Selasa, 06 Januari 2009

Inovasi

Wujudkan Swasembada Beras

Manfaatkan Potensi Lahan Rawa Lebak

Kita ternyata memiliki beberapa tipe lahan sawah yang sangat potensial untuk menanam padi. Lahan rawa lebak, salah satunya. Sayangnya, lahan potensial tersebut tidak termanfaatkan secara maksimal, bahkan cenderung diabaikan. Padahal rawa lebak memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi salah satu sentra produksi padi nasional.


Akhir-akhir ini sebagian kalangan, termasuk Menteri Pertanian Republik Indonesia, Dr. Anton Apriyantono setelah kembali dari kunjungan kerja ke Brazil, mulai meragukan klaim bahwa Indonesia adalah negara agraris. Tapi, lebih tepat disebut sebagai negara maritim, karena menurutnya wilayah lautan Indonesia jauh lebih luas dari daratan, di mana dari total luas wilayah Indonesia hampir 70% adalah lautan.

Secara faktual pendapat itu benar. Namun tidak serta merta bisa dijadikan sebagai alat pembenaran ketika Pemerintah Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri secara mandiri. Sebab, bila ditinjau dari segenap potensi lahan yang dimiliki sesungguhnya tidak ada alasan Indonesia untuk kekurangan beras dan solusinya harus impor. Bahkan bila potensi lahan itu dikelola secara maksimal dan sungguh-sungguh sejatinya Indonesia adalah negara produsen beras terbesar di dunia.

Khusus untuk tanaman padi, Indonesia memiliki beberapa tipe lahan sawah yang sangat potensial, di antaranya adalah; lahan sawah berpengairan teknis, lahan sawah berpengairan setengah teknis, lahan sawah berpengairan sederhana, lahan sawah tadah hujan, lahan sawah pasang surut, dan lahan sawah rawa lebak. Namun, beberapa lahan potensial tersebut tidak termanfaatkan secara maksimal, bahkan cenderung diabaikan. Salah satunya adalah lahan sawah rawa lebak yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi salah satu sentra produksi padi nasional.

Lahan sawah rawa lebak adalah lahan sawah yang pengairannya berasal dari reklamasi rawa lebak bukan pasang surut. Menurut Badan Penilitian dan Pengembangan (BPPP) Pertanian ditinjau dari fisiografi (bentuk wilayah), rawa lebak dapat berupa: (1) daerah yang berada di antara dua sungai, (2) daerah yang berada pada satu sungai, (3) daerah peralihan antara rawa lebak dan rawa pasang surut. Wilayah rawa lebak meliputi zone tanggul sungai (levee), dataran banjir (floodplain), dan rawa belakang (back swamps).

Jenis-jenis tanah yang terdapat di rawa lebak antara lain subgroup dan endoaquept atau inceptisol basah umumnya berada pada lebak pematang; Fluvaquent, Hydraquen, Endoaquent, dan Sulfaquent atau entisol basah umumnya berada lebak tengahan sampai dalam; dan Haplohemist, Haplosaprist, Sufihemist, dan Sulfisaprist atau Histosol-gambut mentah sampai matang umumnya berada pada lebak tengahan dan sebagian lebak dalam. Ketebalan gambut bervariasi dari setengah meter sampai tujuh meter. Sering juga ditemukan lapisan gambut yang berselang seling dengan lapisan mineral.

Menurut BPPP Pertanian, secara keseluruhan Indonesia memiliki lahan rawa lebak seluas 13,28 juta hektar, tersebar di tiga pulau besar, yakni, Kalimantan, Sumatera, dan Papua. Namun dari total lahan sawah rawa lebak seluas 13,28 juta hektar yang dimiliki Indonesia itu baru ditanami sekitar 0,729 juta hektar.

Dari total lahan sawah rawa lebak yang dimiliki Indonesia terbagi dari tiga tipe, yaitu, lebak dangkal seluas 4,17 juta hektar atau seluas 31,4% dan dicirikan oleh kedalaman genangan air kurang dari 50 cm selama kurang dari tiga bulan. Waktu tanam padi sekitar bulan Maret-April. Lebak tengahan seluas 6,07 Juta hektar atau sekitar 45,7% dan dicirikan oleh kedalaman genangan air antara 50-100 cm selama kurang dari enam bulan. Waktu tanam padi pada lahan ini sekitar bulan Mei-Juni. Dan lebak rawa lebak dalam seluas 3, 04 juta hektar atau sekitar 22,99% dan dicirikan oleh ke dalaman air lebih dari satu meter selama lebih dari enam bulan. Waktu tanam padinya sekitar bulan Juli-Agustus.

Tingkat kesuburan tanah yang dimiliki lahan rawa lebak relatif lebih baik dari lahan rawa pasang surut karena deposit lumpur yang dibawa banjir dari hulu. Permasalahan tanah “soil problem” di lahan rawa lebak juga tidak separah lahan pasang surut. Guna mencegah genangan air yang melimpah ketika musim hujan dan kekeringan ketika musim kemarau bisa di atasi oleh pemerintah dengan membuat polder. Dan untuk mengatasi kesuburan tanah dan genangan air yang heterogen sebagai akibat tanah yang tidak merata bisa di atasi dengan traktor.

Berdasarkan penelitian yang selama ini dilakukan oleh Projek Swamps II, Balitra, Puslit Tanah, maupun perguruan tinggi di beberapa lokasi lahan rawa lebak di Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa keberhasilan usaha tani padi pada agroekosistem ini antara lain terletak pada penggunaan varietas unggul dan waktu tanam yang tepat. Dengan waktu tanam yang tepat menyebabkan tanaman terhendar dari genangan air maupun kekeringan.

Penggunaan varietas unggul pada lahan ini mampu berproduksi 5-6 ton padi per hektar. Kemudian, hasil ini kalikan dengan luas lahan rawa lebak seluas 13,28 juta hektar? Taroklah rata-rata 1 hektar menghasilkan 5 ton padi, lalu kalikan 10 juta hektar saja, tentu hasilnya sungguh mencengangkan. Untuk itu, Pedoman Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Lahan Rawa Lebak yang telah dirumuskan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian mendesak untuk segera diwujudkan di alam nyata, jangan hanya sebatas wacana! MRS

Varietas Unggul Padi Lebak
No.
Varietas
Umur (Hari)
Tinggi Tanaman (cm)
Tekstur Nasi
Tahan/Toleran
1.
Mahakam
135
105
Sedang
Wereng coklat 1,2,3; bakteri daun bergaris, keracunan fe, genangan
2.
Kapuas
125
100
Pulen
Wereng coklat 1,2; hawar daun bakteri, bercak cokelat, keracunan fe
3.
Cisanggarung
130
100
Pulen
Wereng coklat 1; hawar daun bakteri
4.
Banyuasin
120
105
Pulen
Wereng coklat 3, blas, hawar daun bakteri III, keracunan fe, keracunan Al
5.
Batang Hari
125
110
Pera
Wereng coklat 1,2; blas, hawar daun bakteri III, keracunan fe
6.
Mendawak
115
100
Pulen
Blas, bercak cokelat, keracunan fe, salinitas.
7.
Sei Lalan
125
100
Pera
Wereng coklat 2,3; blas, bercak cokelat, salinitas.
8.
Lematang
130
115
Pera
Wereng coklat 1, blas leher, bercak cokelat, keracunan fe.
9.
IR42
140
110
Pera
Wereng coklat 1, 2; hawar daun bakteri, blas, kemasaman tanah
Sumber BPPP Deptan


Tidak ada komentar: