Rabu, 26 November 2008

Herbal

Si Merah Pembawa Berkah

Beras Merah

Masyarakat awam menggolongkan beras menjadi menjadi tiga golongan; beras putih, beras ketan, dan beras merah. Jika diperbandingkan, beras merah ternyata memiliki keunggulan dibandingkan dua jenis lainnya. Tidak hanya sebagai sumber karbohidrat, pengenyang perut, "bensin" untuk beraktivitas, beras merah memiliki banyak manfaat lain. Apa saja?

Beras merah ternyata telah dikenal sejak tahun 2800 SM. Para tabib tempo doeloe meyakini bahwa beras jenis ini memiliki nilai-nilai medis yang dapat memulihkan kembali rasa tenang dan damai. Lantaran keseimbangan alamiahnya pula, para penulis di Asia Timur masa dahulu beranggapan bahwa beras merah merupakan jenis makanan yang dapat menyembuhkan penyakit. Bahkan, para ahli makrobiotik telah pula menyatakan persetujuannya sampai sekarang.

Dari beragam jenis maupun varietas beras yang ada, beras merah diakui kaya akan vitamin dan mineral ia merekomendasikan beras merah lebih bagus. “Beras merah mengandung karbohidrat kompleks, dan sangat berguna bagi kesehatan,” kata dr. Sonia Wibisono, ahli kedokteran umum yang juga artis dan konsultan kesehatan di Indonesia. Ia menambahkan, kandungan serat yang lebih banyak daripada beras putih ternya baik untuk pencernaan tubuh. Selain itu, beras merah juga dapat menjadi gula darah lebih lama ketika dicerna, sehingga seseorang yang makan itu tidak cepat lapar lagi. “Tapi, sayangnya, banyak yang kurang suka rasanya ya,” katanya.

Selain itu, nilai energi yang dihasilkan beras merah juga di atas beras putih. Kandungan proteinnya yang lebih kaya disebabkan oleh kadar tiaminnya yang lebih tinggi. Tiamin ini berfungsi untuk memperkuat sistem saraf dan jantung. Unsur gizi lain yang diperkirakan juga berpengaruh pada pendongkrakan energi beras merah adalah fosfor. Melalui proses fosforilasi, fosfor mengaktifkan berbagai enzim dan vitamin B dalam pengalihan energi pada metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.

Fosfor, yang juga terkandung dalam beras merah, inilah yang diyakini sebagai pendongkrang “semangat juang” kaum pria dalam beraktivitas seksual. Hal ini ditegaskan Dr Morton Walker dan Joan Walker, dalam bukunya, Sexual Nutrition: The Lover’s Diet, mengindikasikan pria yang tak bergairah di ranjang karena kekurangan fosfor. Kekurangan fosfor akan mengakibatkan tiadanya karbohidrat, lemak, dan protein yang cukup sehingga bisa diurainya menjadi energi.

Beras merah umumnya merupakan beras tumbuh atau pecah kulit, yang kulit arinya tidak banyak hilang. Pakar kedokteran meyakini bahwa kulit ari beras mengandung mengandung zat-zat gizi yang penting bagi tubuh, seperti serat dan minyak alami. Tak hanya mengenyangkan, serat ini juga mampu mencegah berbagai penyakit saluran pencernaan. Manfaat lain dari serat, yakni dapat meningkatkan perkembangan otak dan menurunkan kolesterol darah. Sementara itu, lemak dalam kulit ari kebanyakan merupakan lemak esensial, yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak anak. Sedangkan senyawa-senyawa dalam lemak kulit ari juga dapat menurunkan kolesterol darah, salah satu faktor risiko penyakit jantung. Zat besinya juga lebih tinggi dan membantu bayi usia 6 bulan ke atas yang asupan zat besinya dari ASI sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan tubuh. Belum lagi vitamin dan mineral-mineral penting lainnya yang lebih unggul daripada beras putih.

Tahun 1992, Mindy Hermann RD, lewat artikel berjudul “Minerals: from B to Z”, mengendus zat lain yang juga bisa dijagokan dari beras merah. Selenium, namanya. Selenium merupakan elemen kelumit (trace element) yang merupakan bagian esensial dari enzim glutation peroksidase. Enzim ini berperan sebagai katalisator dalam pemecahan peroksida menjadi ikatan yang tidak bersifat toksik.

Peroksida dalam ikatan toksik dapat berubah menjadi radikal bebas, yang mampu mengoksidasi asam lemak tidak jenuh dalam membran sel sehingga merusak membran tersebut. Kerusakan ini menyebabkan kanker, dan penyakit degeneratif lainnya. Oleh karena itulah banyak pakar mengatakan selenium mempunyai potensi untuk mencegah penyakit kanker dan penyakit degeneratif lain.

CEGAH KANKER: Sebuah penelitian memperkuat asumsi tentang keampuhan selenium dalam mencegah penyakit kanker. Studi selama 10 tahun yang dipromotori The Arizona Cancer Center melibatkan responden sebanyak 1.312 laki-laki dan perempuan dengan riwayat kanker kulit. Setengah responden diberi suplemen selenium sebanyak 200 ug sehari dan setengahnya lagi diberi plasebo.

Hasilnya? meski belum terbukti kemanjurannya menjaga subyek dari mendapat kanker kulit baru, mineral ini diketahui bisa melindungi mereka dari beberapa tipe kanker lainnya. Partisipan yang diberi suplemen selenium memiliki 63 persen, 58 persen, dan 46 persen kemungkinan lebih rendah mendapat kanker prostat, kolorektal, serta paru-paru dibanding mereka yang disuguhi plasebo.

Hasil penelitian tersebut memperkuat asumsi sebelumnya. Survei geografi memperlihatkan, pada sebagian wilayah Amerika, di mana kandungan tanahnya miskin selenium, menunjukkan bahwa angka kejadian kanker 10 persen lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain yang kandungan tanahnya kaya selenium. Beberapa studi pada binatang telah memperlihatkan pula bahwa pemberian mineral ini dapat mencegah binatang tersebut dari terkaman kanker.

Kehebatan selenium tidak berhenti sampai di sini. Hasil pengamatan pada pasien yang mendapat makanan parenteral total, umumnya tidak mengandung selenium, sampai terjadi penurunan aktivitas glutation peroksidase, diduga mengakibatkan munculnya kesan lemah, sakit pada otot-otot, hingga kardiomiopati.

Di samping itu, hasil penelitian yang dilakukan para ahli US Departement of Agriculture, memperkuat beberapa temuan terdahulu. Para ahli ini melakukan pengetesan pada beberapa wanita di New Zealand, khususnya di wilayah yang tanahnya memiliki kandungan selenium rendah. Mereka diberi suplemen selenium secara bervariasi selama enam bulan berturut-turut. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang diberi selenium 400 ug sehari memperlihatkan kemajuan yang signifikan berkaitan dengan mood dan level energi mereka dibanding dengan wanita yang tidak diberi atau diberi selenium dengan kadar yang lebih rendah.

Sebuah pemeriksaan pada penderita gondok di Kabupaten Ngawi tahun 2002 lalu menunjukkan bahwa selenium juga bisa berkaitan dengan gondok. Mineral ini berguna dalam proses pembentukan T3 (triiodotironin) dan T4 (tetraiodotironin), yang memiliki fungsi utama mengatur pertumbuhan dan perkembangan. Rendahnya kadar selenium juga diyakini akan memengaruhi pembentukan T3 dan T4, yang bila berlangsung lama akan menyebabkan rendahnya pembentukan thyroxin dan memunculkan beberapa gangguan penyakit, salah satunya gondok.

Paparan di atas memperkuat bukti akan keunggulan beras merah dibandingkan dengan varietas beras lainnya. Untuk itu, jika Anda tidak mau cepat lelah, tak ingin gampang loyo saat "bertempur" bersama pasangan, serta tidak siap mendapat kanker kolorektal, paru-paru atau prostat, mulailah membiasakan mengonsumsi beras merah. Tak hanya cocok dikonsumsi sendiri, beras ini dapat menjadi alternatif pemenuhan kebutuhan pangan keluarga Anda. QYH



Tidak ada komentar: