Rabu, 28 Januari 2009

Suplemen 1

Sebuah Revolusi Metodologi Pembelajaran


i-tutor.net


Dengan panduan Cinema Edutainment plus “mentality build in training concept”, i-tutor.net berhasil menyebarkan konsep pembelajaran interaktif hampir ke seluruh pelosok Indonesia. Materinya disusun oleh banyak profesor dari berbagai disiplin ilmu yang ahli dalam bidang pendidikan. Sistem pengajaran yang disampaikan lewat multimedia membuatnya mudah diserap semua kalangan.

Luar biasa! Mungkin ini kata yang tepat untuk melukiskan cepatnyai-totur.net dalam mengembangkan cabangnya di Indonesia. Tengok saja, dalam setahun, di tangan Sofian Tjandera, pemegang master franchise i-tutor.net, warabala pendidikan asal Singapura ini telah memiliki ratusan cabang di tanah air.

Tak hanya itu, pemegang gelar Ph.D. dari Universitas De La Salle, Manila, Filipina, ini juga dipercaya prinsipalnya mengembangkan jaringan i-tutor.net di dunia. Kepercayan itu diberikan pada Sofian karena ia berhasil memodifikasi sistem pendidikan yang memadukan intelligence quotient (IQ) dan emotional quotient (EQ) ini dengan cara baru, cocok bagi negara yang infrastruktur internetnya kurang bagus dan mahal seperti Indonesia.

Konsep ini menggabungkan edutainment, intranet learning, dan active learning karena anak-anak juga dipacu untuk mau bicara di depan setelah melihat apa yang tergambar di layar proyektor. Di sini ia membuat terobosan dengan menambah layar proyektor, seperti menonton film di bioskop di setiap kelas. Tujuannya, menyiasati problem akses Internet di Indonesia yang mahal dan tidak semua anak memiliki personal computer (PC) di rumahnya. Selain itu, konsep yang dirancang Sofian merupakan perpaduan antara keterampilan, teknologi dan nilai-nilai moral. Jadi, siswa bukan hanya pintar berbahasa asing, melainkan juga memahami nilai-nilai moral tersebut.

Aslinya, sistem pendidikan ini dijalankan melalui pengajaran lewat internet sehingga anak-anak bisa belajar di rumah. Sebelumnya, i-tutor masih dalam bentuk internet learning. pertama kali mengenal waralaba ini dari temannya, seorang profesor dari Singapura. Kebetulan temannya adalah salah satu pendiri i-tutor.net. Sistem pendidikan ini memang dibangun oleh 60 profesor yang ahli di bidangnya, 10 di antaranya adalah pakar psikologi anak. Selanjutnya, i-tutor.net dibawa Sofian ke Indonesia pada 2001 dengan basis pengajaran melalui internet sebagaimana yang diterapkan di negeri asalnya. Sayang, karena infrastruktur Internet di sini kurang kondusif, sistem pendidikan ini tidak sukses. Sofian tak menyerah.

Setelah berkonsultasi dengan temannya itu, ia mendapatkan kebebasan memodifikasi pendidikan sesuai dengan kondisi negaranya. Sofian pun diminta membuat konsep intranet yang cocok. Hasilnya, konsep baru yang memadukan edutainment, intranet learning, dan active learning diterima baik oleh prinsipalnya, juga masyarakat di sini. Konsep baru ini pun mulai ia waralabakan dan berhasil menggaet ratusan franchise.

Dengan konsep barunya itu, Sofian diberi hak mewaralabakan di dunia, terutama di negara yang memiliki kesamaan dengan Indonesia. Semua harus lewat pintu gerbang Indonesia, sebab Sofian yang membuat i-tutor dengan konsep baru tersebut. Saat ini, ia sudah mengembangkannya di Cina, Vietnam, Filipina, Thailand, dan Malaysia.

SISTEM SPONSORSHIP: Untuk mempercepat jaringan cabangnya, pada Januari 2006 Sofian mulai menerapkan sistem sponsorship. Artinya, para franchise yang bisa menggaet orang baru untuk membuka cabang i-tutor.net berhak mendapat uang bonus. Mereka bisa menerima bonus 30%-40% dari franchising fee.

Melalui cara tersebut, Sofian yakin “virus” ini bisa membuat para franchise terpacu mengembangkan bisnis waralaba ini. Bahkan, franchise yang bisa membangun jaringan dengan mensponsori 20 cabang dalam waktu tiga bulan berhak atas uang tunai Rp100 juta plus mobil Xenia atau Avanza.

Sofian menyebut langkah ini sebagai “Single Level Multiple Benefit”. Ia juga mengembangkannya dengan sistem distributorship yang memungkinkan franchise memiliki hak mengelola seluruh franchise i-tutor.net di suatu wilayah. Tingkatan distributor mulai dari Exclusive Royal Master Distributor (ERMD) untuk wilayah provinsi, Exclusive Master Distributor (EMD) untuk wilayah kabupaten atau kota, dan Exclusive Distributor (ED) untuk wilayah kecamatan.

Cara lainnya, mengajak perorangan yang bukan franchise untuk menawarkan peluang membuka waralaba ini. Mereka ini disebut Innovative Business Opportunity (IBO). Kalau seseorang berhasil mengajak orang menjadi franchise, ia berhak atas fee sebesar 10% dari nilai franchise fee-nya,” ujarnya.

Sofian mengakui sistem sponsorship dan distributorship inilah yang membuat cabangnya berkembang pesat. Tak mengherankan, dalam setahun, Januari 2006-Januari 2007, ia mampu membuka 420 cabang. Ia pun berencana untuk membangun puluhan ribu cabang di seluruh Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Ia optimistis target itu bisa tercapai, karena pihaknya punya formula khusus untuk mencapainya. QYH

Tidak ada komentar: