Rabu, 07 Januari 2009

Profil

Prioritas Kualitas Gabah

Jumawal Uhady

Bekerja lebih baik hari ini bisa menghasilkan perbaikan untuk esok hari. Itulah prinsip hidup lelaki berdarah Aceh ini dalam mengayomi bisnis pengilingan padi yang dimiliki ayah mertuanya. Apa kiat suksesnya?

Sekilas mungkin terlihat janggal kalau melihat back ground karier yang dimiliki Jumawah Uhady. Ya, sebelum terjun di kancah perberasan, Awal sempat bekerja di salah satu perusahaan kontraktor di Aceh. Siapa sangka, dari seorang kontraktor kini ia menjadi juragan beras. Petuah sang mertualah yang membuat dia lebih semangat untuk mengelola bisnis keluarga yang sudah dirintis sang mertua sejak tahun 1993 di bawah bendera PT Mitra Meugah Bestari.

Bisnis yang dibangun ini berawal dari keinginan sang mertua, Ibrahim Hasan, untuk concern ke sektor pangan. Apalagi, beras merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kelangsungan hidup manusia. Alasan inilah yang menjadi pemikiran untuk merintis usaha penggilingan beras di kota Banda Aceh. Tapi sayang, kondisi Aceh untuk sektor pertanian amat kurang mendukung, bahkan perusahaan ini nyaris gulung tikar.

Banyak hal yang membuat usaha penggiliangan padi yang dirintisnya ini sedikit melempem, alasannya bahan baku berupa beras sebagai penyedia bahan baku beras yang diperoleh sangat minim. Dan sumber daya manusianya juga relatif terbatas. “Alamnya kurang cocok buat bisnis ini, agak sepi saja. Makanya kita pindahin ke Subang,” tandas pria yang biasa dipanggil Awal ini.

Ya, sekitar tahun 1996, bisnis ini pindah lahan ke daerah Subang, Jawa Barat. Pria kelahiran Banda Aceh, 21 Juli 1970 ini mengaku banyak hal yang dipertimbangkan sebelum memilih Subang sebagai lahan bisnisnya. “Kita meliht prospek di Subang sangat bagus, beda dengan Aceh yang terbatas lahan produksi berasnya,” pungkas pria yang doyan lagu-lagu bernuansa pop ini antusias.

Lebih dari itu, Subang memang dikenal sebagai salah satu sentra beras yang ada di daerah pantura. Dengan seperangkat mesin penggiling beras yang dia miliki dari Aceh, tahun 1999, Awal mulai mengembangakan bisnisnya. Berbekal ilmu yang dia miliki, Awal mulai menunjukkan sepak terbang sebagai seorang pengusaha yang profesional.

Untuk melengkapi peralatan penggilingan padi, yaitu alat untuk menaikkan gabah pada unit proses yaitu unit elevator (alat untuk memindahkan gabah), cleaner (alat pembersih gabah), dan dryer (alat untuk mengeringkan gabah) ia pun mulai memutar otak dengan menginovasi mesin-mesin yang ada. Biar tidak ketinggalan zaman, mesin-mesin itu pun ditata ulang. Hasilnya, produksi gabah yang dihasilkan pun memiliki standar kualitas yang bisa diandalkan.

Mulanya, menggeluti bisnis perberasan ini bukanlah suatu hal mudah untuk seorang Awal. Bagaimana tidak, dia harus mencoba menjalani tanggung jawab yang besar, bukan saja sebagai seorang menantu tapi juga sebagai seorang pebisnis handal. Kendala lain, ketidakstabilan harga beras dan gabah di pasaran yang kadang tidak menentu, membuatnya mesti pintar-pintar mutar otak.

Buat Awal, kualitas adalah hal terpenting dalam bisnisnya. “Ini produk yang kami tawarkan, makanya kami harus punya mutu biar harga jual yang ditawarkan juga tinggi,” pungkasnya. Ia mengakui kualitas gabah pada akhirnya akan memberikan dampak terhadap mutu beras giling yang dia produksi, sehingga hasilnya bisa memberikan nilai tambah (added value) bagi usaha yang dilakoninya.

Dalam sehari, mesin penggilingan yang dimiliki Awal bisa memproduksi sekitar 3-6 ton per jam. Kalau produksi full time bisa mencapai 60 ton per hari. Dengan luas lahan sekitar 3,5 ha, usaha penggilingan padi yang dimilikinya mampu memproduski sekitar 900 ton /bulannya. “Saat ini kita memberlakukan 1 shift saja. Sebab, cost yang dihasilkan juga besar. Makanya kita perlu bikin perencanaan seefisien mungkin,” papar pria yang hobi olah raga dan mengurus tanaman hias ini.

Tidak hanya itu, Awal juga mengaku memproduksi beras dengan brand sendiri sesuai dengan kelas konsumennya. Untuk kelas 1 brand yang diproduksi di antaranya merek Maharani (beras pandan wangi ekstra), Burung Cempala (beras ramos Cianjur SLYP). Untuk kelas middle yaitu Gajah Putih (sentra ramos super) dan Mundu Sari (beras long grain extra) untuk kelas 3.

“Brand ini memang kita buat sesuai dengan segmen pasar dan konsumennya. Jadi konsumen bisa menentukan beras mana yang mereka suka, tergantung pilihan dan selera pastinya. Dan kita tidak cuma jual kecap aja kok, kualitas beras kita bisa diandalkan karena mutu gabah tetap jadi perioritas,” ujarnya setengah promosi. Untuk itu, upaya yang dilakukan pria bertubuh kekar ini agar konsumen merasa puas dengan produknya dan tidak merasa dibohongi adalah terus meningkatkan mutu produk yang dihasilkan.

Dan, hal lain yang selalu menjadi acuan adalah tetap menjaga kemitraan dengan petani. Langkah ini sangat penting terlebih petani diposisikan sebagai mitra penghasil beras. Tanpa petani tidak akan mungin usaha penggilingan ini berjalan. Makanya, realitionship mesti dibina secara regular.

Kepercayaan petani terhadap penggilingan, bagi Awal, adalah modal utama yang mesti dijaga. ‘Itu kunci sukses tidaknya sebuah perusahaan penggilingan. Kita juga sering membuat event kerja sama dalam bentuk pembinaan,” ucapnya. Hasilnya pun dapat ditebak. Produksi beras Awal sudah berhasil menembus pangsa pasar yang lebih luas dan besar. PIT

Tidak ada komentar: