Resto Bernuansa Nuansa Alam
Kedai Ma'Pinah
Meski berupa saung-saung sederhana khas petani Sunda, kedai ini tetap tertata indah, rapi, bersih, dan artistik. Kenikmatan menu-menu yang tersedia nyaris sempurna dengan hamparan sawah dan alunan seruling dan gamelan khas masyarakat Sunda yang mampu menghanyutkan Anda dalam nuansa pedesaan nan sejuk dan asri. Tak pelak lagi, kedai ini cocok sebagai tempat untuk melepaskan kepenatan sambil meyantap makanan segar khas Jawa Barat.
Hamparan datar sawah luas membentang merupakan salah satu pemandangan yang mempesona apabila Anda melewati Jalan Raya Pantura, tepatnya di daerah Subang, Jawa Barat. Apalagi di saat tanaman padi itu tumbuh subur rata, dan menghijau indah atau ketika hamparan Orizasativa itu menguning lebat. Sungguh pemandangan alam yang tenang dan hijau.
Dan, di antara hamparan padi yang menghijau itu, di sebelah kiri jalan dari arah barat, setelah Desa Sukamandi, Anda akan menemukan sebuah rumah makan. Kedai Ma’ Pinah namanya. Rumah makan ini tepat berada di tengah hamparan sawah, tepatnya di Jalan Raya Mundusari Timur Km. 4 Pamanukan, Subang.
Singkatnya, tidak sempurna perjalanan Anda melintasi Jalan Raya Pantura itu, jika tidak singgah ke Kedai Ma’Pinah untuk menikmati menu-menu segar yang ditawarkan sambil menikmati suasana pedesaannya. Namun, khusus bagi Anda yang berada di Jakarta yang tidak sempat singgah di resto ini atau sama sekali tidak pernah melalui Jalan Raya Pantura, mulai Februari 2006 yang lalu Kedai Ma’ Pinah telah memiliki cabang di Jalan Kapten Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Secara konseptual bangunan kedua Kedai Ma’ Pinah ini memang berbeda. Kedai Ma’ Pinah pusat yang terletak di Pamanukan adalah berupa saung khas masyarakat Jawa Barat dengan basis persawahan. Sedangkan cabangnya yang terletak di salah satu pusat kesibukan yang ada di kota metropolitan itu berupa bangunan modern minimalis. Perbedaan lainya, dari Hari Senin sampai Jumat, Kedai Ma’ Pinah Mampang menyediakan hidangan secara prasmanan. Selebihnya menu, cita rasa dan kenyamanan yang ditawarkan di kedua Kedai Ma’Pinah ini persis, tidak berbeda.
“Kedai Ma’ Pinah menyajikan masakan-masakan khas Sunda dengan cita rasa Indonesia, artinya dipastikan cocok dengan selera semua masyarakat Indonesia” kata Syarifuddin, pengelola Kedai Ma’Pinah Mampang. Menu khas yang ditawarkan adalah Nasi Bakar, Nasi Timbel, Nasi Kerikil, Nasi Tumpeng, hingga Nasi Goreng Spesial Ma’ Pinah. Di antara menu-menu khas ini istilah Nasi Bakar dan Nasi Kerikil mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia, terutama yang berada di luar Pulau Jawa.
Kedai Ma'Pinah
Meski berupa saung-saung sederhana khas petani Sunda, kedai ini tetap tertata indah, rapi, bersih, dan artistik. Kenikmatan menu-menu yang tersedia nyaris sempurna dengan hamparan sawah dan alunan seruling dan gamelan khas masyarakat Sunda yang mampu menghanyutkan Anda dalam nuansa pedesaan nan sejuk dan asri. Tak pelak lagi, kedai ini cocok sebagai tempat untuk melepaskan kepenatan sambil meyantap makanan segar khas Jawa Barat.
Hamparan datar sawah luas membentang merupakan salah satu pemandangan yang mempesona apabila Anda melewati Jalan Raya Pantura, tepatnya di daerah Subang, Jawa Barat. Apalagi di saat tanaman padi itu tumbuh subur rata, dan menghijau indah atau ketika hamparan Orizasativa itu menguning lebat. Sungguh pemandangan alam yang tenang dan hijau.
Dan, di antara hamparan padi yang menghijau itu, di sebelah kiri jalan dari arah barat, setelah Desa Sukamandi, Anda akan menemukan sebuah rumah makan. Kedai Ma’ Pinah namanya. Rumah makan ini tepat berada di tengah hamparan sawah, tepatnya di Jalan Raya Mundusari Timur Km. 4 Pamanukan, Subang.
Singkatnya, tidak sempurna perjalanan Anda melintasi Jalan Raya Pantura itu, jika tidak singgah ke Kedai Ma’Pinah untuk menikmati menu-menu segar yang ditawarkan sambil menikmati suasana pedesaannya. Namun, khusus bagi Anda yang berada di Jakarta yang tidak sempat singgah di resto ini atau sama sekali tidak pernah melalui Jalan Raya Pantura, mulai Februari 2006 yang lalu Kedai Ma’ Pinah telah memiliki cabang di Jalan Kapten Tendean, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Secara konseptual bangunan kedua Kedai Ma’ Pinah ini memang berbeda. Kedai Ma’ Pinah pusat yang terletak di Pamanukan adalah berupa saung khas masyarakat Jawa Barat dengan basis persawahan. Sedangkan cabangnya yang terletak di salah satu pusat kesibukan yang ada di kota metropolitan itu berupa bangunan modern minimalis. Perbedaan lainya, dari Hari Senin sampai Jumat, Kedai Ma’ Pinah Mampang menyediakan hidangan secara prasmanan. Selebihnya menu, cita rasa dan kenyamanan yang ditawarkan di kedua Kedai Ma’Pinah ini persis, tidak berbeda.
“Kedai Ma’ Pinah menyajikan masakan-masakan khas Sunda dengan cita rasa Indonesia, artinya dipastikan cocok dengan selera semua masyarakat Indonesia” kata Syarifuddin, pengelola Kedai Ma’Pinah Mampang. Menu khas yang ditawarkan adalah Nasi Bakar, Nasi Timbel, Nasi Kerikil, Nasi Tumpeng, hingga Nasi Goreng Spesial Ma’ Pinah. Di antara menu-menu khas ini istilah Nasi Bakar dan Nasi Kerikil mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia, terutama yang berada di luar Pulau Jawa.
Nasi Bakar adalah beras yang dimasak dengan cara di-aron, dengan komposisi santan kelapa secukupnya, garam, serai, daun salam, dan lainnya. Setelah itu, dibungkus dengan daun pisang berbentuk bulat panjang, kemudian dibakar di atas bara api sekitar lima menit lamanya, sehingga aroma wangi daun pisang menyerap pada nasi. Nasi Bakar ini rasanya gurih, namun tidak segurih nasi uduk karena komposisi santan yang sangat banyak. Sedangkan Nasi Bakar hanya memakai santan sekadarnya, tapi dapat dinikmati tanpa lauk sekalipun.
Sedangkan Nasi Kerikil adalah sejenis dengan nasi bakar yang di dalamnya terdapat wortel, jagung, dan hati ampela yang dipotong-potong kecil kira-kira sebesar kerikil. Mengapa dinamakan hati kerikil? “Di jaman dulu mungkin juga sekarang, petani di pedesaan itu kalau sedang makan nasi biasanya ada kerikil-kerikil yang ikut terkunyah. Nah, sekarang kerikil itu kita ganti dengan wortel, jagung, dan hati ampela yang tentunya tidak keras seperti kerikil. Nasi Kerikil ini menjadi brand Kedai Ma’ Pinah yang kita bawa dari Pamanukan,” kata Syarif, yang asli Betawi ini.
Sedangkan menu utama Ma’ Pinah adalah Ikan Etong yang dihidangkan dalam berbagai olahan. Ikan Etong ini sering disebut dengan Ikan Ayam-ayam, salah satu jenis ikan dari laut dalam berkulit keras, namun dagingnya sangat lembut dan renyah. Oleh karena itu, sebelum dimasak, kulitnya harus terlebih dahulu dibuang. Ikan etong ini sangat nikmat kalau disantap bersama Nasi Kerikil.
Menu istimewa lainnya yang ditawarkan adalah menu-menu berbahan dasar ikan, seperti baronang, kakap, bawal, kerapu, gurame, hingga ikan mas. Semuanya diolah dan dihidangkan sesuai dengan selera dan permintaan konsumen, baik bakar maupun goreng. Tersedia juga ayam goreng/ bakar, bebek goreng/ bakar, pedesaan bebek, sop buntut goreng, sampai sop iga. Jika Anda penikmat seafood, Kedai Ma’ Pinah juga menawarkan cumi bakar/ goreng, udang bakar/ goreng, kepiting goreng, cah seafood, mie goreng, hingga nasi goreng seafood.
Sebagai penyempurna santapan Anda, kedai ini juga menawarkan aneka minuman, mulai dari teh tanis, es kelapa muda, wedang jahe, kopi, teh, serta es krim. Ada pula minuman modern, seperti ice lemon tea, hot/ ice Cappuccino, hot/ ice chocholate, hingga milk shake’s. Rumah makan ini juga menawarkan aneka jus serta minuman tradisinal dan modern lainnya.
Bagi Anda yang belum pernah berkunjung ke Kedai Ma’ Pinah pasti akan mengira resto ini mahal, karena bangunannya yang luas, rapi dan artistik sehingga terkesan mewah. Apalagi Kedai Ma’ Pinah cabang Mampang, memiliki konsep desain yang cenderung modern minimalis ditambah lagi seluruh ruangannya yang ber-AC. Tapi cobalah Anda masuk dan duduk manis di dalamnya, kemudian bacalah daftar menunya. Anda pasti kaget melihat harganya yang murah meriah.
Untuk menikmati satu porsi Nasi Bakar, Nasi Timbel, dan Nasi Kerikil, Anda cukup mengeluarkan uang Rp 5.000 saja. Untuk menikmati Etong Bakar atau Etong Goreng Anda cukup merogoh kocek Rp 17.500. sedangkan untuk menikmati ayam bakar harganya hanya Rp 13.000. Sedangkan untuk satu gelas teh manis, Anda cukup membayar Rp 2.000, harganya hampir sama dengan warung pinggir jalan. Cukup murah bukan?
Anda pasti bertanya, kenapa harganya begitu murah? Itu lantaran Kedai Ma’ Pinah tergabung dalam grup multibisnis, di antaranya ada peternakan ayam dan ikan. Selain dipasok ke Kedai Ma’ Pinah, berbagai usaha ini juga memasok ke beberapa rumah makan lainnya. “Untuk pasokan beras kami punya lahan sendiri di Pamanukan dan untuk bahan baku lainnya seperti Ikan Etong dan cumi kami sudah punya pemasok tetap yang masih dari kerabat sendiri,” kata Syarifuddin membuka rahasia. Itulah sebabnya Kedai Ma’ Pinah selalu ramai dengan pengunjung, terutama pada jam-jam makan siang dan makan malam. Murah, tapi bukan berarti murahan lo! MRS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar