Senin, 14 Juli 2008

Inovasi

Optimalisasi Panen Padi dengan Mekanikasi


Mesin Tipe Sisir dan Mesin Sabit


Penerapan sistem panen padi dengan cara tradisional maupun modern sejatinya memiliki tujuan yang sama, yaitu kesejahteraan mayoritas petani dan ketahanan pangan nasional maupun lokal. Namun, teknologi mekanisasi yang berkembang belakangan ini memungkinkan para petani tidak lagi mengandalkan cara-cara tradisional dalam memanen padi. Contohnya, dua mesin ini.


Banyak aspek yang harus diperhatikan dalam penerapan teknologi mekanisasi, khususnya bidang teknologi panen padi di Indonesia, antara lain aspek teknis (teknologi itu sendiri), ekonomis, sosial budaya, dan kelembagaan (kelompok tani dan koperasi). Dengan kondisi sosial budaya petani di Indonesia yang heterogen, introduksi jenis teknologi/alsintan (alat mesin pertanian) harus terus diupayakan tanpa henti, baik yang bersifat reverse engineering maupun teknologi baru/teknologi modern, untuk mencari solusi terhadap masalah ketahanan pangan nasional maupun lokal.


Stripper Gunung Biru, merupakan satu dari sekian banyak alternatif pilihan jenis teknologi/alsintan panen padi yang dapat digunakan. Mesin ini merupakan hasil modifikasi dari desain IRRI Stripper ST 600 Walking Type terdahulu. Output dari kinerja Stripper Gunung Biru berupa butiran gabah yang telah bersih karena stripper ini telah dilengkapi dengan mesin perontok.


Uji Kinerja dan Pelatihan Operator yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) bekerja sama dengan Balai Penelitian Tanah Rawa (BALITRA) di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, di lokasi Blok C3 , Dadahup, Kawasan PLG, Kalimantan Tengah, terhadap Stripper Gunung Biru menunjukkan hasil kinerja yang layak. Nyaris tidak ada perbedaan signifikan dengan jenis teknologi alsintan Stripper yang pernah diintroduksikan sebelumnya. Mesin ini pun mampu dioperasikan di lahan kering dengan menggunakan roda ban karet. Respon petani setempat terhadap alsintan panen Stripper Gunung Biru sangat baik, beberapa petani bahkan telah mampu mengoperasikan mesin tersebut.


Diperlukan empat orang operator untuk melayani kinerja mesin ini. Prinsip kerja Striper Gunung Biru berbeda dengan pendahulunya Stripper SG 800. Di belakang komponen drum penyisir (850 rpm), yang terdapat di mesin terbaru ini dilengkapi dengan drum perontok dan conveyor. Padi hasil penyisiran langsung rontok dan dilempar ke arah boks penampung yang berada di samping kanan depan operator dalam keadaan gabah bersih. Mesin dilengkapi dengan dua buah boks penampung. Apabila boks penampung telah berisi 2/3 bagian segera diganti dengan boks yang kosong.

Sifatnya yang “Walking Type” (operator berjalan di belakang mesin), memberi kemungkinan mesin untuk dapat menyisir padi yang rebah, bahkan mampu menyedot butiran susut tercecer di lapangan dengan kineja mirip dengan penyedot debu vacum cleaner. Mesin dilengkapi dengan dua jenis roda (roda ban karet dan roda besi). Roda ban karet dipakai saat transportasi menuju lahan dan dilahan yang akan dipanen (kondisi lahan kering). Roda besi dipakai apabila lahan berlumpur dangkal. Tenaga yang dihasilkan mencapai 13 HP enjin bensin, konsumsi bahan bakar berkisar antara 2,5 liter per jam, dengan kapasitas kerja lapang 0,13 ha per jam atau 7,5 jam per hektar. Losess yang ditimbulkan berkisar hampir 2 % (tergantung ketrampilan operator).


