Rabu, 07 Januari 2009

Varia

Benih Pembawa Kesejahteraan

Varietas MSP

Berbagai kegiatan pemuliaan padi dengan cara melakukan inovasi dan temuan baru di bidang perbenihan terus dilakukan sejumlah elemen bangsa. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan tanah air. Salah satunya, benih MSP ini.

Ada yang menyebut MSP dengan kepanjangan ”Mari Sejahterakan Petani”. Banyak pula pihak yang menamakannya dengan ”Mega Sejahterakan Petani” yang sekaligus mengaitkannya dengan tokoh politik ”Megawati Soekarnoputri”. Karenanya, banyak yang menduga-duga bahwa ada gerakan politik dari kelompok tertentu terkait dengan gelaran Pemilu 2009 dengan keberadaan MSP ini.

Namun, terlepas dari itu semua, kita juga perlu memandang MSP dengan kacamata yang lebih objektif. Padi MSP pertama dicanangkan oleh mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, yang juga Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, pada 18 Desember 2007 di Cariu, Bogor. Setelah itu, acara pencanangan tersebut diikuti dengan panen raya padi MSP di berbagai wilayah di berbagai propinsi di Indonesia seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, Lampung, dan beberapa propinsi lainnya. Jumlah rata-rata padi kering giling MSP yang berhasil dipanen di berbagai wilayah pada saat itu kabarnya adalah di atas 12 ton per ha.

Diakui, padi temuan Surono, seorang Insinyur dari Institut Pertanian Bogor, ini di berbagai daerah yang ditanami padi MSP hasilnya cukup bagus. Seperti yang ditanam di Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Padi MSP yang ditanam di areal persawahan Desa Sianipar Sihail-hail, Kecamatan Balige, itu menghasilkan 11,2 ton per ha.

Menurut hitungan lokal, hasil tersebut setara dengan 40 kaleng per rantenya atau lebih tinggi dari padi selain padi MSP yang ditanam sebelumnya yang hanya menghasilkan 20 kaleng per rante. Bahkan, menurut pengakuan anggota DPRD Tobasa, Ir Viktor Silalahi, hasil tersebut disebutnya belum maksimal karena sampai dengan panen baru satu kali dipupuk. Hal itu menurutnya, karena langkanya pupuk bersubsidi di Kabupaten Toba Samosir.

Sementara di daerah lain, di kota Denpasar atau tepatnya di Kelurahan Peguyangan, acara panen padi MSP yang juga dihadiri Walikota Denpasar, Bali, A.A. Puspayoga, hasilnya pun cukup bagus. Seperti yang dituturkan Agung, sebagai penanam padi MSP di sana, secara umum bibit MSP mempunyai kelebihan jumlah produksi yang melebihi bibit lainnya sampai 30 persen, ketahanan terhadap hama, dan dapat dipanen dalam waktu singkat.

Di Sumenep, Madura, tepatnya di Desa Karay, Kecamatan Ganding, hasil panen padi MSP, yang awalnya disebut Sertani I, juga cukup bagus. Pasalnya, dari 10 ha lahan sawah yang ditanami padi MSP mampu menghasilkan gabah 110 ton atau 11 ton per ha.

Senada dengan fakta-fakta tersebut, Ketua DPP PDI Perjuangan Mindo Sianipar dan Theo Syafei juga membeberkan fakta keunggulan padi MSP tersebut yang telah dibuktikan pada sejumlah daerah di pulau Jawa seperti Jember yang sebanyak 18,6 ton per ha, Ngawi 15 ton per ha, Madiun 14,4 ton per ha, dan Aceh Tenggara 8,7 ton per ha.

Sebagai sebuah varietas baru, padi MSP ternyata belum mengantongi sertifikat dari Departemen Pertanian. Untuk itu, kehadirannya sebetulnya belum bisa dikatakan sebagai varietas unggul. Menurut Mentan, Anton Apriyantono, sebagai varietas uji coba yang tidak bersertifikat, seharusnya luas tanam yang diuji coba tidak melebihi 10 ha. Entah mengejar target apa, MSP dan juga beberapa varietas lain justru telah jauh melebihi batas areal lahan percobaan yang seharusnya hanya dibatasi 10 ha.

Tak terelakkan lagi, wacana bahwa padi atau produk akhirnya yaitu beras merupakan komoditas politik telah terjadi. Sejatinya, sebagai sebuah hasil karya penemuan yang akan menjadi hajat hidup orang banyak tidak diklaim kelompok per kelompok yang hanya digunakan untuk kepentingan jangka pendek semata. Akan tetapi, mestinya justru menjadi harapan banyak orang tanpa membuat orang kemudian harus menentukan pilihan politiknya yang notabene menjadi hak azasi setiap individu.

Di tengah-tengah gemuruhnya panggung politik saat ini yang sedang khusyuk mempersiapkan pertempurannya di ajang pemilu 2009, berbagai senjata politik pun dipersiapkan. Beberapa di antaranya, menggunakan komoditi yang telah lama dikenal sebagai komoditi politik paling superior di negeri ini yang tak lain adalah padi. Salah satunya PDI Perjuangan) yang hadir dengan padi MSP.

Mindo Sianipar, Anggota DPR RI, dengan terang-terangan menyebut MSP sebagai padi Megawati. “Sebut saja ini padi Megawati. Petani yang menanam adalah komunitas MSP yang memenangkan Mega tahun 2009,” katanya pada saat panen padi MSP di desa Bagorejo kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember Jawa Timur.

Namun demikian, kita juga harus tetap objektif melihat kondisi ini. Semoga saja padi MSP ini tidak hanya dijadikan senjata dalam menghadapi pemilu 2009. Akan tetapi, lebih jauh lagi semoga bisa betul-betul membantu memperkuat ketahanan pangan nasional yang terbukti teruji keunggulannya melalui mekanisme uji yang objektif. Jadi, kita tunggu saja hasilnya. AJI

Tidak ada komentar: