Rabu, 07 Januari 2009

Mancanegara

Mekanisasi Pertanian Ala Jiran

Malaysia

Wabah krisis pangan dunia membuat Malaysia terpaksa mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton dari Thailand. Ya, pastinya langkah ini diambil sebagai salah satu kebijakan untuk meningkatkan persediaan beras di dalam negeri. Namun, bukan berarti negeri jiran ini tak memiliki potensi

Ketidakstabilan harga beras juga ternyata dirasakan oleh rakyat Malaysia. Negeri jiran yang menjadi tujuan para TKI plus tambang emas buat mengeruk penghasilan pun tidak luput dari bahaya krisis pangan. Harga beras di Malaysia dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini juga mengalami kenaikan bervariasi akibat pasokan beras impor yang mengalami gangguan. Bahkan, disinyalir isu politik juga amat berpengaruh terhadap harga beras di pasaran. Kisaran harga naik antara 40 sen (Rp1.200) hingga 60 sen ringgit (Rp1.600) per kilogram.

Malaysia selama ini memang dikenal sebagai importir beras. Alasan utamanya, di Malaysia sendiri hampir sebagian besar tidak ada lahan yang bisa dimanfaatkan sebagai persawahan, dan tidak banyak pula rakyatnya yang bersedia berprofesi sebagai petani padi. Padahal, geografis Malaysia sangat memungkinkan untuk mengembangkan sektor pertanian.

Namun, di sisi lain masyarakat di sana lebih senang memposisikan diri sebagai konsumen ketimbang tenaga kasarnya. Seperti kita ketahui, Malaysia merupakan konsumen beras yang besar di Asia. Di sektor pertanian, Malaysia merupakan salah satu negara yang memiliki mekanisasi pertanian yag cukup baik ketimbang Indonesia.

Salah satu daerah yang dianggap sebagai sentra beras di Malaysia adalah daerah Sikinchan. Letaknya tidak jauh dari Kuala Lumpur. Jika Anda ingin mengujungi daerah ini bisa menempuh waktu sekitar 1,5 jam dari Kuala Lumpur. Daerah yang sejuk dan hijau, sangat memungkinkan daerah ini dijadikan kawasan pengembangkan sektor pertanian khususnya persawahan. Khusus pengelolaannya, persawahan padi milik petani dikelola langsung oleh sebuah perusahaan besar bernama Liong Eek Trading.

Mekanisasi pertanian yang dimiliki Malaysia memang dinilai cukup efektif. Tidak heran jika negara-negara tetangga lainnya mencoba untuk menerapkan sistem ini. Di Sikinchan, kepemilikan sawah petani berkisar antara 0.5-6 ha, dan Liong Eek Holding sampai saat ini telah mengelola sawah seluas 250 ha. Dan pengelolaan dan pengerjaan persawahan ini menggunakan sistem pengairan teknis.

Untuk menjadi sebuah perusahaan pengelola pertanian padi, fasilitas yang dimiliki terhitung sederhana, seperti satu unit alat pengatur bibit dan arang sekam ke dalam kotak-kotak benih, dua unit alat penanam benih (alat trasplenter), kotak-kotak kecil berjumlah 120 ribu unit untuk menaruh benih dalam kegiatan persemaian di areal 1,2 ha tersebut.

Selain itu, empat unit traktor roda empat berkapasitas 60 PK, dan tiga unit alat pemanen sekaligus perontok dan siap membersihkan gabah dari sampah dan hampa (combine harvester). Setiap harinya, perusahaan ini mampu membuat persemaian sebanyak 6 ha. Persemaian padi dibuat dalam dua tahap. Masing-masing terdiri dari 120 ha, dengan kapasitas penanaman padi 6 ha peharinya, maka untuk satu tahap pengerjaan persemaian membutuhkan waktu sekitar 20 hari. Dengan demikian, hanya dalam kurun waktu 40 hari perusahaan ini telah mampu melakukan persemaian seluas 240 ha. Dalam satu tahun mereka dapat mengerjakan dua kali masa tanam dan dua kali pula panen. Masa yang cukup efektif bukan? Soal kualitas, beras lokal yang dihasilkan pun amat terjamin.

Melalui sistem mekanisasi pertanian yang diterapkan Malaysia ini, para petani di Malaysia tidak lebih sebagai manajer dan mitra kerja bagi perusahaan Liong Eek Trading. Sebab, mereka tidak lagi mengerjakan sawah mereka sendiri, tapi pengerjaannya langsung dikerjakan oleh perusahaan bersangkutan. Kalau pengerjaannya dikerjakan oleh perusahaan, terus apa tugas petani di sana? Mereka hanya menjaga pengairan dan penanganan hama.

Dengan tugas yang sangat terbatas itu, para petani dapat bekerja di bidang lainnya seperti pemeliharaan ternak, kebun holtikultura dan pekerjaan lainnya. Dan pastinya, dengan adanya sistem diversifikasi usaha ini, hasil panen sawah yang mereka miliki dapat berfungsi sebagai save income. Sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari mereka dapat mengandalkan sektor lainnya.

Di sektor perkebunan, Malaysia merupakan penghasil getah dan kelapa sawit terbesar. Untuk komoditi ini banyak dihasilkan di Semenanjung, Sabah, dan Sarawak. Selain kelapa sawit, Sarawak juga kaya akan sumber alam seperti kayu balak, minyak bumi dan gas alam. Tidak heran jika Malaysia terkenal dengan Petronasnya. Dan komoditi minyak bumi dan gas alam inilah yang diandalkan Malaysia untuk mengenjot devisit negara.

TEKNOLOGI INFORMASI: Perhatian Malaysia terhadap pertanian luar biasa. Selain membangun pusat-pusat penelitian pertanian, mereka juga memanfaatkan teknologi informasi untuk mendukung pembangunan sektor pertaniannya, seperti yang diterapkan di Rice Irrigation Management System (RIMS) di Tanjung Karang. Sistem ini dikembangan oleh Eltaeb Saeed, Rowshon, M.K., Amin, M.S.M. dengan Tujuan pembangunan RIMS yang didukung teknologi GIS (Geographic Information System) adalah untuk melakukan efisiensi penggunaan air dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Teknologi GIS berfungsi untuk menyimpan data ke dalam basis data komputer sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa wilayah geografis dalam hal ini wilayah yang dilalui saluran irigasi.

Selain RIMS, teknologi informasi juga memegang peranan penting di pusat penelitian pertanian Malaysia yang dikenal dengan nama MARI (Malaysian Agriculture Research and Development Institute). Implementasi teknologi informasi yang diterapkan di Glass House atau lebih dikenal dengan sebutan rumah kaca berfungsi sebagai pengontolan lingkungan (environment control) melalui jaringan komputer.

Fungsi rumah kaca ini adalah melakukan proses pembudidayaan padi berhubungan dengan pertanian seperti, rekayasa genetika bibit unggul, pembudidayaan padi dari hasil bibit unggul, dan lainnya. Sistem kontrol pada rumah kaca ini sudah berjalan sejak tahun 2002. Teknologi yang diterapkan pun cukup canggih, di dalam rumah kaca tersebut dipasang suhu yang bisa menggerakkan beberapa unit kontrol seperti kipas, sprinkler system, dan lain-lain.

Semua sistem tersebut dihubungkan melalui kabel ke pusat komputer. Jadi pusat komputer dapat mengontrol empat buah rumah kaca di tempat yang berbeda. Penerapan sistem ini dapat memberikan pengontrolan terhadap suhu sesuai dengan keadaan lingkungan yang dibutuhkan selama 24 jam. Selain untuk informasi, aplikasi teknologi ini juga mampu meningkatkan SDM bagi petani dan nelayan dalam mengelola lahan pertanian dan identifikasi kawasan yang banyak ikannya. Pastinya usaha ini sebagai tindak lanjut dari peningkatan produktifitas sektor pertanian dan sektor lainnya.

KENAIKAN HARGA: Bukan rahasia umum lagi kalau Malaysia seringkali dijuluki sebagai negara importir terbesar. Masalah yang dianggap cukup krusial adalah persediaan beras di dalam negeri yang makin menipis. Tidak heran untuk mengatasi masalah krisis kekurangan beras dan pangan pemerintah Malaysia pun membuat satu kebijakan dengan membeli beras di negara-negara yang dianggap surplus beras, seperti Thailand, Cina, Vietnam. Bahkan, Perdana Menteri (PM) Malaysia, Abdullah Badawi mengatakan kalau tambahan impor beras itu dinilai perlu untuk menangani krisis kekurangan beras, karena harganya masih murah. Dan, Thailand pun setuju memenuhi permintaan Malaysia.

Tidak hanya soal impor beras, Malaysia juga mengumumkan menambahan subsidi minyak menjadi 45 miliar ringgit (Rp 135 triliun). Anggaran ini naik RM10 miliar dari rencana subsidi sebelumnya sebesar RM35 miliar untuk tahun anggaran 2008.

Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan kenaikan harga barang di negara ini, di antaranya bill import makanan yang tinggi. Pada tahun 2005, bill import makanan negara berjumlah RM17.793 miliar (Rp 4.261 triliun). Sedangkan ekspor makanan hanya RM10.674 miliar (Rp 27. 752 triliun). Itu menunjukkan ada defisit RM7.119 miliar (Rp 18.509 triliun) dalam Imbangan Dagangan Barang Makanan (BOTFS).

Sejak lebih seabad lampau, Malaysia semakin bergantung kepada impor makanan untuk menampung permintaan yang semakin meningkat. Pasaran makanan negara ini dikuasai oleh negara seperti Amerika Serikat, Australia, New Zealand, Cina, Thailand, dan Indonesia. Selain itu, Malaysia juga mengimpor barang susu kaleng dari New Zealand, sementara sayur mayor serta buah-buahan diperoleh dari Australia dan Amerika Serikat. Malaysia juga mengimpor produk makanan laut, sebagian besarnya dari Thailand dan Indonesia.

Bagi masyarakat konsumen negara ini, tidak ada yang lebih memusingkan kepala dari pada terus menerus menanggung beban kenaikan harga barang. Mungkin juga sesuai dengan keputusan pemerintah yaitu tidak memenuhi tuntutan kongres kesatuan pekerja-pekerja dalam pelayanan sipil (Cuepacs) agar pegawai sipil diberikan honorarium sebesar RM2.000 (Rp5.2 juta). Pemberian honorarium ini sudah pasti akan memberikan lampu hijau bagi pedagang untuk mencari celah menaikkan harga barang dan jasa.

Saat ini, beras menjadi isu paling hangat untuk diperbincangkan. Semuanya gara-gara kenaikan harga beras di pasaran dunia. Krisis beras semakin meruncing ketika beberapa negara pengekspor utama beras dunia seperti Cina, Mesir, Vietnam, dan India membatasi ekspor beras untuk memastikan konsumsi mereka sendiri.

Harga beras di Malaysia juga dilaporkan meningkat 10-20 persen. Namun, sampai saat ini belum terjadi pembelian beras mendadak di kalangan masyarakat konsumen negara setempat. Mungkin masyarakat yakin dengan jaminan kementerian terkait dengan komoditas yang menyatakan kalau stok beras dalam negeri mencukupi.

Malaysia dilaporkan mengimpor 700 ribu hingga 800 ribu ton beras setahun sebagai tambahan bagi 1,1 juta ton yang dihasilkan. Negara utama untuk impor beras Malaysia sudah pasti Thailand sekitar 50-60 persen. Sisanya dari Cina, Vietnam, Myanmar, India, dan Pakistan. Bahkan, Gabungan Persatuan Konsumen Malaysia (Fomca) telah membuat rumusan tersebut setelah melakukan penyelidikan dan pemantaun harga barang di sejumlah kota besar dan kecil. Lonjakkan harga minyak mentah 120 dolar AS per barel (RM376 per barel, 23 April lalu) di pasaran dunia, serta kenaikkan biaya tol yang menyebabkan kenaikkan pada hampir semua barang.

Deputi PM Malaysia, Dato Sri Mohd Najib Tun Abdul Razak, mengatakan bahwa pihaknya siap membeli beras dari beberapa negara tetangga seperti Indonesia, Thailand, dan Filipina. Hal ini merupakan bentuk upaya sebagai langkah mengatasi krisis pangan yang melanda Malaysia. Najib, sebagaimana dikutip ANTARA News, berpendapat jika Indonesia mengalami surplus beras, maka Malaysia siap membelinya.

Menurut Najib, dalam mengatasi krisis pangan, maka sesama anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) melakukan solidartas untuk saling membantu, sehingga tidak ada satu negara pun yang rawan pangan. Diakui Najib, khusus Malaysia krisis pangan sangat mampu untuk diatasi dengan mengawasi harga barang dan makanan tertentu pada patokan harga yang rendah. Selain itu, pengawasan harga juga harus dilakukan seperti pada beras berkualitas super, sedangkan jenis beras yang lain atau bahan pangan lainnya diserahkan ke mekanisme pasar.

Permasalahan krisis pangan terutama persediaan beras di Malaysia menggerakkan beberapa lembaga swasta yang concern terhadap beras pun unjuk gigi. Tidak terkecuali, Padiberas Nasional Berhad (BERNAS). Lembaga swasta ini terbentuk pada bulan Januari 1996 mengganti atau mengambil alih Lembaga Padi dan Beras Negara (LPN) sebagai lembaga padiberas Malaysia.

BERNAS adalah lembaga yang mewakili kerajaan untuk mengawasi industri padi dan beras negara, mengambil alih tanggung jawab komersil beras, pengurusan subsidi kepada petani, skim penggilingan padi Bumiputra, membeli padi petani dengan harga minimal dan menjual beras, serta kegiatan-kegiatan sosial yang sebelumnya menjadi tanggung jawab LPN. Tidak hanya itu, BERNAS juga bertanggung jawab terhadap penyediaan beras dalam negeri yang berkesinambungan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat Malaysia.

MENDONGKRAK PERTANIAN: Keseriusan pemerintah Malaysia mendalami sektor industri relatif menjadikan sektor pertanian sebagai korban, termasuk dengan pengalihan fungsi lahan guna dipakai untuk zona industri, pembangunan jalan-jalan baru, pelabuhan, bandara, dan prasarana modern lainnya. Kekurangan perhatian juga menjadi faktor lain yang membuat beberapa komoditas pertanian terbengkalai, seperti tanaman padi.
Namun, masalah lain sebagai penyebabnya adalah inisiatif beberapa petani Melayu yang kalah dari petani keturuan China yang lebih cerdik, cekatan, dan lebih cepat mengetahui komoditas pertanian yang dibutuhkan, seperti buah-buahan dan sayur mayur. Sadar akan kelemahan itu, Departemen Pertanian setempat kembali menekankan pengembangan pertanian sejak tahun 2004.
Sektor pertanian di Malaysia juga memiliki Hari Peladang, Peternak, dan Nelayan Kebangsaan. Departemen Pertaniannya pun berubah nama menjadi Departemen Pertanian dan Industri Asas Tani. Ini menjadi gambaran dari modernisasi sektor pertanian dengan mendorong industri baru berbasiskan sektor pertanian. Selama periode Repelita ke-9 (2006-2010), sektor pertanian akan direvitalisasikan untuk menjadi mesin ketiga penggerak ekonomi.
Departemen Pertanian Malaysia yang kini dipimpin Mustapa B Mohamed, menjanjikan bantuan kepada investor agrobisnis, seperti studi kelayakan proyek pertanian, paket teknologi panenan, pengembangan industri agrobisnis, teknologi pembibitan, pengaturan lahan, pengembangan agrowisata, dan sektor lain-lain yang dibutuhkan investor baru untuk memasuki agrobisnis. Dan, negeri tetangga ini pun bersiap untuk melaju di sektor ini. PIT


Tidak ada komentar: