Tampilkan postingan dengan label PADI Edisi 18 2009. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PADI Edisi 18 2009. Tampilkan semua postingan

Rabu, 28 Januari 2009

Sosok


Yuddy Chrisnandi

Agenda Progresif untuk Kejayaan Petani

Kemiskinan, ketidakadilan, ketergantungan pada asing, kebodohan, dan korupsi merupakan sederet persoalan yang menghambat kemajuan bangsa in. Untuk itu dibutuhkan pemimpin yang memiliki energi ekstra, visi orisinal, kapasitas, serta keberanian. Tak hanya itu, kita pun butuh seorang pemimpin yang memiliki visi dan gagasan ke depan untuk membawa perubahan.

Berangkat dari pemikiran inilah Yuddy Chrisnandi terdorong untuk mencalonkan diri menjadi presiden dalam pemilu 2009. Berlandaskan visi perubahan dan agenda-agenda progresif pro kerakyatan, ia pun dengan gagah mendeklarasikan diri menjadi Capres. Dan, nyaris tak ada lagi yang mampu membendung kehendak Anggota DPR dari Fraksi Golkar ini untuk menjadi pesaing tokoh-tokoh lama. Motivasinya untuk meraih kekuasaan politik tertinggi di Tanah Air begitu kuat.


Dalam sekejap, pria kelahiran Bandung, 29 Mei 1968, ini pun menjadi magnet baru di kancah perpolitikan nasional. Ia menginspirasi kaum muda sebayanya untuk senantiasa meneruskan estafet kepemimpinan nasional dan mengantarkan bangsa ini berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lainnya. Yuddy, panggilan akrabnya, pun menjadi energi baru sekaligus tokoh alternatif yang memungkinkan rakyat memiliki alternatif pilihan selain tokoh-tokoh lama.


"Visi dan misi ke depan ini yang tidak dimiliki sunset generation. Visi ke depan dan energi baru ini cuma dimiliki orang-orang muda,” kata anggota Komisi I DPR ini. Selain soal regenerasi, menurutnya, ada peluang sekaligus harapan masyarakat yang besar terhadap kehadiran tokoh muda sepertinya. Ia yakin, berdasarkan pemahaman dan pengalamannya di bidang eksekutif dan legislatif, mampu melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan padanya.


Sebagai representasi dari anak muda seusianya, ia menyakini dengan usia yang belum terlalu tua akan memiliki waktu dan tenaga untuk bisa mengatasi persoalan tersebut secara intensif dengan komitmen yang kuat. Menurutnya, persoalan kebangsaan yang kompleks tak hanya menuntut kekuatan fisik, tapi juga kekuatan gagasan, serta visi yang jauh ke depan. “Saya menyakini, orang-orang muda seperti saya adalah jawaban terhadap keinginan untuk menyelesaikan persoalan kebangsaan,” katanya kepada Qusyaini Hasan, Tri Aji, dan Safitri Agustina dari Majalah Padi.


Ditemui di ruang kerjanya di Ruang 1320 Lt. 13 Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, ia menjawab berbagai pertanyaan dengan lincah dan lugas. Tutur katanya terstruktur dengan tata bahasa yang teratur. Maklum, selain dikenal sebagai anggota legislatif yang kritis, ia juga seorang akademisi. Berikut petikan lengkapnya:


Kemandirian atau kedaulatan bangsa menjadi isu strategis belakangan ini. Apa solusi yang Anda tawarkan?

Menyangkut kemandirian bangsa, kemandirian di sini dapat diartikan semaksimal mungkin kita tidak tergantung pada pihak lain. Walau kita menyadari dalam era globalisasi, dalam tata dunia di mana satu negara dengan negara lain ada hubungan yang saling membutuhkan, namun hubungan yang saling membutuhkan tersebut tidak menjadikan negara kita tergantung pada belas kasihan negara lain. Bahkan bangsa kita tidak tergantung kepada keinginan negara lain.


Artinya kebutuhan-kebutuhan minimal, kebutuhan standar dan kebutuhan primer yag menjadi hak-hak dasar kepentingan rakyat harus dipenuhi negara. Apabila negara sudah mampu memenuhi kebutuhan tersebut, satu tahapan yang paling mendasar untuk mewujudkan sikap bangsa yang mandiri sudah kita miliki. Dengan demikian kita akan memiliki jati diri. Sikap independen itu diperlukan agar kita bisa berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan negara lain.


Menurut Anda, bidang apa saja yang semestinya kita tidak lagi bergantung pada orang lain?

Dalam konsepsi kemandirian yang paling utama adalah kemandirian di bidang pangan, energi, serta politik dan pertahanan. Kalau kita sudah memiliki tiga pilar kemandirian ini, kita akan menjadi negara yang kuat dan diperhitungkan bangsa lain. Jadi kalau kita memilih kemandirian di bidang pangan, otomatis kita tidak perlu lagi impor beras, jagung, gandum, dan segala macam. Akan ada implikasi secara ekonomi yang juga akan memperkuat sistem ketahanan ekonomi nasional, memperkuat sistem ketahanan pangan, memberikan nilai tambah dan kesejahteraan pada mereka yang bekerja di sektor pertanian.


Sebagian pihak menjadikan ketahanan pangan sebuah harga mati. Menurut Anda?

Kebutuhan kita untuk mewujudkan kemandirian Indonesia dengan memiliki ketahanan pangan nasional harus menjadi rencana strategis dari negara untuk segera mewujudkannya. Dan itu, dapat dilakukan. Kenapa? Indonesa negara agraris dan maritim, sehingga tidak ada kendala untuk mengembangkan sektor agraris andalan dan mengembangkan sektor kelautan dan perikanan. Kita sudah diberikan modal yang sangat besar dan tinggal bagaimana kita mengelolanya.


Ini persoalannya di tahap pengelolaan. Kalau kita kelola dengan baik, kita tidak perlu lagi makan dari pasar orang lain. Semua sudah tersedia dan ada di Indonesia, tinggal mau enggak kita mengelolanya dengan baik. Sebut saja pertanian, dari Sabang sampai Merauke, dari ujung timur sampai ujung barat, dari utara sampai selatan, kita mau nanam apa aja pasti bisa. Bahkan daerah paling kering sekalipun, pasti ada tanaman yang bisa ditanam di sana. Tinggal bagaimana kontur tanah, teksturnya, tingkat kelembaban udara pasti ada tanaman yang memiliki nilai produktivitas secara ekonomis yang bisa dimakan dan dikembangkan menjadi industri.


Anda ingin mengatakan, tidak ada alasan untuk tidak mewujudkan ketahanan pangan?

Modal dasarnya kita sudah punya. Tinggal bagaimana negara bisa membuat regulasi-regulasi yang mampu mendorong sektor ini untuk tumbuh, lalu ada insentif bagi mereka yang berinisiatif menggerakkan sektor ini. Harus ada perlindungan negara terhadap seluruh lahan-lahan agraria, harus ada terobosan-terobosan sehingga tidak satu jengkal tanah pun yang tidak dimanfaatkan bagi upaya memperkuat ketahanan pangan nasional.


Menurut pengamatan Anda, apa yang keliru dengan kebijakan di bidang pertanian selama ini?

Pertama, kita terlalu mengekor pada negara barat, sehingga kita melupakan modal dasar yang kita miliki. Kedua, kita merasa tertinggal kalau kita berputar ke agraria, kemudian kita ikut-ikutan mengembangkan industri high technology, yang sebenarnya mengurangi konsentrasi kita terhadap modal ekonomi mendasar yaitu pertanian dan kelautan. Ketiga, minimnya fokus dari para perencana negara dan pengambil keputusan untuk mengembangkan sektor unggulan yang kita miliki. Semua mau diunggulkan, dan terkesan semua berkompetisi. Harusnya dan skala perioritas.


Lalu, bagaimana dengan paradigma pembangunan pertanian selama ini?

Yang paling berbahaya adalah menyangkut paradigma pembangunan seperti apa. Paradigma pembangunan pro barat kapatilistik, neoliberalis, pro pasar, pro globalisasi, ya akan semakin terpuruk rencana dalam mewujudkan ketahanan pangan. Paradigma kembali ke tengah dan kiri, kiri artinya pro rakyat. Oleh karenanya kita tidak anti pasar, anti globalisasi, tidak anti kerjasama dunia, melainkan pro kerakyatan.


Dengan demikian paradigma akan semakin penting. Kalau paradigma bergeser ke rakyat, maka kebijakan pembangunan nasional akan disesuaikan. Menurut pandangan saya, selama ini sulit terwujud karena kita masih mengambang dan menggunakan paradigma yang mana. Kita cenderung menggunakan paradigma liberalisme, ekonomi pasar. Tetapi apa itu menguntungkan masyarakat yang tertinggal.


Karena itukah Anda menawarkan konsep neososialisme sebagai solusi?

Neososialisme bisa menjadi jawaban permasalahan, di mana pemerintah bergerak dan mengambil keputusan berdasarkan keinginan rakyatnya. Dari sana rakyat akan menjadi subjek kedaulatan, pembangunan, dan pemerintahan Indonesia. Dalam hal pertanian, para petani dengan hasil-hasil pertaniannya akan lebih diutamakan dan diunggulkan, walaupun buah-buah asing masuk ke Indonesia. Selain mengangkat Indonesia karena produknya juga meningkatkan kesejahteraan petani lokal. Lewat neososialisme rakyat akan lebih merasakan keadilan.

Selain itu, lanjutnya, neososialisme harus dijalani oleh pemimpin yang berkualitas. Pemimpin harus fungsionaris dan mampu memposisikan dirinya dalam keadaan apapun. Harus memiliki wawasan jauh ke depan dan harus dapat melawan kemapanan yang ada sehingga dapat dekat dan merasakan keadaan rakyatnya. Tujuannya agar dapat menghapus kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, korupsi, dan meghilangkan ketergantungan kita dengan pihak asing.

***

Doktor di bidang ilmu politik ini tak tanggung-tanggung dengan pencalonannya sebagai Presiden. Selain menyiapkan calon pendampingnya di kursi pemerintahan, ia juga telah menyusun kabinet bayangan di bawah nama Kabinet Pembaharuan Indonesia, sebagai sebagai komitmen dan kesungguhan untuk maju menjadi calon presiden pada pemilihan umum 2009. ”Ini bentuk kesungguhan saya,” katanya sambil menambahkan, dengan bentukan ini diharapkan masyarakat memiliki gambaran pada program di masa depan.

Politisi yang mengundurkan diri dari bakal calon legislatif dari Partai Golkar ini nyaris tak mengakomodasikan tokoh lama dalam struktur pemerintahannya. Semuanya adalah tokoh muda yang berasal dari kalangan profesional, birokrasi, maupun aktivis. Tak mengherankan jika nada skeptis publik sempat muncul menanggapi susunan kabinetnya.

Namun, suami Velly Elfira ini tetap dengan pendiriannya. Ia mengatakan, struktur kepemimpinan yang diusungnya memiliki kompetensi dan telah memahami masalah bangsa. Dengan demikian, lanjutnya, tim ini memiliki energi lebih untuk mencari solusi yang tepat. ”Saya optimis bisa menyelesaikan masalah bangsa,” katanya dengan penuh keyakinan.


***

Selama berkunjung ke masyarakat, apa yang Anda tangkap dari aspirasi masyarakat?

Rakyat Indonesia sebagian besar rakyat yang religius, bisa menerima hidup apa adanya pada saat sistuasi tidak memungkinkan. Tapi saat mereka melihat ada situasi orang lain yang berlebihan, mereka pun bertanya tentang keadilan. Rakyat Indonesia mau prihatin bersama, ketika para pemimpin juga prihatian. Solidaritas sosial menjadi sangat penting, mereka mengharapkan pemimpin yang punya sensitivitas dan pemimpin yang bisa merasakan apa yang tengah mereka rasakan. Dan mereka memerlukan kehadiran pemipin yang bisa jadi panutan.


Kedua, pemenuhan kebutuhan pokok yang menjadi tiang kehidupan mereka sehari-hari khususnya makan. Mereka ingin mendapatkan minyak tanah dengan gampang. Kalau digantikan gas mereka berharap mendapatkan gas dengan mudah. Kalau negara saja tidak bisa memenuhi kebutuhan dan menyediakan kebutuhan pokok, bagamana rakyat untuk bisa bermimpi hidup makmur dan bergelimpahan. Paling sederhana saja urusan dapur saja negara tidak bisa menjamin posoakn gas dan minyak tanah. Mereka mengharapkan negara mampu kebutuhan dasar mereka yaitu pangan.


Begitu jugakah dengan kesehatan maupun pendidikan?

Aspirasi selanjutnya, mereka juga pengen hidup sehat. Artinya, Puskemas mesti ada minimal di beberapa desa atau dusun radius 5-10 km ada 1 Puskemas. Mereka ingin sehat, dengan sehat mereka bisa ke sawah, ke kebun, menarik becak atau ojek. Setelah sehat mereka ingin anak-anaknya bisa lebih baik dari orang tuanya. Mereka ingin bisa menyekolahkan anak-anaknya. Mereka ingin nasib anak-anaknya lebih baik dari orang tua mereka.


Jadi, sebetulnya tidak ada keinginan mereka untuk kaya, menjadi pejabat, atau sesuatu yang lebih. Tidak ada. Yang mereka inginkan adalah terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang mendasar saja. Sebetulnya ringan tugas negara. Ini masalah manajemen, pengelolaan, komitmen, keinginan, dan konsistensi upaya terus menerus untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat.


Khusus di kalangan petani, kebijakan apa yang Anda tawarkan bagi mereka?

74% rakyat Indonesia tinggal di pedesaan dan pesisir pantai. Sisanya 26% di perkotaan dan pinggiran daerah di luar perkotaan. Orang miskin terbesar tinggalnya di pedesaan dan pesisir pantai. Keluarga rumah tangga miskin juga di pedesaan dan pesisir pantai. Orang yang tidak punya pekerjaan juga tinggal di pedesaan dan pesisir pantai, dan juga sebagian kecil masyaraat perkotaan. Mereka yang pembangunan relatif tertinggal oleh faslilitas-fasilitas modernisasi itu juga daerah pedesaan dan pesisir pantai.


Jadi kalau mau menyejahterakan rakyat, ingin mengurangi kemiskinan dan pengangguran, mulainya dari desa dan pesisir pantai. Dari berbagai profesi yang ada, profesi yang paling tidak sejahtera dan miskin adalah mereka yang berprofesi sebagai petani dan nelayan. Petaninya petani gurem yang rata-rata mereka mengelola sawah cuma 0,3 hektar, dan belum tentu sawahnya punya mereka. Jadi orang miskin itu ada di desa. Oleh karena itu tawaran kebijakan pro kerakyatan adalah yang mampu menggerakkan ekonomi pedesaan.


Misalnya?

Menghidupkan kembali KUD (Koperasi Unit Desa, Red.) di dalamnya ada menyediakan benih, obat-obatan tanaman, pupuk, pesistida, alat pertanian juga harus ada, plus kredit simpan pinjam. Dengan adanya KUD, permodalan petani akan dimudahkan. Tidak harus hutang sana sini, tapi untuk memulai produksi pada masa tanam tiba, negara sudah menyiapkan.


Lalu, pada saat menanam, petani juga perlu makan, tapi harus menunggu 3-4 bulan sampai padinya menguning. Mereka tidak boleh berhenti, harus ada sektor produktif lainnya. Program yang harus diluncurkan ke desa bukan seperti program BLT, PNPM Mandiri yang sifatnya birokratis. Tapi luncurkan satu program yang bisa menggerakkan ekonomi desa dengan membentuk badan usaha milik desa.


Persoalannya, mungkinkah ini bisa diwujudkan?

Kita memiliki kurang lebih 72.250 desa se Indonesia. Kalau setiap desa diberi modal dasar untuk membentuk badan usaha miliki desa sebesar Rp500 juta saja, itu angka yang diperlukan negara tidak sampai Rp40 trilun. Angkanya jauh lebih kecil dibandingkan yang dikorupsi oleh BLBI, KLBI. Angkanya jauh lebih kecil daripada tingkat kebocoran APBN yang diperkiran 30% dari APBN.


Dengan adanya Rp500 juta sebagai modal dasar badan usaha milik desa, rakyat di desa yang jumlahnya 1 desa 3000-4000 orang yang sebagian besar 80% petani, mereka bisa mengelola ternak kambing, sapi, ternak telur, pembudidayaan tanaman, dan sebagainya. Hal ini bisa menghidupkan ekonomi desa. Yang menganggur bisa bekerja, yang miskin ada harapan dapat penghasilan. Efek ekonominya pun bisa berantai. Pasar tradisional pun harus dikembangkan, sehingga lebih layak dan tidak becek.


Bagaimana dengan hasil-hasil pertanian?

Pemerintah memiliki kewajiban untuk membeli hasil pertanian pada saat kondisi surplus produksi, sehingga petani memiliki standar daya beli tertentu. Jangan sampai pada saat hasil bumi turun, seperti beras, gabah kering dibeli Rp3.000. Ketika surplus di mana-mana jangan dibeli di bawah Rp3.000. Penghasilan petani bisa turun. Sementara dia harus bayar sewa lahan, bayar pupuk, beli pestisida, modalnya habis. Lama-lama dia berpikir untuk apa bekerja di sektor pertanian.


Kalau ingin penghasilan rata-rata sebulan Rp1 juta, mending jadi buruh pabrik. Lambat laun sektor pertanian akan ditinggalkan oleh generasi selanjutnya, apabila tidak ada proteksi dari negara. Dan inilah yang terjadi sekarang. Karena itu, negara memiliki kewajiban melindungi hasil pertanian supaya harganya tidak jatuh, dan tidak menurunkan kemampuan daya beli dan kesejahteraan petani.


Menurut Anda, kebijakan di sektor pangan tidak hanya soal produksi, tapi juga kreativitas. Bisa dijelaskan?

Tidak semua negara bisa memproduksi beras. Karena itu, kebijakan di sektor pangan mencakup kreativitas-kreativitas, tidak hanya meningkatkan produksi tetapi juga menjamin kesinambungan orang mau untuk bekerja di sektor ini. Posisi petani dalam jangka panjang jadi posisi yang terhormat, diperhitungkan, dan menjanjikan. Tapi, yang terjadi, sekarang jumlah petani semakin menurun. Generasi baru tidak mau di sektor pertanian. Yang masih mau ke sawah adalah orang tua di usia 50-60 tahun. Hal ini karena tidak ada proteksi dari pemerintah yang berkesinambungan di sektor ini.


Sebagai tokoh muda, apa yang akan Anda perbuat agar generasi muda mau kembali ke sawah?

Negara harus punya komitmen yang kuat untuk melindungi sektor pertnaian. Negara juga harus memberikan insentif untuk mereka yang mau bekerja dan mengembangkan sektor ini. Harus ada daya dorong, harus ada motivasi. Selain itu, negara harus menempatkan sektor pertanian sebagai sektor andalan dan sektor unggulan, di mana orang-orang yang memiliki kompetensi di sektor ini lebih dihargai.


Artinya, insiyur pertanian lebih dihargai lagi. Karena mereka tidak dihargai banyak dari mereka yang lari ke wartawan, perbankan, dan sebagainya. Negara kenapa disebut ibu pertiwi, karena dia melindungi. Saat anak-anaknya masih dipapah, dia memberi susu, mengajari, dan memandikan. Itulah tugas negara. Jadi, ketika komitmen negara diyakini memiliki kekuatan untuk melindungi sektor pertanian, semua orang akan memiliki sense of belonging, dan muncul keinginan yang besar untuk terlibat di sektor itu.


Lalu, bagaimana gambaran petani kita masa depan menurut Anda?

Saya memimpikan kelak, para petani menggunakan alat-alat modern dalam mengelola lahannya. Pada 5-10 tahun mendatang, petani kita adalah petani yang sejahtera. Masyarakat desa tidak lagi kekurangan makan, mereka bisa menyekolahkan anaknya, bisa menabung sehingga meningkatan taraf hidupnya. Saya memimpikan petani kita datang pada saat ada temu wicara semisal dengan bupati, gubenur, presiden, mereka datang dengan pakaian yang baik, baju batik yang bersih dan rapi. Mereka bangga, bahkan dengan bangganya mereka berlomba-lomba menjelaskan tentang keberhasilan produski mereka.


Itulah bayangan tentang kehidupan petani dan pedasaan yang ideal bagi saya. Lingkungan alam terpelihara dengan baik, sawah-sawah mereka subur, mereka memiliki peralatan pertanian yang modern, memiliki gudang pengeringan dan penggilingan padi sendiri. Mereka punya pabrik penyedia pupuk kompos organik dan tidak tergantung lagi dengan datangnya pupuk kimia. Di sana juga punya kehidupan peternakan dari ayam, itik, kambing, atau sapi. Mereka punya tingkat atau taraf kemakmuran bukan sekadar bisa menyekolahkan anak dan menjaga kesehatan, tapi bisa tampil menjadi orang yang terhormat. Dan ini bisa dilakukan oleh pemimpin negara yang memiliki komitmen yang pro rakyat.



Biodata:

Nama lengkap Yuddy Chrisnandi Tempat, tanggal lahir Bandung, 29 Mei 1968 Jabatan Anggota DPR RI (Komisi I) Riwayat Pendidikan SDN Panitran III Cirebon (1980), SMPN I Cirebon (1983), SMA Negeri 1 Cirebon (1986), S1 FE Univ. Padjajaran (1991), S2 Ilmu Ekonomi Univ. Indonesia (1997), S3 Ilmu Politik Univ. Indonesia (2001) Riwayat Pekerjaan Bank Bukopin (1991-1992), Bank Bumidaya (1992-1994), Pengusaha-Dirut PT. KVA, PT. CPN (1997-2004), BPPN (1998-2000), Staf Ahli Kapolri (1998-2001), Anggota MPR RI (1998-1999), Staf Khusus Wapres (2001-2003), Dosen Fakultas Ekonomi Univ. Nasional, Dosen Program Pasca Sarjana Ilmu Politik Univ.Indonesia Pengalaman Organisasi DPP Golkar Departemen Hukum dan HAM, DPP Golkar Departemen Pemuda, Dewan Pakar KAHMI, Ketua Bidang Litbang Lemkari.

Etalase



Total Rice-Processing Machine
Mesin bertipe SSRPC-500 besutan pabrik asal Korea Selatan, Sung San Industry Co., Ltd. ini memiliki sistem kerja terintegrasi yang efektif dan efisien. Mesin ini mampu memproses beras dari gabah hingga beras siap dikemas dengan kapasitas produksi 1 ton per jam. Gabah yang sudah diproses menjadi beras akan langsung ditimbang dengan timbangan digital yang mampu mengukur dengan akurat dari 500 gram hingga 120 kg dan dapat langsung dikemas menggunakan alat pengemas menggunakan Shilling System. Dengan lebar dan tinggi masing-masing 250 X 400 X 310 cm, kekuatan yang digunakan untuk menggerakkan keselurahan alatnya adalah sebesar 20 HP. Karena instalasi yang terintegrasi satu sama lain menjadikan penampilan alat ini terlihat rapi dan tidak berantakan.

Digitized Photoelectric Color Sorter YTA-120
Alat penyortir beras ini menggunakan prinsip kerja Photoelectricity yang memiliki keunggulan untuk membedakan beras bagus dan beras jelek berdasarkan warna dan kilaunya. Beras-beras dengan warna yang tak diinginkan bisa disingkirkan menggunakan udara yang disemprotkan ke dalam. Alat ini mampu bekerja dengan empat mode fungsi yang berbeda pada berbagai jenis bahan baku, yaitu mampu memisahkan beras berwarna, memisahkan beras transparan, memisahkan beras berwarna susu, dan memisahkan beras berwarna dan berwarna susu dengan kemampuan bekerja 3,5 – 8 ton per jam untuk beras panjang, dan 4 – 8 ton per jam untuk beras pendek.

Yanmar Combine AW Series 695 K
Inilah alat panen impian para petani. Jika Anda mengendarai mesin buatan Yanmar ini, Anda terasa tidak berada di dalam mesin pemanen yang biasanya terkesan sangat tidak nyaman digunakan. Kenyamanan pengoperasian akan mulai terasa ketika Anda berada di balik kemudi AW Series yang mengadopsi tipe stir kemudi layaknya mobil. Sementara, untuk performa mesin AW Series dibekali dengan mesin Diesel Yanmar TNV yang memadukan kekuatan maksimal dan efisiensi bahan bakar dari Direct Fuel Injection yang diusungnya. Alat ini mampu menampung 1950 liter gabah sebelum akhirnya dikeluarkan untuk ditampung ke bak terpisah.

Thickness Grader RSC 500A
RSC 500A mampu memisahkan benda-benda kecil yang tak diinginkan seperti pasir, biji-bijian kecil, dan lain sebagainya. Dilengkapi dengan lima Octagonal Shape Cylinder yang mampu menyortir beras dengan kapasitas hingga 5 ton per jam dengan putaran Cylinder 80 rpm. Untuk memudahkan perawatan Cylinder dapat diganti dalam tempo cepat jika dibutuhkan. Secara keseluruhan alat ini berdimensi panjang, lebar dan tinggi masing-masing 2004 mm, 842 mm dan 2845 mm. Sementara, untuk penyesuaian berbagai kebutuhan pengguna alat ini, ukuran lebar slot tersedia dalam berbagai ukuran sesuai keinginan.

Satake Milltop
Tipe alat seperti ini dikenal di kalangan pengusaha penggilingan padi karena alat bertipe one pass semacam ini banyak digunakan penggilingan padi di Indonesia. Satake memperkenalkan mesin tipe one pass andalannya yaitu Satake Milltop yang dihadirkan dalam desain konstruksi yang simpel guna efisiensi biaya operasional serta memudahkan dalam pengoperasiannya. Alat ini mampu berproduksi 300 – 750 kg per jam bergantung pada varietas padi dan ukuran motor penggerak yang digunakan. Kesan yang tercermin dari alat ini adalah simpel namun bisa diandalkan.

Fluktuasi


Fluktuasi di Bulan yang Labil


Perkembangan Harga Beras di PIBC Nopember– Desember 2008

Perkembangan harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) pada Nopember hingga Desember 2008 lalu cukup variatif. Sepanjang Nopember sebagian besar beras mengalami penurunan. Namun, sebaliknya pada Desember sebagian besar beras justru mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena bulan itu sudah memasuki masa paceklik sampai dengan musim panen berikutnya.

Cianjur

Pergerakan harga Beras Cianjur pada Nopember tercatat cukup stabil. Bahkan untuk jenis Cianjur Slyp sempat turun Rp100 per kg pada akhir minggu pertama. Sebaliknya pada Desember Beras Cianjur baik jenis Kepala maupun Slyp serempak mengalami kenaikan Rp100 dari harga sebelumnya pada minggu kedua.

Setra

Seperti halnya beras Cianjur, selama Nopember beras Setra mengalami penurunan harga Rp100 menjadi Rp6.800 per kg pada akhir minggu pertama. Sementara, pada Desember beras Setra mengalami kenaikan Rp100 per kg pada akhir minggu kedua atau kembali ke harga bulan sebelumnya yaitu Rp6.900 per kg.

Saigon

Beras Saigon pun tak luput dari penurunan harga sebesar Rp100 per kg pada Nopember lalu. Hanya saja, untuk Beras Saigon baru terjadi pada minggu kedua. Sementara pada bulan berikutnya Beras Saigon kembali naik Rp100 per kg atau kembali pada harga semula sebelum turun yaitu Rp6.100 per kg.

Muncul

Selama Nopember Beras Muncul tercatat sangat stabil, dari minggu ke minggu beras muncul sama sekali tidak mengalami pergerakan. Lain halnya ketika menginjak Desember. Pada minggu kedua bulan ini Beras Muncul untuk semua kualitas serempak mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp200 per kg pada kualitas I dan II dan Rp100 per kg kualitas III. Bahkan, untuk kualitas I dan II kembali mengalami kenaikan Rp100 per kg pada awal minggu ketiga.

IR 64

Selama Nopember beras IR 64 tidak banyak mengalami pergerakan harga. Tercatat selama bulan ini hanya kualitas III yang sempat mengalami penurunan harga sebesar Rp50 per kg pada minggu kedua. Sementara pada bulan berikutnya, beras IR 64 untuk semua kualitas serempak mengalami kenaikan yang terjadi pada minggu kedua sebesar masing-masing Rp100 per kg. Untuk kedua kalinya di Desember, beras IR 64 kembali mengalami kenaikan serempak untuk semua kualitas pada minggu ketiga sebesar Rp100 per kg untuk kualitas I dan Rp50 per kg untuk kualitas II dan III.

IR 42

Beras IR 42 selama Nopember tercatat hanya sekali mengalami pergerakan yaitu naik Rp100 per kg dari harga sebelumnya menjadi Rp5.950 per kg yang terjadi pada akhir minggu pertama. Dibandingkan beras lain, kenaikan yang terjadi pada IR 42 menjadi satu-satunya kenaikan beras yang terjadi selama Nopember. Sedangkan untuk bulan berikutnya, IR 42 juga kembali mengalami kenaikan pada awal minggu kedua sebesar Rp50 per kg dari harga sebelumnya.

Ketan Putih

Penurunan cukup signifikan terjadi pada Ketan Putih pada Nopember. Tercatat pada minggu pertama Ketan Putih mengalami penurunan Rp200 per kg untuk Ketan Putih Biasa dan Ketan Putih Paris. Namun, gejolak baru terjadi pada bulan berikutnya. Pada bulan ini Ketan Putih Paris saja tercatat mengalami kenaikan sangat signifikan sebesar Rp200 pada minggu kedua dan ketiga sebelum akhirnya naik lagi untuk ketiga kalinya pada angka Rp300 per kg pada minggu terakhir. Ini sekaligus tercatat menjadi kenaikan tertinggi yang terjadi selama Nopember dan Desember dibandingkan beras lain. Sementara, untuk Ketan Putih Biasa juga tak luput dari kenaikan. Ketan Putih Biasa tercatat mengalami kenaikan Rp200 per kg pada minggu kedua dan ketiga Desember.

Ketan Hitam

Pada Nopember Ketan Hitam mengalami penurunan paling signifikan dibanding beras lain yaitu sebesar Rp500 per kg pada akhir minggu pertama sebelum akhirnya turun lagi Rp200 per kg pada minggu berikutnya. Sementara pada bulan berikutnya, di tengah-tengah beras lain yang mengalami kenaikan Ketan Hitam justru sebaliknya malah mengalami penurunan sebera Rp250 per kg sebelum akhirnya naik kembali Rp200 per kg pada minggu terakhir.

BOX Prediksi

Wawan Setiawan

Subang, Jawa Barat

Menurutnya, pada bulan Januari–Februari 2009 harga beras akan cenderung masih mengalami sedikit kenaikan. Pasalnya, di daerah Subang sendiri pada bulan tersebut panen masih berlangsung sedikit. Pada bulan berikutnya atau bulan Maret baru panen akan lebih banyak karena sudah serempak untuk semua wilayah di Subang.

Drs. H. Suyamto

Sragen, Jawa Tengah

Senada dengan Wawan, menurutnya, harga beras pada bulan Januari – Februari akan cenderung naik. Alasannya, selain di daerahnya masih belum ada panen juga terkait dengan kenaikan HPP yang telah ditetapkan pemerintah yang mulai berlaku per Januari 2009. ”Kenaikan berkisar lima persen dari harga sebelumnya,” terangnya kepada PADI.

Hamdani

Kebumen, Jawa Tengah

Tak terkecuali Hamdani, menurutnya pada bulan Januari – Februari harga beras akan cenderung mengalami kenaikan. “Harga beras akan mengalami kenaikan berkisar Rp. 200,- dari harga HPP yang sudah ditetapkan pemerintah,” begitu katanya.

Agrowisata


Puncak yang Penuh Misteri

Ketep Pass

Menikmati pesona Gunung Merapi atau biasa dijuluki ‘Si Putri Malu’ secara utuh dari puncak, pastinya amat menyenangkan. Gumpalan awan putih dan dinginnya udara menjadi cerita tersendiri bagi penikmatnya. Apalagi, jika gumpalan kabut dan awan putih tersebut mulai bergerak menjauh, perlahan terkuaklah keindahan sesungguhnya puncak Ketep Pass.


Ya, objek wisata yang berlokasi di Jalan Magelang, Jawa Tengah, ini memang mempunyai cerita yang unik. Selain menyuguhkan panorama landscape yang menawan, Anda juga bakal berkesempatan untuk belajar dunia kegunungapian. Masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya lebih mengenal Ketep Pass, sebagai kawasan wisata alam yang menakjubkan. Hal ini dapat dimaklumi, sebab Keteb Pass banyak dipopulerkan dari kedua sisi tersebut.

Pemandangan alam yang indah, ditambah dengan fasilitas gardu panjang, Ketep Vulcano Theatre, Ketep Vulcano Center, Pelataran Panca Arga, serta restoran hingga areal parkir yang luas, membuatnya begitu sempurna untuk memanjakan diri berdekatan dengan alam. Tak jarang turis lokal maupun mancanegara pun terlihat akrab menikmati objek wisata ini.

Objek wisata yang diresmikan pada tahun 2002 ini berada di daerah dengan ketinggian 1.300 meter dpl, diapit dua gunung legendaris yaitu Merapi dan Merbabu. Nama Ketep diambil dari nama sebuah desa wilayah Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Desa Ketep terletak pada pertemuan jalur Boyolali-Blabak (jalur kawasan wisata Selo-Solo-Borobudur) dan jalur Kopeng-Blabak.

Meski bukan murni agrowisata, karena terpadu pula dengan alam vulkanologi, Ketep pun dikemas apik agar menjadi satu objek agrowisata andalan. Pasalnya, banyak kekayaan flora dan fauna yang menempati habitat aslinya di daerah ini. Di tempat ini pula pengunjung bisa menyaksikan secara langsung aktivitas petani. Bahkan, di lain kesempatan Anda juga bisa membeli atau memetik hasil panen langsung dengan petani setempat.

Selama menempuh perjalanan menuju Ketep Pass, Anda akan disuguhkan keindahan dari kawasan Ketep. Kecantikan dan kemolekan panorama Jalan Magelang, membuat diri Anda seakan-akan menyatu dengan alam. Ruas jalan menuju Ketep yang bakal Anda lalui merupakan jalur wisata Borobudur, Ketep, Selo, Boyolali, Solo sepanjang 60 km. Ketep Pass dan Agrowisata Banyu Roto bisa ditempuh melalui berbagi lokasi. Dari Blabak, Magelang, ke arah timur hanya berjarak 17 km, dari kota Magelang hanya 30 km. Jika dari arah Salatiga, Anda bisa melawati jalur kopeng, atau bisa juga melewati jalur Candi Borobudur yang ditempuh sekitar 30 km.

Jalur khas pegunungan yang berkelok-kelok, dengan pemandangan alam pegunungan di kanan kiri jalan makin membuat perjalanan terasa amat menyenangkan. Tapi, Anda mesti hati-hati dan waspada karena sebagian ruas jalan sering kali tertutup kabut tebal pada musim penghujan. Bagi Anda yang suka berpetualang berkendara di jalan pegunungan, disarankan untuk menempuh jalur Borobudur, Keteb, Selo, dan Boyolali.

Hawa dinginnya yang begitu menusuk kulit, membuat tubuh terasa kaku dan gemetar. Tapi, jangan takut, di sepanjang jalan Anda akan mendapati pondok-pondok makanan, penjaja jagung bakar, dan minuman hangat yang siap saji. Perjalanan yang cukup menguras tenaga akan terbayar dengan keindahan puncak Ketep Pass yang elok. Hamparan hutan di kejauhan dan sebuah gunung tinggi yang menjulang dengan kepulan asap di atas kawahnya makin membuat anda takjub akan kekuasaan-Nya.

MUSEUM VULKANOLOGI: Kawasan wisata ini memiliki banyak fasilitas. Ada dua buah gazebo untuk menikmati indahnya Gunung Merapi dan Merbabu. Bagi yang tidak bisa menyaksikan aktivitas Gunung Merapi pun tak perlu kecewa, karena di Ketep Pass juga terdapat teater yang menyajikan film tentang aktivitas Gunung Merapi dengan tarif Rp 5.000. Untuk masuk lokasi ini pengunjung dikenakan biaya Rp3.200 per orang plus Rp200 untuk asuransi.

Sedangkan untuk masuk ke museum tiketnya seharga Rp3.000 per orang. Nah, bagi Anda yang ingin mengabadikan diri di puncak Gunung Merapi tapi enggan naik puncaknya, Anda bisa berfoto berlatar belakang puncak Gunung Merapi di dalam museum.

Tidak hanya itu, jika Anda ingin mengunakan teropong yang disediakan pengelola, anda mesti merogoh kocek Rp3.000. Teropong ini cukup tajam, sehingga Anda bisa melihat Gunung Merapi dari dekat tanpa harus bersusah payah mendakinya. Selain itu, dengan teropong ini pula pengunjung bisa menyaksikan lebih dekat sejumlah gunung di Jawa Tengah dari satu titik saja, misalnya Gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, dan Slamet. Bahkan, terlihat pula gunung-gunung kecil di sekitarnya, seperti Gunung Tidar, Andong, Pring, Bukit Manoreh, dan Telomoyo.

Selain keindahan alam yang dapat dinikmati di gardu pandang, kita juga dapat menikmati pemutaran film tentang aktivitas Gunung Merapi mulai dari letusan hingga evakuasi penduduk di sekitarnya. Tayangan berdurasi kurang lebih 20 menit ini mampu menyedot perhatian dan emosi pemirsanya. Bayangkan, semburan awan panas dari kubah Merabu yang populer dengan istilah wedhus gembel yang ditayangkan di layar lebar tersebut, seolah nyata di depan mata.

Fasilitas yang tak kalah menarik dapat pula dinikmati di Vulcano Venter. Di sini pengunjung disuguhkan berbagai foto maupun peta dalam format besar. Di sini kita diajak secara langsung mengoperasikan peralatan pemantauan dan pendeteksi gejala, serta kegiatan vulkanik. Ketep Pass tak hanya menjafi objek wisata alam yang menarik, namun juga difungsikan sebagai media belajar tentang kegunungapian termasuk bagaimana mengendalikan diri di saat ‘Si Putri Malu’ mulai menggeliat dan memuntahkan laharnya.

WISATA BELANJA: Puas berjalan-jalan tentunya haus dan lapar bakal menyerang perut Anda. Berkunjung ke Ketep Pass tidak lengkap rasanya jika tidak menikmati sajian khas berupa jagung bakar di pingir kawasan, sambil bercengkarama dengan teman dekat, keluarga, dan kerabat.

Bukan rahasia umum lagi kalau kawasan ini kaya akan potensi alam, terutama sayur mayur, dan buah. Lokasi ini menyajikan wisata belanja tanaman sayuran segar. Anda bisa memanjakan diri untuk berbelaja sayuran segar yang baru saja dipetik dari ladang petani setempat. Jenisnya pun beragam, di antaranya kol, kembang kol, sawi, selada, tomat, cabe, kacang panjang, dan daun adas. Jika Anda termasuk pencinta tanaman, di kawasan ini juga menyediakan benih sayuran lokal maupun organik untuk buah tangan.

Soal harga, Anda tidak perlu risau. Sebab, harga yang ditawarkan di sini cukup terjangkau bagi kantong Anda. Selain sayuran, kawasan ini juga menawarkan petik stroberi bagi pengunjungnya. Sekilas tidak jauh beda dengan agrowisata di daerah Puncak, Jawa Barat. Bagi yang ingin panen sendiri buah stroberi Anda bisa membayar Rp40.000 per kilo. Selain itu, ada pula beberapa produk olahan stroberi seperti sirup, jus, dodol, dan keripik daun stroberi. Untuk keripik daun stroberi di banderol harga Rp7.000 per 250 gram, sedangkan bibit stroberi dijual seharga Rp7.500 per potnya.

Agrowisata Banyu Roto, yang satu kawasan dengan Ketep Pass juga menawarkan panorama yang begitu indah dan sejuk dipandang mata, udara dingin, dan segar pun tidak pelak menyambut kehadiran anda ketika memasuki areal ini. Kehangatan dan senyum ramah masyarakat setempat menambah daya tarik kawasan ini. Tidak heran, kalau kawasan ini bak magnet yang membuat kita seakan-akan betah untuk berlama-lama dan enggan untuk segera meranjak. Bila Anda ingin menikmati keasrian kawasan ini dan melihat kegiatan para petani lebih dekat, Anda bisa datang lebih pagi.

Kendati telah lama menikmati keindahan landcsape ini, kawasan wisata ini tetap penuh dengan sejuta misteri yang mengajak kita untuk terus menyelaminya. Sayangnya, cuaca yang kurang bersahabat dan mendung yang terus memayungi sering kali menjadi penghambat. Namun demikian, berbagai misteri ini senantiasa akan menggugah rasa penasaran sekaligus mengantarkan kita pada kunjungan-kunjungan berikutnya. Percayalah! PIT

Berasa


Rasanya Mak Nyuss Banget!


Nasi Liwet


Menyantap nasi liwet panas dengan asap menggepul pastinya amat menggoda selera. Ya, penganan satu ini memang punya cita rasa tersendiri bagi peminatnya. Rasanya yang gurih dan nikmat, sudah tentu menjadi khasanah kekayaan kuliner nusantara.

Sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Aneka nasi bercita rasa gurih juga menjadi khazanah kekayaan kuliner nusantara, di antaranya nasi uduk dari Betawi, nasi ulam, dan nasi liwet.

Nasi liwet merupakan salah satu hidangan andalan yang menjadi ikon Kota Solo, Jawa Tengah. Tetapi, dalam prakteknya nasi liwet tak hanya dikenal di Solo, tapi orang-orang Sunda dulu juga mengklaim nasi liwet sebagai andalan makanannya sejak turun menurun.

Nasi liwet memiliki rasa yang gurih karena dimasak dengan kelapa. Mirip nasi uduk yang disajikan dengan sayur labu siam, potongan daging ayam, dan areh (semacam bubur gurih dari kelapa). Biasanya nasi liwet disajikan hangat beserta kreasi lauk pauk lengkap. Dan nasi liwet biasa dijajakan keliling dengan bakul bambu oleh ibu-ibu yang mengggendongnya tiap pagi atau dijual di warung lesehan.

Konon dahulu nasi liwet dikhususkan hanya untuk sarapan pagi saja. Namun, sekarang Anda dapat menikmati nasi liwet tersebut sesuai dengan panggilan perut kosong yang tak sabar untuk segera menampungnya.

Dengan aroma khas yang harum, nasi liwet begitu menggoda selera, apalagi dengan campuran menu yang beragam seperti sayur labu, ditambah cabe rawit, krecek, opor ayam, opor tahu, atau ikan asin.

Sejatinya, cara memasak nasi merupakan trik tersendiri bagi sebagian orang. Membuatnya pun tidaklah sulit. Ya, cukup mudah dan praktis untuk disajikan. Terlebih buat Anda yang sedang sibuk atau malas memasak. Nasi liwet memang paling asyik disajikan hangat. Caranya hampir sama dengan menanak nasi biasanya, bedanya nasi liwet dikukus beserta bumbu seperti daun salam, santan, juga serai yang direbus secara bersamaan. Aroma sebatang sereh makin menguatkan cita rasa khas nasi liwet. Tidak heran jika nasi liwet punya aroma gurih yang khas ketika disantap.

Agar nasi tidak lekas gosong, gunakan api kecil sambil diaduk perlahan. Banyak versi dalam membuat nasi liwet, ada yang senang menggunakan campuran santan, bahkan ada pula yang tidak sama sekali, pastinya tergantung selera Anda. Bila Anda ingin nasi liwet gurih, tambahkan air kaldu untuk memasaknya.

Tidak lengkap rasanya menghidangkan nasi liwet tanpa hidangan pelengkap seperti opor ayam atau sambal goreng labu siam. Untuk pelengkap nasi liwet, bumbu yang digunakan pun terbilang cukup sederhana yaitu bawang merah dan sedikit minyak untuk menumis. Menyantap nasi liwet gurih dengan kepulan asap plus hidangan pelengkap rasanya benar-benar karasa di hati dan lidah. Ingin mencoba? PIT


Box

Resep nasi liwet Ala Solo

Bahan:

  • Beras, cuci bersih dan rendam selama lebih 2 jam, tiriskan
  • 3 lembar daun salam
  • 200 ml santan kara cair
  • Garam secukupya

Cara membuat:

  • kukus beras hingga setengah matang selama kurang lebih 30 menit, sisihkan
  • Sementara itu didihkan santan di atas api kecil sedang, kemudian masukkan daun salam dan garam sambil diaduk perlahan.
  • Masukkan beras kukus, masak sambil diaduk perlahan hingga santan terserap habis.
  • Matikan apinya
  • Kukus kembali beras hingga matang selama kurang lebih 45 menit
  • Angkat dan siap dihidangkan bersama dengan campuran lainnya dan lalapan.

Kreasi Nasi Liwet Ikan Asin ala Sunda

Bahan:

  • 300 grm beras, cuci bersih dan tiriskan
  • 3 butir bawang merah, iris tipis
  • 1 batang serai, memarkan
  • 1 lembar daun salam
  • 2 sdm minyak untuk menumis
  • Air secukupnya
  • Garam secukupnya
  • 1 lembar daun pisang untuk alas

Cara membuat:

  • Tumis bawang merah dalam panci yang akan digunakan untuk meliwet nasi sampai layu dan harum
  • Masukkan beras, garam dan serai, aduk sebentar
  • Tuang air dan masak sampai mendidih sambil diaduk supaya tidak gosong
  • Setelah air agak menyusut, kecilkan api dan tutup pancinya
  • Menjelang matang, masukkan tumis ikan asin di atas nasi yang telah di alasi dengan daun pisang masak sampai nasi matang.

Tumis Ikan Asin

Bahan:

  • 200 gr ikan sin, potong-potong ( ikan teri) goreng garing
  • 3 butir bawang merah’
  • 3 buah cabe merah
  • 1 buah cabe hijau
  • 5 buah cabe rawit
  • 2 sdm minyak untuk menumis

Cara membuat:

  • Tumis bawang merah dan cabe sampai harum
  • Masukkan ikan asin (teri) dan aduk sebentar sampai bumbu tercampur dengan ikan asin.

Dokumentasi

RAKERNAS PERPADI 2008

Dalam rangka meningkatkan dan menjamin keberhasilan program revitalisasi penggilingan padi di Indonesia, diperlukan peran serta masyarakat khususnya asosiasi profesi yang bergerak di bidang penggilingan padi dan perberasan sebagai mitra strategis pemerintah. Guna tercapainya tujuan tersebut DPP PERPADI bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pengelola dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian, menggelar Rapat Kerja Nasional PERPADI pada 31 November-2 Desember 2008 di Hostel Pradana SMK 57, Ragunan, Jakarta Selatan.

Acara Rakernas yang dibuka resmi oleh Direktur Penanganan Pasca Panen, Departemen Pertanian RI, Ir. Agustin Zein Karnaen, MSc ini mengambil tema “Pengawasan dan Bimbingan Teknis Penanganan Pasca Panen Padi Dalam Rangka Meningkatan Peran Penggilingan Padi”. Acara dihadiri anggota PERPADI dari beberapa wilayah di Indonesia seperti Bali, Subang, Bandung, Surabaya, Aceh, Kebumen, Sragen, Semarang dan Berauw, Kalimantan Timur, ini sangat interaktif. Apalagi didukung oleh pembicara-pembicara yang berkompeten, di antaranya Direktur Pelayanan Publik, Bulog, Ir. Abdul Waries Patiwiri, Kepala Balai Pengelola Ahli Teknologi Pertanian, Departemen Pertanian, Rudi Tjahjohutomo, Sofyan Tjandra, serta Direktur Penanganan Pasca Panen, Deptan, Ir. Agustin Zein Karnaen.

Selain diskusi, Rakernas juga menggelar acara kunjungan ke Pasar Beras Tangerang, Banten. Agenda tersebut dimaksudkan untuk memperkenalkan pasar beras Tangerang kepada anggota PERPADI yang notabene pengusaha penggilingan padi dan perberasan Indonesia. PIT

Editorial


PUPUK LANGKA, ULAH SIAPA?


Peristiwa ini memang lagu lama yang terus berputar ulang. Setiap tahun, menjelang musim tanam tiba pupuk dipastikan langka di pasaran. Untuk kesekian kali, penderitaan petani pun terus bertambah. Sudah terdesak akibat kenaikan harga-harga kebutuhan pokok, mereka pun di gagal gagal panen, bahkan susah bercocok tanam. Ironis memang.


Kelangkaan pupuk ini terjadi di berbagai tempat. Bahkan di lumbung padi sekalipun, seperti Karawang, Indramayu, Subang, keluhan petani tak jauh-jauh dari urusan pupuk. Persediaan pupuk di kios-kios, terutama di wilayah perdesaan yang jauh dari distributor, tak dijumpai sama sekali. Kalaupun ada, jumlahnya sangat terbatas dan para petani harus rela membelinya dengan harga yang jauh tinggi dari harga eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah.


kami berpendapat, kejadian ini pasti ada yang memulai. Kelangkaan pupuk tahun lalu ternyata akibat ulah distributor nakal yang menjual pupuk buat kepentingan di luar pertanian. Dugaan adanya permainan dari pihak distributor yang melarikan pupuk ke tempat-tempat tertentu untuk kepentingan mencari keuntungan yang lebih banyak juga berseliweran di mana-mana.


Walhasil, nasib petani bak berada di tengah turbulensi. Di satu sisi, keberadaannya begitu dibutuhkan dan diharapkan sebagai salah satu penopang stabilitas perekonomian nasional. Namun, di sisi lain, nyaris tak ada pembelaan sekaligus perlindungan berarti yang diberikan para pengelola negara ini bagi kelangsungan hidup dan usaha mereka.


Selanjunya, persoalan yang dihadapi petani pun makin beragam. Mulai dari pupuk langka dan mahal, harga dasar gabah yang terus menurun, serta melonjaknya harga-harga kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara, penanggulangan kelangkaan pupuk terkesan sangat lamban, mungkin karena menganggap bahwa hal ini bukan kondisi yang terpenting sehingga tidak ada perhatian secara fokus.


Jika kita cermati bersama siapa yang paling bertanggung jawab atas kelangkaan pupuk ini? Jawabannya tentu saja pemerintah. Pemerintah yang punya kewenangan penuh menentukan besarnya kebutuhan pupuk. Seharusnya, sebagai regulator sekaligus eksekutor, pemerintah menyadari bahwa kelangkaan pupuk yang terjadi saat ini merupakan peristiwa rutin setiap tahunnya. Adanya monopoli dan permainan kotor dalam sistem distribusi adalah praktik yang selalu kita temui sepanjang waktu.


Melalui perpanjangan tangannya yaitu Departemen Pertanian (Deptan) yang membuat peraturan soal pengadaan pupuk. Sebagai instansi yang paling mengetahui setiap luas tanah petani, Deptan mestinya menghitung persediaan pupuk yang dibutuhkan para petani secara cermat. Sayangnya, pemerintah kurang tegas dalam menata distribusi pupuk.


Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kendala kelangkaan pupuk ini. Misalnya, dengan memperketat distribusi menyusul maraknya penyalahgunaan pupuk bersubsidi. Para pejabat harus melihat langsung ke lapangan untuk mengetahui apa penyebab kelangkaan itu.


Solusi lain yang kami tawarkan adalah menciptakan pola distribusi yang baru yaitu yang lebih bersifat otonom. Distribusi dapat dilakukan melalui Penggilingan Padi untuk petani di sekitarnya, karena Penggilingan Padi berada di sekitar petani. Pola distribusi ini tentu akan ditandai dengan adanya mekanisme distribusi yang lebih profesional, adanya transparansi dan akuntabilitas dalam tata niaga pupuk. Di samping itu, para petani juga perlu menerapkan politik pertanian, guna menambah posisi tawar para petani terhadap pihak lain.


Lebih dari itu, pemerintah dituntut lebih tegas dalam mengawasi distribusi pupuk dari pabrik hingga konsumen, agar penyaluran subsidi pupuk untuk tahun 2009 yang senilai Rp20 triliun dapat tepat sasaran. Jangan biarkan ada pihak yang mengambil untuk besar dari kesengsaraan petani.


Saatnya pula menyosialisasikan kepada petani soal penggunaan pupuk organik organik berupa pupuk kandang, jerami, sampah, serta pupuk hijau dengan menggunakan teknologi cepat dan tepat. Pupuk organik diyakini dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah sawah yang semakin rusak akibat pupuk kimia.


Memberikan penyuluhan kepada para petani agar dalam penggunaan pupuk tidak berlebihan tetapi sesuai dosis yang ditentukan juga mutlak dilakukan. Ini secara langsung membuat pemerintah lebih menghemat dalam alokasi dana untuk pemberian pupuk bersubsidi.


Bagaimanapun, ini harus dimulai dari sekarang. Sebab kelangkaan pupuk terutama pupuk bersubsidi terjadi setiap waktu di saat petani membutuhkan. Pemerintah juga dituntut lebih siaga menghadapi mafia pupuk dengan sanksi tegas dan keras sehingga tak seorang pun berani bermain-main dengan hajat hidup petani.


Dan, akhirnya kita semua mengharapkan agar masa-masa keberpihakan pemerintah kepada petani dan pertanian benar-benar terealisasikan, tidak hanya berhenti pada pewacanaan. Ini penting karena menyangkut eksistensi kita sebagai negara dengan mayoritas penduduknya adalah petani. Masihkah kita pantas dibilang negara agraris, sementara mengurus hal-hal standar dan mendasar saja tidak becus?

Empat Mata

Mediator Peneliti, Industri, dan Petani

Rudy Tjahjohutomo

Teknologi pertanian unggulan hasil penelitian yang dihasilkan oleh peneliti di Indonesia saat ini jumlahnya sudah cukup banyak. Seiring dengan hal itu, perlu adanya lembaga yang bisa mengelola perlindungan Hak kekayaan Intelektual (HKI) dari penelitian yang sudah ada sehingga bisa dikembangkan secara komersil. Inilah tugas utama lembaga yang dipimpinnya.


Pengelolaan atas perlindungan Hak kekayaan Intelektual (HKI) dari penelitian yang sudah ada sehingga bisa dikembangkan secara komersil mutlak diperlukan. Untuk menjawab tantangan itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian RI (Balitbang Deptan) mendirikan Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP) yang saat dipimpin oleh Rudy Tjahjohutomo.

Undang-undang nomor 18 tahun 2002 tentang sistem nasional penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peraturan pemerintah nomor 20 tahun 2005 tentang alih teknologi kekayaan intelektual serta hasil penelitian dan pengembangan oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian dan pengembangan menjadi acuan mendasar didirikannya BPATP. Dalam implementasi perundangan tersebut, Deptan melalui peraturan Menteri Pertanian nomor 49 tahun 2007 tanggal 8 Juni 2007 membentuk unit kerja pengelola alih teknologi di dalam struktur badan penelitian dan pengembangan pertanian dengan nama PATP.

BPATP merupakan lembaga yang masih terbilang muda karena baru didirikan pada 10 Agustus 2007 lalu. Ketika pertama kali berdiri, BPATP langsung dipimpin oleh Rudy Tjahjohutomo, yang sebelumnya menjabat Wakil Ketua Tim Penilai Instansi Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BP Mektan).

Menurut Rudy, Badan Litbang Deptan sebenarnya sudah mempunyai lembaga seperti BPATP yang didirikan pada tahun 1996 yang diberi nama Kantor Pengelola Kekayaan Intelektual dan Alih Teknologi (KPKIAT). “Jadi sebelum ada undang-undang ini litbang sudah mengarah ke situ, artinya mengarah kepada kekayaan intelektual,” tambahnya.

Namun, jelas Rudy, waktu itu KPKIAT hanya diperkuat oleh akte notaris yang akhirnya berimbas pada tidak adanya akses ke anggaran. Hal ini tentu saja memperlambat gerak dan langkah KPKIAT yang seharusnya sebaliknya bisa bergerak cepat. Pada akhirnya, karena lembaga ini tidak terkoordinasi dengan baik banyak invensi yang didaftarkan perlindungan HKI-nya oleh KPKIAT tidak dapat dimonitor dengan baik. “Sehingga pendaftaran yang diajukan tahun 2001 sampe dengan tahun 2007 mandek, tidak terurus,” terangnya.

Lalu mengapa alih teknologi di dunia pertanian ini menjadi penting? Menurut Rudy, selain didasarkan kepada kewajiban bagi para peneliti yang dibiayai pemerintah untuk mengalihkan teknologi seperti tertuang dalam PP No 20 tahun 2005, alih teknologi juga dimaksudkan supaya hasil penelitian bisa segera terserap oleh pengguna di dunia pertanian dengan mudah dengan harga yang terjangkau karena telah diproduksi secara massal. “Nah sebelum dialihkan ini, dilindungi dulu HKI-nya, baru setalah itu diharapkan bisa diarahkan menjadi komersialisasi atau dikomersilkan,” tambahnya.

Rudy mencontohkan, seperti peralatan penggilingan padi yang harganya terbilang mahal terlebih jika merekayasa sendiri. Dengan merekeyasa atau membuat sendiri, berarti juga penggilingan harus membuat bengkel sendiri yang jelas tidak memungkinkan karena biaya investasi yang harus dikeluarkan akan cukup besar. Lalu siapa yang mampu?

Ia menuturkan, akan lebih ideal kalau hasil penelitian dialihkan dengan cara memberikan lisensi ke stakeholder yang lebih mampu yaitu industri. Dengan cara seperti ini, tentu akan bisa menekan biaya produksi untuk setiap unit produk yang dihasilkan karena telah diproduksi secara massal. Di samping itu, dari setiap unit produk yang dihasilkan itu lembaga litbang bisa memperoleh royalti. “Nah, royalti ini nantinya mengarah pada cost of recovery, artinya biaya-biaya yang berguna untuk menghasilkan penelitian yang lebih baik,” jelasnya kepada PADI.

Litbang sendiri, terang Rudy, dalam hal royalti ini menggunakan mekanisme Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Di dalam peraturan pemerintahnya disebutkan bahwa setelah disetorkan ke negara sebagai PNBP nantinya bisa ditarik kembali sebesar 68 persen. “Namun demikian, sekarang sedang kita upayakan dan perjuangkan agar bisa ditarik kembali sebesar 98 persen,” jelasnya.

Sebelum adanya BPATP, kenang Rudy, sering kali setiap peneliti menghasilkan sebuah teknologi maunya menjual sendiri hasil karyanya. Untung Rp1 juta hinga Rp2 juta mereka sudah merasa cukup. Ia menganalogikan dengan pedagang sate madura atau sate kambing yang semua kegiatan usahanya dilakukan sendiri dari mulai belanja, memotong-motong daging, menusuki daging sampai dengan mendorong gerobak sendiri.

Menurutnya, hal ini identik dengan peneliti masa lalu dan paradigma inilah yang harus dirubah melalui BPATP. “Tugas peneliti cukup meneliti saja, silahkan ambil penelitian yang terbaik yang komersial, nah nanti kamilah (BPATP, Red.) yang menjualkan berupa lisensi sehingga peneliti dapat royalti,” tegasnya.

Selama ini, menurutnya, karena peneliti menjual hasil penelitiannya sendiri yang terjadi harga produk bukannya murah tapi justru sebaliknya semakin mahal. Idealnya menurut Rudy, kalau sudah dalam bentuk hasil penelitian, masalah estetika dan lainnya serahkan saja ke industri agar bisa menjadi mass production. Industri mampu membuat cetakan dan lain sebagainya sehingga seragam. Sebaliknya, peneliti atau perekayasa membuat produk dengan proses handmade. Imbasnya, biaya produksi lebih mahal karena tidak efisien dalam penggunaan bahan baku. Dan ini tentu saja berdampak pada harga jual yang juga lebih mahal.

Sementara di sisi lain, selama ini banyak industri yang mengambil teknologi dari luar negeri seperti dari Cina. Namun demikian, menurut Rudy, ketika mereka hadir dalam temu bisnis yang diadakan BPATP di Lampung, mereka terkejut ketika menyadari bahwa peneliti di Indonesia sendiri sudah mempunyai teknologi yang selama ini mereka beli dari luar.

Dalam rangka menjaring lebih banyak pelaku industri, BPATP semakin gencar mengadakan temu bisnis. Namun menurut Rudy, selama ini temu bisnis yang diadakan selalu hanya dihadiri oleh peneliti dengan swasta sehingga hasilnya terbilang lambat. Akhirnya, ia melihat peluang besar dengan mengharmonisasikan tiga lembaga penting yang kemudian dikembangkanlah apa yang disebut dengan harmonisasi ABG (Academic, Business, dan Goverment). Karena menurut Rudy, selama ini ketiga lembaga ini masing-masing masih berjalan sendiri-sendiri. “Nah, kalau ini (ABG, Red.) diharmonisasikan hasilnya pasti akan luar biasa,” Tegasnya dengan nada optimis.

Meskipun usianya masih terbilang muda, BPATP bisa segera bermetamorfosa menjadi salah satu pendukung lembaga litbang yang menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tangguh, modern, berdaya saing dan efisien serta dapat diterapkan oleh dunia usaha agar dapat bersaing dalam sistem ekonomi global. AJI

Biodata

Nama : Ir. Rudy Tjahjohutomo, MT
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 22 September 1957

Pendidikan :
• Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian - Institut Pertanian Bogor pada tahun 1980

• Fakultas Pasca Sarjana ITB Bandung pada Bidang Studi Teknik Industri dan meraih gelar Magister Teknik Teknik Industri pada tahun 1999.

Jabatan Fungsional Perekayasa : Perekayasa Madya (IV-c)
Bidang Keahlian : Mekanisasi (Mesin Prosesing)
Komoditas Utama Penelitian : Mesin Prosesing Hortikultura, Padi, Pompa Turbin, HKI
Unit kerja : Balai PATP