, dan Garuda Food.

POLA SRI: Menurut data yang ada, Pemkab Sukabumi mengalokasikan dana Rp 13 miliar untuk intensifikasi padi, dan Rp560 juta bagi pengembangan singkong. Selain itu, Pemkab juga memberi kemudahan dengan menawarkan kawasan yang cocok untuk komoditas tadi lengkap dengan kelompok tani maupun kelengkapan infrastrukturnya. Namun, Budiman mengakui masih ada kendala, seperti take over pada penguasaan lahan yg masih tumpang tindih.

Salah satu kebijakan startegis Pemkab Sukabumi pada tahun 2006 lalu adalah menciptakan keseimbangan pembangunan Utara-Selatan yang diarahkan kepada Baros, Cibereum, dan Lembursitu, termasuk di dalamnya Program Agropolitan Terdepan. Untuk itu, di Kecamatan Lembursitu telah dikembangkan pola System of Rice Intensitification (SRI) yang diprakarsai oleh Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda yang saat ini Dewan Penasehatnya adalah mantan Gubernur Jawa Barat, Solihin GP.

Ide tersebut merupakan implementasi dari hasil pembinaan yang diikuti oleh kelompok petani pola SRI yang dideklarasikan di Cipaganti. Tujuannya agar padi yang ditanam dengan pola tertentu menggunakan pupuk organik sebagai upaya menyelaraskan antara pertanian dengan peternakan karena pupuk yang digunakan adalah organik seperti halnya dedaunan yang dicampur dengan kotoran ternak serta sekam.

Di sela-sela kegiatan panen raya, Solihin GP mengungkapkan pengalamannya bahwa padi dengan pola SRI perlu didukung oleh semua instansi pemerintah termasuk DPRD agar diperkenankan untuk terus tumbuh dan berkembang di Jawa Barat. Pasalnya, dengan menggunakan pupuk organik dari satu biji padi, katanya, bisa tumbuh 30 batang dalam satu rumpunnya.

Di sisi lain, manfaat yang bisa diperoleh dari pola SRI di antaranya adalah terjadinya penghematan bibit, air, serta memerlukan insektisida. Bahkan, keasaman tanah masih bisa terjaga dengan baik. Manfaat lain secara alami dengan pola SRI diperoleh ekosistem dan ramah lingkungan. Sedangkan dengan menggunakan sistem anorganik menimbulkan hama baru, memerlukan air banyak, keasaman tanah terganggu, sehingga ekosistem secara keseluruhan ikut terganggu pula.

Pola SRI ini mendapat sambutan baik Bupati Sukabumi, H. Sukmawijaya. Dengan lahan pertanian yang terbatas, pola SRI yang hemat dari segi bibit, modal, lahan, serta air akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Walau demikian, target untuk mewujudkan kesejahteraan ini tentu tidak mudah. Oleh sebab itu, kerja sama yang sinergis dan harmonis dari berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat sangat diperlukan untuk memujudkan Sukabumi sebagai sentra agribisnis. Kita tunggu hasilnya. QYH

Boks
Wawancara Bupati Sukabumi
Drs. H. Sukmawijaya, MM: “Potensi Agribisnis Kami Luar Biasa”

Berdasarkan Perda Nomor 14 tahun 2001, Kabupaten Sukabumi secara regional ditetapkan sebagai kawasan andalan agribisnis melalui penerapan sistem agribisnis yang memiliki daya saring, daya sanding, daya saing, dan daya juang yang tinggi. Di samping itu, kerja sama yang sinergis dan harmonis dari berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat sangat diperlukan untuk memujudkan cita-cita luhur tersebut.

Sejak dulu, sektor pertanian menjadi tulang punggung yang memegang peranan penting dalam perkembangan ekonomi di Sukabumi. Wajar jika kontribusi sektor pertanian pada pendapatan asli daerah (PAD) selalu tertinggi jika dibandingkan dengan bidang lainnya. Sukabumi memang memiliki potensi pertanian andalan, seperti padi, jagung, sayur mayor, hasil perkebunan berupa karet, dan lain sebagainya. Potensi inilah yang terus dikembangkan oleh Bupati Sukabumi, H. Sukmawijaya, dalam memajukan dan mensejahterakan rakyatnya.

Program intensifikasi pun terus ia kembangkan. Dengan kepemilikan lahan yang sangat terbatas, kita mencoba menggenjot produktivitas hasil pertanian dengan pengelolaan lahan, penggunaan pupuk yang berimbang, serta benih berkualitas. Hal ini juga dilakukan pada tanaman padi. “Ya. agar mendapatkan input pertanian yang baik, sehingga berpengaruh terhadap produktivitas. Termasuk bagaimana mencegah loss production,” katanya kepada Qusyaini Hasan yang diutus PADI untuk mewawancarainya. Berikut petikan lengkapnya:

Apa permasalahan yang Anda temui seputar pembangunan pertanian di Sukabumi?
Kami menemui berbagai kendala, di antaranya tingkat pendapatan petani yang masih rendah disebabkan oleh rata-rata kepemilikian lahan garapan yang relatif sempit. Komoditas usaha tani juga belum dikembangkan yang selektif ekonomis dan berorientasi pasar. Pengadaan dan penyaluran benih unggul nasional maupun lokal belum tersedia untuk semua komoditas. Di samping itu, pola pemasaran masih bertumpu pada pedagang pengumpul.

Lalu, apa langkah yang Anda ambil untuk mengatasi masalah tersebut?
Kami melakukan pengembangan usaha tani terpadu pada berbagai jenis ekologi lahan. Pengembangan agribisnis terutama pada unit-unit usaha tani skala kecil. Kami juga memperluas kesempatan kerja di sektor pertanian. Tentu kami juga melakukan penataan dan penyempurnaan kelembagaan penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten dengan menitikberatkan pada tuntutan kebutuhan lapangan dan karakteristik daerah.

Bagaimana kebijakan anda terkat dengan persoalan pangan di Sukabumi?
Kebijakan sektoral ini terkait dengan upaya mengurangi jumlah penduduk miskin. Kalau bicara mengenai hal ini, ada dua kebijakan umum terkait dengan kebijakan pangan maupun pertanian. Pertama adalah meningkatkan ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga. Tidak lagi di tataran makro di tingkat kabupaten, tapi juga di tingkat terkecil. Artinya bahwa setiap rumah tangga harus dijamin kesiapan bahan pangannya. Oleh karena itu, kami melakukan berbagai upaya dengan melibatkan kaum tani dengan mendorong peningkatan produksi. Kalau bicara peningkatan produksi, banyak sektor yang harus ditangani.

Berikutnya adalah program pengembangan agribisnis, dengan fokus pada komoditas yang memiliki prospek bagus, seperti karet, sawit, dan sebagainya. Di bidang tanaman pangan, yang menjadi incaran banyak orang sekarang adalah singkong. Ternyata singkong ini, yang dulu hanya dijadikan bahan penunjang pangan, menjadi komoditas yang sangat ekonomis, bahkan untuk industri. Ternyata singkong ini memiliki linked forward yang luar biasa. Inilah yang menjadi motor penggerak, agar ke depannya akan terbuka sektor-sektor lainnya.

Anda tampaknya gencar melakukan program intensifikasi. Untuk apa?
Dengan kepemilikan lahan yang sangat terbatas, kita mencoba melakukan intensifikasi terhadap lahan yang ada. Agar bagaimana kita mampu meningkatkan produktivitas pertanian dengan usaha-usaha yang normatif, misalnya dengan lahan yang baik, pupuk yang berimbang, serta benih berkualitas.

Apakah juga berhubungan dengan penyediaan benih?
Betul. Penyediaan ini sesuai dengan waktu dan kebutuhan yang ada. Tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat jenis, begitu prinsipnya. Ini sangat mengembirakan, karena dari hasil evaluasi kita produktivitas benih ini luar biasa. Dari berbagai panen yang diadakan, diperoleh kelebihan sampai 4,5 ton per hektar. Rata-rata peningkatannya mencapai 2,5 ton per hektar. Ini diharapkan akan berdampak pada peningkatan pendapatan petani. Ujungnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan ketahanan pangan.

Anda yakin pertanian Sukabumi masih berpotensi di masa mendatang?
Ya, karena potensi agribisnisnya luar biasa. Kami memiliki 400.000 hektar lahan kering yang belum optimal. Inilah yang menjadi sasaran kita, bukan sekadar wacana. Masyarakat sudah membudidayakan jenis singkong unggulan. Hasilnya sampai memecahkan rekor MURI dengan menghasilkan singkong sepanjang 1,5 meter. Itu bisa 40-50 kilogram per pohon. Kita mengembangkan dengan penyediaan bibit. Masyarakat sangat antusias. Saat kita menemukan bibit produktif, muncul juga usaha di sektor hilirnya. Tempo hari kita dapat kunjungan dari pemerintah Cina, jadi peluangnya sangat bagus. Sehingga Sukabumi menjadi pusat budidaya singkong ini.

Bagaimana dengan jagung?
Jagung juga memiliki potensi. Tanaman ini sudah familiar dengan para petani. Dan sangat dibutuhkan oleh dunia usaha di bagian hilirnya. Jagung menjadi kebutuhan industri pakan ternak. 60% kebutuhan daging unggas di Jakarta dipasok dari sukabumi. Jadi, kalau dikembangkan, tentu memiliki potensi yang luar biasa.

Program intensifikasi juga Anda terapkan pada tanaman padi.
Ya. agar mendapatkan input pertanian yang baik, sehingga berpengaruh terhadap produktivitas. Termasuk bagaimana mencegah loss production. Di padi, kami mencoba melakukan peningkatan masa tanamnya, seperti perbaikan irigasi. Kalau yang tadinya bisa menanam sekali, sekarang bisa dua kali. Begitu seterusnya. Ini untuk meningkatkan produksi. Tapi kalau untuk meningkatkan pendapatan, bisa dilakukan dengan diversifikasi.

Dibandingkan dengan tanaman pangan lain, bagaimana produktivitas padi di Sukabumi?
Padi punya nilai strategis sebagai cadangan pangan yang sampai saat ini berada pada ukuran yang menguntungkan. Padi memiliki nilai strategis di bidang keamanan pangan. Di Sukabumi bagian selatan ada anggapan, belum bertani kalau tidak menanam padi. Bagi mereka, padi tidak dijual, melainkan untuk menjaga ketersediaan pangan mereka. Kalau tidak, boleh jadi suatu saat mereka akan kekurangan pangan. Makanya, padi ini tidak terukur oleh nilai rupiah, karena keberadaannya begitu strategis.

Kalau punya padi, hidup setahun bisa tenang, begitu kata orang. Inilah kearifan lokal. Mereka menghitung stok yang ada dan pengeluaran. Kalau yang ditanami bukan padi, dan hasilnya bisa lebih besar daripada padi, ia bisa dijual, sehingga bisa habis pangan mereka. Memang kalau diukur dari marjin ekonomisnya, padi tidak seberapa.

Apa rencana Anda selanjutnya?
Sudah terbukti kemarin kita bisa menyiapkan bibit yang baik. Masyarakat juga mulai sadar pentingnya bibit berkualitas. Kami mulai menyiapkan sistem pembiayaan dengan melakukan penguatan lembaga ekonomi mikro pedesaan. Ini yang diharapkan nanti berperan untuk penangkaran, penyediaan pupuk, dan sebagainya. QYH

BOKS
Biodata H. Sukmawijaya

Nama lengkap : Drs. H. Sukmawijaya, MM
Tempat, tanggal lahir : Sukabumi, 3 Nopember 1956
Jabatan : Bupati Sukabumi (2005-2010)

Riwayat Pendidikan:
1. SDN Jagamukti, Surade (1969)
2. SMPN Surade (1972)
3. SMAN 1 Sukabumi (1975)
4. Institut Ilmu Pemerintahan, Jakarta (1986)
5. Magister Manajemen STIE IPWI, Jakarta (1998)

Riwayat Pekerjaan:
1. Kasubag. Tata Praja Pemda Kab. Sukabumi (1982-1984)
2. Kasubab. Pengembangan Perkotaan Pemda Kab. Sukabumi (1987-1989)
3. Camat Surade (1989-1992)
4. Camat Cibadak (1992-1994)
5. Kabag. Tapem Pemda Kab. Sukabumi (1994-1996)
6. Kabag. Sosial Pemda Kab. Sukabumi (1996-1998)
7. Asisten Administrasi Pembangunan Pemda Kab. Sukabumi (1998-2002)
8. Kepala Bappeda (2002-2005)

Riwayat Organisasi:
1. Sekum BAZIS Sukabumi (1995-1998)
2. Wakil Ketua BAZIS Sukabumi (1998-1999)
3. Ketua PBVSI Kab. Sukabumi (1996-1999)
4. Wakil Ketua KONI Kab. Sukabumi (1998-2003)