Keunggulan lain dari mesin Stripper Gunung Biru terletak pada kemampuannya beroperasi secara stationary, bekerja dan berfungsi mirip dengan mesin perontok Thresher. Di atas hamparan kanvas yang luas, mesin diposisikan sedemikan rupa sehingga moncong drum penyisir tengadah ke atas dan di tempat mulut penyisir tersebut, jerami dan malai padi diumpankan untuk dirontokkan. Kinerjanya tidak jauh berbeda dengan Thresher yaitu 500 s/d 600 kg gabah per jam tergantung kepada kecepatan pengumpanan.


Kinerja mesin dalam keadaan stationary seperti ini dilakukan untuk mengatasi adanya kendala akibat kondisi lahan yang berlumpur dalam atau lahan yang tergenang air (lahan rawa atau lebak) di mana mesin Stripper Gunung Biru tidak dapat dioperasikan. Sementara panen padi dilakukan menggunakan sabit atau Mesin Sabit (mower) secara manual dan hasil potongan sabit yaitu jerami plus malai padi ditampung atau direbahkan pada papan penampung (semacam perahu getek) untuk dibawa di pinggir lahan kemudian dirontok menggunakan Stripper Gunung Biru atau mesin perontok Thresher.


Uji Kinerja Kinerja mesin Stripper Gunung Biru secara stationary dikombinasi dengan mesin Mower mampu mempercepat waktu panen. Kecepatan kerja Mower mencapai 18 s/d 20 jam per hektar dan menekan losses hingga kurang dari 2 %. Namun, waktu panen akan lebih cepat lagi menjadi 7,5 jam per hektar apabila Stripper Gunung Biru beroperasi panen secara mandiri. Mower ini merupakan mesin modifikasi yang bekerja mirip pemotong rumput untuk memotong tegakan tanaman padi di lahan saat musin panen.


Apabila sabit disebut sebagai alat pertanian, maka Mower disebut sebagai mesin, karena tenaga penggeraknya enjin, yaitu enjin Bensin 2 tTk, 2 HP, 6000 rpm, berbahan bakar bensin campur. Jenis enjin yang dipakai menentukan mahal murahnya harga mesin Mower ini. Suku cadang pisau pemotong banyak tersedia di pasar. Penggunaan bensin murni sebagai bahan bakar pada enjin ini akan berakibat kerusakan enjin yang serius. Mower juga mampu untuk panen tanaman jenis lain (jagung, kedelai, rumput gajah, alang alang, dan sebagainya.


Uji Kinerja mesin Mower dilaksanakan pada kecepatan rata-rata pemanenan padi 9.07 m/menit ( 0.57 km/jam). Dengan lebar kerja 100 cm (4 alur x 25 cm) dengan arah tegak lurus baris alur tanaman padi, maka didapatkan kapasitas kerja 9,50 m2/menit (0.054 ha/jam atau 18 jam/ha). Lebar kerja optimum alur padi yang akan dipotong yang disarankan adalah 4 baris alur tanaman padi. Untuk luas lahan 1 hektar, kombinasi kinerja yang ideal adalah 2 unit mesin Mower dengan 1 unit mesin Thresher.


Tabel Kapasitas Kerja mesin Sabit (Mower) pada 3 dan 4 baris pemotongan

Jumlah Alur Tanaman

Kecepatan kerja, m/mnt (km/jam)

Lebar kerja , cm

Kapasitas kerja pemanenan, ha/jam

Kapasitas kerja pemanenan, jam/ha

Efisiensi Kerja lapang, %

Pemakaian bahan baker, l/jam

Susut hasil pemanenan, losses , %

3 Baris

9,51 (0,57)

75

0,043

23

99

0,67

0,35

4 Baris

9,07 (0,54)

100

0,057

18

99

0,86

0,35

Melalui forum pengenalan teknologi semacam mesin Stripper dan mesin Mower ini semoga dapat ditemukan pilihan alternatif teknologi alsintan panen padi yang sesuai untuk kondisi lahan : baik itu untuk lahan irigasi teknis maupun untuk kondisi lahan gambut atau lahan pasang surut di Indonesia. Dengan demikian, hasil panen pun dapat diperoleh secara optimal.


Ir. H. Koes Sulistiadji, MS

Perekayasa Madya pada BBP Mektan, Badan Litbang Pertanian, Deptan.


Tidak ada komentar: