Selasa, 29 April 2008

Mancanegara

Menuju Modernisasi Pangan

Pola Usaha Penggilingan Padi di Vietnam

Sebagai salah satu lumbung pangan dunia, Vietnam mengembangkan usaha penggilingan padi berteknologi mutakhir. Alat-alat penggilingan yang digunakan terbukti mampu memproses beras berkualitas tinggi. Dari Vietnam, wartawan senior PADI, M. Nur Gaybita juga bercerita tentang petualangan menuju lokasi serta peninggalan sejarah yang masih dilestarikan.

Kunjungan saya ke Vietnam kali ini tergolong istimewa. Bersama rombongan dari Persatuan Penggilingan Beras dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI), saya memiliki kesempatan melakukan studi banding ke beberapa lokasi penggilingan padi di Vietnam, yang dikenal sebagai salah satu lumbungnya pangan dunia.

Untuk pertama kalinya, seluruh rombongan melihat pabrik Perusahaan KTC yang dipandu oleh Deputi Manajer Sales KTC, Mr Mac Kinh Hung. Setiap harinya, pabrik yang terletak di Provinsi Long Anh, distrik Rach Gia, ini memproses sekitar 50% beras derajat sosoh, baik beras ketan maupun beras biasa atau biasa kita sebut mendekati beras pecah kulit.

Pabrik-pabrik yang terdapat di lokasi ini seluruhnya dalam bentuk formula Rice Milling Polish (RMP) yang tidak memproses gabah menjadi beras, tetapi memproses beras setengah jadi (derajat sosoh 50 %) menjadi beras berkualitas. Seluruh gabah diproses di pedesaan dengan Rice Milling Unit (RMU) atau dapat juga disebut Penggilingan Padi (PP). Dengan demikian, seluruh sekam sudah tinggal di pedesaan, sehingga pengangkutan gabah ke RMP lebih efisien.

Bentuk pabrik RMP tampak begitu sederhana dengan hanya menggunakan Polish. Kendati pabriknya berada dalam rumah took (ruko), pabrik-pabrik RMP ini bermitra dengan pabrik yang dapat melakukan ekspor. Selain itu, seluruh pabrik yang memiliki izin operasi dari pemerintah dapat berfungsi dengan baik. Tidak ada ada gudang yang menganggur. Bahkan, toko pun disulap menjadi pabrik beras bermutu.

Proses pengangkutan beras ini menggunakan truk. Begitu juga setelah beras diproses menjadi beras berkualitas. Selanjutnya, truk membawanya ke pelabuhan yang ada di wilayah Ho Chi Minh. Dari pelabuhan ini, beras didistribusikan dengan menggunakan kapal-kapal kecil melalui sungai yang tepat berada di toko-toko tersebut.

Kunjungan kami ke Vietnam makin berkesan karena sebelumnya kami memiliki kesempatan berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di daerah Cu Chi, Vietnam. Di suatu sore yang cerah. Salah satunya adalah lorong-lorong bawah tanah sepanjang 200 kilometer.

Dulu, tempat ini merupakan persembunyian orang-orang Vietnam saat terjadi peperangan dengan Amerika. Di dalam lorong terdapat tempat rapat-rapat, tempat tidur, memasak, dan tempat menjahit pakaian militer. Pintu masuk menuju lorong tersebut sangat kecil. Kami bahkan tidak menduga lubang kecil itu adalah satu-satunya jalan untuk masuk ke dalam lorong-lorong dalam tanah.

Setelah itu, saya bersama rombongan menuju ke daerah yang mempunyai penggilingan padi (RMU) yang memproses gabah menjadi beras setengah jadi atau dalam bentuk beras pecah kulit. Kami diantar oleh wakil dari perusahaan yang mempunyai penggilingan padi (RMU) Bidifood di Provinsi Angiang, Phu Tan Distric dan ditemani Mrs Nguyen Thi Do Quyen.

Untuk menuju tempat ini, kami harus menempuh jarak 80 kilometer. Saya dan rombongan harus melalui beberapa jembatan beragam ukuran serta melakukan penyeberangan menggunakan rakit. Sungguh perjalanan sekaligus petualangan yang mengesankan.

Sore hari, rombongan tiba di daerah Phu Tan Distric. RMU ini dapat menghasilkan 20 ton per jam. Mereka mengumpulkan gabah dari petani melalui bandar-bandar pengumpul di pedesaan. Selama ini bandar pengumpul sudah menjalin kemitraan dengan RMU. Selanjutnya beras setengah jadi dikirim ke pabrik RMP yang lokasinya tidak begitu jauh dengan pelabuhan utama. Sepanjang tepi sungai, kami juga melihat beberapa pelabuhan kecil yang biasa digunakan untuk mengangkut gabah ataupun barang yang sudah siap dipasarkan baik di dalam maupun luar negeri.

Esoknya, rombongan melihat pelabuhan Mythoi di Nitho Province yaitu pelabuhan untuk memuat beras dari seluruh pelosok yang dekat daerah tersebut. Untuk menuju tempat ini kami menyeberangi sungai dengan rakit yang cukup besar. Dalam perjalanan, kami sempat melihat pola tanam padi yang dilakukan penduduk setempat. Menurut penjelasan pengantar rombongan, ternyata budidaya padi sudah banyak dilakukan dengan tenaga mekanisi. Di Indonesia, pengerjaan ini disebut Upja dengan manajemen yang cukup baik, efisien, dan saling menguntungkan.

Dalam budidaya ini petani memiliki peran yang begitu penting dalam meningkatkan kualitas gabah yang prima. Selain itu, RMU, RMP, serta pedagang beras baik dalam negeri maupun pedagang eksportir saling bekerja sama untuk memajukan pembangunan pertanian padi di Vietnam.

Selain pola kerja sama yang saling menunjang pembangunan di pedesaan, pemerintahnya juga mengatur kebutuhan dalam negeri serta mengatur kelebihan untuk di ekspor. Ada yang boleh diekspor dengan ketentuan khusus, namun pada saat tertentu akan dilarang untuk diekspor. Sebagai contoh beras pecah 50 % dilarang untuk diekspor karena digunakan untuk bahan baku pembuatan mihun yang menjadi kebutuhan dalam negeri.

Pada awalnya, sekitar empat tahun lalu, sarana transportasi yang digunakan untuk memperlancar distribusi hanyalah rakit. Kini pemerintah setempat telah membangun jembatan mempelancar roda ekonomi. Walaupun demikian, sungai-sungai ini masih dapat dilalui kapal-kapal pengangkut barang hasil pertanian dari pedesaan. Transportasi dengan kapal ini justru lebih efektif daripada menggunakan transportasi darat.

Agenda kami selanjutnya adalah pertemuan antara eksportir dan surveyor di Ho Chi Minh. Selama ini, Vietnam banyak mengekspor beras ketan dan beras berkualitas baik ke negara-negara yang membutuhkan. Kami bertemu dengan jajaran Sohafarm Import- Export. Tutur hadir Vice Director Le Thi Kim Nghia. Perusahaan ini dikenal sebagai produsen alat-alat pertanian termasuk mesin penggilingan padi.

Banyak hal yang dibahas dalam pengembangan pertanian dan pengolahannya. Pada saat yang bersamaan kami juga membahas beberapa hal yang berkaitan dengan jaminan kualitas setiap para importir sesuatu negara dalam mengimpor beras ketan dan beras kualitas tentang jaminan surveyor. Dalam hal ini kita bahas dengan Mr Arnut Kanchanketu atau disingkat Mr Phom.

Guna menindaklanjuti hasil pertemuan ini, para rombongan pedagang beras berencana akan melakukan kemitraan dengan RMU dan RMP bersama Gapoktan yang akan dibina bersama-sama Perpadi di Jawa Barat. Mereka juga membentuk unit usaha yang dapat bekerja sama dengan beberapa RMU-RMU yang ada di pedesaan. Untuk merealisasikannya sepakat didirikan perusahaan dengan diberi nama RMP KEBANINDO. Semoga niat baik ini juga dapat berjalan dan menghasilkan sesuatu yang baik pula.

Tidak ada komentar: