Rabu, 07 Januari 2009

Empat Mata

Mitra Strategis Pemerintah Daerah

Ketua DPD PERPADI Bali, A.A Made Sukawetan

Sebagai organisasi profesi yang bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran gabah/beras, PERPADI Bali mempunyai kedudukan yang strategis dalam mewujudkan ketahanan pangan di daerah. PERPADI juga diharapkan dapat menciptakan situasi kondusif terutama bagi petani dalam meningkatkan usaha tani padi, produksi maupun kualitas, serta pendapatan kesejahteraan petani.

Sesuai dengan visi dan misi organisasi, Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI) Bali berjuang untuk memperjuangkan taraf hidup dan martabat para anggotanya. Di bawah kepemimpinan A.A.Made Sukawetan, lembaga ini berupaya untuk memberikan perlindungan, memajukan kesejahteraan, meningkatkan anggota agar menjadi usaha yang efisien.

Di samping berperan sebagai kepanjangan tangan Dewan Pengurus Pusat (DPP) PERPADI, kepengurusan DPD Perpadi Bali juga diharapkan dapat memberikan kontribusi secara nyata dalam mendorong pembangunan pertanian di Provinsi Bali. Kontribusi tersebut dimaksudkan untuk kepentingan peningkatan produksi dan peningkatan petani maupun memantapkan ketahanan pangan di Bali.

PERPADI juga senantiasa mendorong para pengusaha penggilingan padi untuk menghasilkan beras berkualitas. Dengan begitu, konsumen bisa menikmati beras yang benar-benar layak konsumsi. "Tentunya, tugas utama PERPADI adalah menghasilkan beras berkualitas sehingga beras yang sampai di tangan konsumen bermutu baik. Caranya, tentu saja dengan meremajakan mesin-mesin penggilingan untuk hasil beras yang bagus,” kata Sukawetan.

Menyikapi permasalahan kualitas beras ini, Sukawetan berencana melakukan koordinasi dengan DPC-DPC untuk mengarahkan para pengusaha penggilingan padi yang tercatat 800 usaha penggilingan tetapi yang masih aktif hanya 400 unit untuk meningkatkan stadar mesin penggilingannya. Dengan begitu, mereka mampu menghasilkan beras berkualitas standar nasional.

Lebih lanjut, Sukawetan menerangkan, di Bali rata-rata pengolahan penggilingan gabah dari segi kapasitasnya memang masih standar, hanya bisa menghasilkan 2 politer dan 2 pecah smit. Kondisi tersebut jika dilihat dari standar mutu Nasional memang masih kurang baik. Oleh karena itu, dalam waktu dekat perbaikan mutu ini akan jadi perhatian penting bagi DPD PERPADI Bali dengan membuat program revitalisasi penggilingan padi.

Salah satu cara yang dilakukan adalah menambah ayakan pada mesin penggilingan, sehingga randemen dan mutu beras yang dihasilkan dapat dijamin mutunya. Penambahan ayakan ini nantinya akan dapat memisahkan menir dengan biji gabah yang masih utuh, sehingga hasilnya dapat ditingkatkan dan nilai jualnya pun dapat dihargai relatif tinggi jika dilempar di pasaran. Selain meningkatkan standar mutu, upaya lain yang akan dilakukan Sukawetan beserta jajaran pengurus PERPADI dalam sektor pertanian ini tercermin dengan tetap serius membantu petani terutama menjaga standar harga gabah di pasaran. “Kami berusaha terus memberi harga yang terbaik kepada petani, dan hal itu sudah kita lakukan pada musim panen belum lama ini,” ujarnya.

Selama ini PERPADI Bali turut serta menyuplai beras ke seluruh Pemerintah Kabupaten di Bali. “Makanya, untuk memenuhi kebutuhan beras di Bali, kami akan berusaha mencari gabah hingga ke pelosok-pelosok. Hal ini kami lakukan dengan tujuan, Bali tidak sampai kekurangan beras," tegasnya.

Menyangkut harga beras, PERPADI juga senantiasa berperan aktif untuk menjaga kestabilan harga gabah di tingkat petani terutama pada saat panen raya. Dengan demikian, para petani bergairah untuk terus berusaha tani yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan tercapainya kesejahteraan petani beserta keluarganya.

MITRA STRATEGIS: Dalam kegiatan perberasan, PERPADI Bali memiliki posisi yang strategis. Lembaga ini senantiasa bermitra dengan pemerintah setempat dalam menelorkan berbagai kebijakan di sektor perberasan maupun pertanian secara umum. Suaranya seringkali menjadi acuan pemda setempat dalam membuat kebijakan yang berpihak pada petani.

Salah satu wujud dari keberpihakan PERPADI Bali adalah desakan pada pemerintah setempat untuk menunjukkan keberpihakannya kepada petani, seperti memberikan subsidi pupuk, mengucurkan dana Lembaga Usaha Ekonomi Produktif (LUEP) dan membeli beras untuk kebutuhan pegawai dalam bentuk insentif. Sukawetan bahkan meminta agar dana LUEP segera dicairkan. Dana itu, kata dia, akan diterima oleh anggota PERPADI yang nantinya dinyatakan lulus dari 53 anggota yang mengikuti verifikasi.

Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) menjadi pukulan berat bagi sektor usaha penggilingan gabah sekarang ini. Betapa tidak, setelah harga BBM naik di pasaran, para pengusaha penggilingan masih dihadapkan lagi dengan sulitnya untuk membeli solar untuk menunjang operasionalnya. Inilah yang dirasakan para pengurus serta anggota PERPADI di Bali.“Sebenarnya banyak kendala yang kami hadapi sekarang ini, namun terberat adalah kenaikan BBM belum lama ini. Sebab naiknya BBM juga berpengaruh pada membengkaknya biaya oprasional dan harga jual beras sebagai hasil akhir,” tutur Sukawetan. Menurutnya, tiap kenaikan BBM akan terjadi dampak ikutan yang cukup besar pada sektor harga beras di pasaran. Terbukti sekarang harga solar berada di kisaran Rp 5.500 per liter, maka harga beras juga ikut berada di kisaran harga tersebut. Sebelumnya ketika harga solar Rp 4.000 per liter, maka harga beras juga mengikuti dengan berada di kisaran Rp 4.000 per kg.Kenaikan harga solar kali ini juga telah berdampak pada naiknya ongkos giling gabah yang untuk Bali rata-rata besarannya mencapai 20 persen dari biaya sebelumnya. Sebelumnya ongkos giling Rp 25.000 per kuintal beras, namun kini untuk ongkos giling ini harus ditanggung sebesar Rp 30.000 per kuintal beras. Kendala yang dihadapi usaha penggilingan tidak berhenti di situ saja, hingga kini pengusaha penggilingan juga masih dihadapkan pada permasalahan sulitnya mendapat solar di SPBU. Pasalnya, pihak SPBU melarang membeli solarnya dalam bentuk jerigen. ”Kami diminta harus menyertakan izin dari intansi terkait. Kami minta bantuan kepada pemerintah untuk bagaimana cara membantu, sebab solar ini adalah kebutuhan utama bagi pabrik penggilingan gabah,” ujarnya.Namun, pihaknya yakin tetap ada jalan keluar di balik setiap kemelut yang datang. Ia pun menyerukan kepada sejumlah pengurus maupun anggota PERPADI di Bali untuk berembug serta bermitra dengan pemerintah kabupaten setempat. Dengan demikian, diharapkan peran PERPADI tetap dirasakan para anggota maupun masyarakat luas.

Dari jatah tersebut kemudian bisa dibagi waktu pengambilannya dalam waktu seminggu atau bebarapa hari. ”Dengan ketentuan tersebut maka operasional pabrik bisa akan berjalan baik, sehingga produksi beras pun bisa menunjang mencukupi kebutuhan masyarakat setempat,” tegasnya. QYH/MRS

Boks

Struktur Kepengurusan DPD PERPADI Bali
Masa bakti 2008-2013

Ketua: A.A. Made Sukawetan
Wakil Ketua I: Agus Susanto
Wakil Ketua II: A.A. Gede Putu Potlot
Wakil Ketua III: I Putu Wiyasa
Wakil Ketua IV: I Putu Oka Putra, S.E.

Sekretaris: I Wayan Abera
Wakil Sekretaris I: I Wayan Shantika, S.E.
Wakil Sekretaris II: I Wayan Misi

Bendahara: I Wayan Ekayana
Wakil Bendahara I: I Gusti Ngurah Jayadi.


Tidak ada komentar: